tambak garam |
Masalah Penerapan Teknologi
Petani garam dalam proses pembuatan garam menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut di dalam Petak Penggaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apa pun. Dengan demikian walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam. Selain itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit.
a. Areal dan prasarana
tambak garam pola tradisional |
b. Proses
Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada di Meja Peminihan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan ke Meja–Meja Kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut pada saat pemadatan atau pengolahan di Meja Kristalisasi kurang bagus atau kurang padat, sehingga saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa dan dapat mengakibatkan warna kristal garam menjadi keruh atau coklat.
c. Produktifitas
Produktifitas rata–rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton per hektar per musim. Rendahnya produktifitas ini antara lain dikarenakan petakan–petakan yang digunakan selama proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apa pun.
d. Mutu garam
Garam yang dihasilkan dalam bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 sampai 5 hari
Masalah Teknis Produksi
a. Teknis Produksi
Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu.
b. Sumberdaya Manusia
Kemampuan sumberdaya manusia petani garam dalam peningkatan produksi pun masih terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan di wilayah lain kualitas sumberdaya manusianya masih harus ditingkatkan.
c. Iklim
Musim kemarau di pulau Jawa relatif pendek yaitu berkisar empat sampai lima bulan per tahun dengan kelembaban yang tinggi, sehingga produksi garam masih rendah. Di wilayah Indonesia Timur musim kemarau dapat berlangsung antara tujuh sampai delapan bulan.
d. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan garam rakyat rata–rata masih rendah yaitu sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim
e. Kualitas Produk
Kualitas produk tidak seragam dengan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh Karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95% – 97%, sedangkan garam rakyat mengandung NaCl lebih kecil dari 95%.
f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana lokasi pembuatan garam rakyat belum tertata dan kurang memadai. Tata letak penggaraman rakyat umumnya tidak teratur dan terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan dengan jalan raya sebagai sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau tidak memadai. Hal ini menyebabkan biaya angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) menjadi tinggi sehingga pendapatan pembudidaya garam pada umumnya menjadi lebih kecil.
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam adalah pengontrolan air tua yang akan dilepas ke Meja Kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus mempunyai kepekatan 25° Be agar didapat kristal garam yang baik, yaitu kristal garam tersebut tidak mudah rapuh dengan waktu pemanenan minimal 10 hari.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi Meja Kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi.Padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas Meja Kristalisasi akan rusak, sehingga didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan. Untuk mencegah hal tersebut pembudidaya garam rakyat dianjurkan menerapkan teknologi geo membaran.
Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membaran
Berdasarkan tinjauan masalah teknologi dan produksi garam rakyat maka saat ini telah diterapkan metode pembuatan garam dengan teknologi geo membaran. Dengan metode tersebut diperoleh garam yang berkualitas sesuai standar SNI dan produksi garam yang dihasilkan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Tahapan Teknologi Geo Membaran
a. Lahan tambak yang digunakan harus dirubah tata letaknya yaitu dari lahan tradisional menjadi semi intensif. Perubahan tata letak ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil produksi, dimana pada lahan semi intensif terdiri dari beberapa petakan, yaitu:
a. Kolam Penampung Air Muda
b. 2 Buah Kolam Peminihan
c. Kolam Ulir
d. Kolam Penampung Air Tua
e. Meja Kristalisasi
Perubahan lahan tersebut dapat meningkatan produksi secara nyata yaitu mencapai 40% hingga 60%. Peningkatan produksi terjadi karena efisiensi pemanfaatan lahan yakni 35 % luas lahan digunakan untuk Kolam Penampung Air Tua, Kolam Peminihan, Kolam Ulir dan Kolam Penampung Air Tua, sedangkan 65 % digunakan untuk Meja Kristalisasi.
Selain produksi meningkat keuntungan yang lain dari sistem semi intensif ini adalah masa produksi yang lebih cepat. Dalam waktu 14 hari akan didapat air tua, sedangkan pada lahan tradisional memerlukan waktu sampai 30 hari.
b. Melapisi Meja Kristalisasi dengan Terpal Plastik
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang saat ini menjadi tuntutan pasar maka petani garam harus mau menambah sarana yang ada. Karena saat ini produksi garam rakyat dinilai kurang memenuhi syarat SNI, yakni nilai NaCl yang rendah, warna buram kecoklatan dan rapuh. Oleh karena itu dikembangkanlah teknologi geo membaran. Didalam teknologi geo membran seluruh meja kristalisasi dilapisi terpal plastik. Hal ini untuk menjamin terhadap kebersihan produksi garam.
Dengan teknologi Geo Membran pembudidaya garam rakyat selama musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir lagi terhadap kualitas garam yang dihasilkan karena kristal–kristal garam tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada Meja Kristalisasi yang dilapisi dengan terpal plastik juga pada Saluran Pemasukan Air Tua dari Kolam Penampung Air Tua ke Meja Kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik. Ini dimaksudkan untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai terbawa masuk ke Meja Kristalisasi, pada saat membagi masuknya air tua ke Meja–Meja Kristalisasi.
c. Terpal Plastik yang digunakan.
Terpal plastik yang digunakan untuk geo membran bisa menggunakan plastik nomor A12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron. Plastik ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dapat digunakan sampai empat musim garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastik ini, apabila tidak musim garam harus dilepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung kembali dan disimpan dalam bak air. Jangan disimpan di tempat kering, karena kemungkinan dirusak tikus.
d. Cara Pemasangan Terpal Plastik
- Ukur luasan terpal plastik yang akan digunakan.
- Buat ‘galengan’ pada Meja Kristalisasi sesuai dengan luasan plastik.
- ‘Gulug’ atau padatkan Meja Kristalisasi agar permukaannya rata.
- Bentangkan plastik pada Meja Kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan/tanggul.
- Kuatkan sisi-sisi plastik dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepinya.