Dalam suatu kegiatan budidaya perikanan air merupakan media pemeliharaan biota
kultivan yang harus dikelola secara bijaksana (baik dan benar) sesuai kaidah
teknis dan dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Sterilisasi air merupakan
proses pengaplikasian suatu bahan tertentu ke dalam media pemeliharaan yang
bertujuan untuk mensterilkan air dari organisme carrier dan ikan serta hewan berdarah merah. Sedangkan biosecurity
merupakan langkah-langkah antisipatif menghindari kontaminasi dan atau dampak
dari luar yang merugikan terhadap biota kultivan.
Bahan untuk Sterilisasi Air
- Sterilisasi air menggunakan kaporit dengan dosis 30 ppm.
- Sterilisasi air menggunakan pestisida (Diazinon, Dursban, Sumithion, Pegasus, dll) dengan dosis 0,3-0,5 ppm.
- Penggunaan kaporit/pestisida bertujuan untuk membunuh organisme carrier (udang-udangan/crustacea) di dalam petak pemeliharaan yang dikhawatirkan sebagai inang pembawa penyakit.
- Aplikasi kaporit/pestisida dapat dilakukan dengan cara dilarutkan dengan air secukupnya dalam suatu wadah kemudian kaporit/pestisida tersebut ditebar secara merata ke seluruh permukaan air kolam.
- Sterilisasi air menggunakan saponin dengan dosis 15-30 ppm.
- Penggunaan saponin bertujuan untuk membunuh ikan-ikan serta seluruh hewan berdarah merah yang terdapat di petak pemeliharaan udang sebelum penebaran benur.
- Penggunaan saponin dapat dilakukan dengan cara saponin direndam terlebih dahulu selama 10-12 jam, kemudian air rendaman saponin tersebut ditebar secara merata ke seluruh permukaan air kolam.
- Setelah 3-6 jam penebaran saponin, ikan-ikan yang mati akan timbul ke permukaan air. Kemudian ikan-ikan yang mati tersebut harus dibuang dari petak pemeliharaan agar tidak terjadi pembusukan.
Sistim Aerasi
Aerator pada petak pemeliharaan berfungsi sebagai:
· Penyuplai oksigen terlarut dalam air
· Menghilangkan stratifikasi dalam air
· Membantu oksidasi gas-gas beracun
Terdapat tiga cara dasar dalam penggunaan aerator di dalam budidaya:
· Aerasi darurat apabila konsentrasi
oksigen terlarut sangat rendah.
· Aerasi pada malam hari untuk
memantapkan konsentrasi oksigen terlarut.
· Aerasi yang dilakukan secara terus-menerus.
Dalam keadaan dimana kebutuhan oksigen meningkat secara besar-besaran karena
kejadian tertentu seperti misalnya cuaca mendung selama berhari-hari atau kematian
phytoplanton secara masal, penggunaan
sirkulasi kemungkinan tidak cukup memadai untuk mempertahankan kadar
oksigen terlarut yang cukup pada malam hari. Aerator dapat meningkatkan
kecepatan difusi melebihi apa yang dapat dicapai dengan penggunaan sirkulasi,
yaitu dengan menambah luas permukaan air yang
bersentuhan dengan udara.
Ada banyak macam aerator yang dapat digunakan, di
antaranya:
- Kincir ganda (Long Arm) terdiri dari rangkaian kipas, pipa galvanis dan pelampung yang digerakkan dengan mesin diesel.
- Kincir tunggal, yang digerakkan secara elektrik dengan menggunakan dinamo 1 PK
- Menggunakan pompa diesel sebagai aerasi alternatif dengan cara dipancarkan ke dalam petak pemeliharaan.
- Dengan menggunakan blower (sistim aerasi dasar).
- Menggunakan aerasi (Aero Two). Biasanya dipergunakan pada petak pemeliharaan yang mempunyai kedalaman lebih dari 1,2 meter.
SISTIM KONTAMINASI DAN BIOSECURITY
Faktor-faktor Kontaminasi
·) Kontaminasi yang disebabkan oleh
manusia, yaitu terjadinya kontaminasi air yang belum steril (air saluran
masuk/buang) dengan air pada petak pemeliharaan yang telah steril, akibat
kelalaian manusia/pekerja tersebut.
·) Kontaminasi yang disebabkan oleh hewan,
yaitu masuknya hewan-hewan dari luar areal pemeliharaan ke dalam petak
pemeliharaan yang telah disterilkan sehingga terjadi kontaminasi air.
Pentingnya Menjaga Kontaminasi
Penjagaan kontaminasi pada petak pemeliharaan sangat penting dilakukan agar
tidak terjadi penularan/penyebaran penyakit. Penjagaan kontaminasi bisa dilakukan
dengan cara:
- Mengupayakan seoptimal mungkin pematang tidak terjadi kebocoran pada saat dilakukan pemeliharaan.
- Menutup pintu air serapat mungkin sehingga tidak terjadi kebocoran di masa pemeliharaan.
- Memagari seluruh areal petak pemeliharaan untuk menghindari masuknya hewan-hewan dari luar
- Menempatkan air kaporit pada setiap petak pemeliharaan yang berguna untuk mencuci tangan dan kaki sebagai media sterilisasi pada saat akan berpindah dari kolam yang satu ke kolam lainnya.
Reservoir/Tandon
Reservoir adalah suatu petak penampungan air dimana juga berfungsi sebagai
tempat sterilisasi air sebelum dipergunakan pada petak pemeliharaan. Petak
reservoir juga berfungsi sebagai petak biofilter. Petak biofilter adalah petak
untuk menampung volume air dari saluran pemasukan yang kemudian akan terproses
secara biologis oleh berbagai jenis ikan, rumput laut atau kekerangan. Volume
petakan berkisar 20-50% dari petak pemeliharaan. Pemberian biofilter pada petak
reservoir yang perlu diperhatikan adalah jenis dan fungsi yang dibutuhkan
untuk mengendalikan kondisi lingkungan yang optimal pada budidaya udang,
terutama sifat biofilter yang dapat meminimalkan bahan organik dan racun-racun
lainnya serta mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sampai pada saat ini jenis
biofilter yang sering digunakan adalah jenis ikan bandeng, rumput laut, kerang
hijau dan ikan nila. Setiap jenis biofilter mempunyai kelebihan masing-masing,
sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan biologi dan nilai ekonomisnya dalam
penebaran ke petak reservoir.
PEMBENTUKAN WARNA AIR
Teknik Pengisian Air
1. Pengisian Air secara Gravitasi, yaitu
pengisian air yang mengandalkan pasang surut. Teknik pengisian air secara
gravitasi ini dilakukan melalui pintu air yang di beri saringan halus berukuran
mata 1 mm, saringan halus tersebut dipasang di bagian depan pintu air.
2. Pengisian Air secara Mekanik, yaitu
pengisian air yang mengandalkan pompa, baik pompa listrik maupun pompa yang digerakkan
dengan mesin. Untuk menghindari masuknya hama carrier pada petak pemeliharaan maka pada ujung pompa perlu di
berikan saringan kondom/plankton yang berukuran mess 90.
Fermentasi
Fermentasi
merupakan suatu metode peragian beberapa bahan yang digunakan untuk membantu percepatan penumbuhan
plankton pada petak pemeliharaan. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan
fermentasi:
·
Dedak 10 kg/ha
·
Bungkil kacang kedelai 5 kg/ha
·
Ragi tape 5 gr/kg bahan
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan
fermentasi adalah sebagai berikut:
·
Campurkan dedak dan bungkil kacang
kedelai dalam suatu wadah.
·
Berikan air secukupnya, lalu aduk
hingga menjadi suatu adonan.
·
Adonan tersebut di masak sampai
mendidih kemudian didiamkan hingga dingin.
·
Campurkan ragi
yang telah dihaluskan ke dalam adonan, aduk sampai merata.
·
Tutup adonan dan biarkan proses
peragian berlangsung selama tiga hari.
·
Setelah tiga hari, adonan siap untuk ditebar
pada petak pemeliharaan.
Aplikasi fermentasi dilakukan dua kali dalam satu pekan. Pemberian
fermentasi ini dilakukan sampai terbentuknya warna air yang diinginkan.
Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan pembentukan penumbuhan plankton dalam
air sebagai media tempat hidup yang dipelihara. Agar proses dalam pembentukan
plankton dapat berjalan dengan baik, selain dengan aplikasi fermentasi dilakukan
juga pemupukan ke dalam air. Perangsangan pertumbuhan plankton ini dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk anorganik seperti Urea dan SP36 dengan dosis 1:2.
Cara pemberian pupuk dapat dengan ditebar langsung atau dengan sistim
digantung. Kepadatan plankton dapat ditandai dari tingkat kecerahan perairan. Tingkat
kecerahan perairan yang diharapkan sebelum penebaran benur adalah lebih kurang
30 cm.
Jenis-jenis warna air yang sering kita temukan di lapangan:
1. Warna Merah Kecokelatan
Warna air ini di dominasi oleh 3 jenis golongan alga merah, yaitu Chaetoceros, Nitzchia dan Skeletonema.
Alga ini biasanya hidup pada air yang bersuhu
rendah. Baik bagi udang namun sangat susah dijaga kestabilannya karena
mempunyai siklus hidup yang singkat serta membutuhkan kondisi yang khusus untuk pertumbuhannya.
2. Warna Hijau Muda
Warna ini disebabkan oleh alga hijau seperti Chlorella, Carteria dan Dunaliella. Kita dapat membuat warna ini
lebih mudah dibandingkan warna merah kecokelatan, namun untuk pertumbuhan udang
kurang begitu baik. Warna kulit udang akan hijau cerah.
3. Warna Hijau Tua
Warna ini disebabkan oleh alga biru (blue
green algae) seperti Oscilatoria,
Microcoleus, Phormidium dan Spirulina.
Alga ini dapat tumbuh cepat (blooming)
pada suhu air yang agak tinggi dan banyak yang mengandung bahan organik yang
tinggi. Warna ini menunjukkan kualitas air yang kurang baik namun masih
bisa untuk dipergunakan. Karena tingginya kandungan bahan organik dalam air,
maka kemungkinan udang terkena penyakit lebih tinggi sehingga kita harus lebih
berhati-hati dalam menghadapi warna air hijau tua ini.
4. Warna Kuning
Warna air kuning ini ditimbulkan oleh alga kuning keemasan seperti Chlamydomonas dan Hymenomonus. Ketika bahan organik didekomposisikan oleh bakteri, PH
air akan turun dan warna air menjadi kuning. Karena ukuran alga ini sangat
kecil, udang tidak mampu menangkapnya. Warna ini kurang baik dalam budidaya udang.
5. Warna Keruh
Warna keruh ini diakibatkan oleh zooplankton
atau partikel tanah liat dan bahan organik. Kalau terlihat adanya bintik-bintik
putih di air, hal ini disebabkan oleh nauplius
dari Rotifera dan Copepoda. Zooplankton jenis ini merupakan makanan alami yang paling baik
untuk benur, namun udang besar tidak dapat memanfaatkannya. Nauplius ini dapat pula mengganggu udang
dalam bersaing memperoleh ruang dan oksigen. Warna keruh juga disebabkan oleh
partikel tanah liat, partikel liat dapat mengikat beberapa jenis mineral, bahan
organik, plankton dan alga yang terdapat dalam air. Hal ini menjadikan udang
hidup tenang di dasar tambak dan konsumsi makanannya lebih tinggi namun bila
kandungan partikel liatnya berlebihan akan mengganggu indra penglihatan dan
indera perasa sehingga udang mengalami kesukaran dalam mencari makanan.
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri menguntungkan yang dalam pengaplikasiannya bertujuan
untuk:
· Mengurangi dominasi bakteri patogen (Vibrio sp).
· Mengatasi pencemaran akibat akumulasi
bahan organik berlebihan di dasar kolam yang dapat menurunkan kualitas air pada
petak pemeliharaan.
Probiotik terdiri dari bakteri Bacillus
sp. dan Rodobacter sp.
Bakteri probiotik (Bacillus sp.
dan Rodobacter sp) dapat dikultur
dengan cara:
· Masukkan bibit probiotik sesuai dosis
ke dalam air masak yang telah didinginkan.
· Beri subtrat makanan berupa silase
(gula tebu) dengan dosis 1 kg/20 liter air.
· Aerasi selama 24 jam.
· Setelah 24 jam probiotik siap untuk ditebar pada petak pemeliharaan.
Dalam mengkultur probiotik ini dikatakan berhasil dengan baik apabila
aromanya seperti fermentasi dan mengandung bakteri dengan kepadatan >1
milyar sel/ml.
Rujukan: academia.edu, Mu’amar Abdan