Tuba
(Derris elliptica),
merupakan jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai peracun ikan. Akar
tanaman Tuba ini memiliki kandungan rotenone, sejenis racun kuat untuk
ikan dan serangga (insektisida).
Tuba
sering disebut juga sebagai Akar Tuba. Dalam bahasa Inggris biasa disebut
sebagai Derris Root, Duva Ni Vavalagi, atau Tuba Root. Tanaman
memanjat (liana) ini mempunyai beberapa nama lokal seperti; tuwa laleur,
tuwa leteng, areuy kidang (Sunda), jenu, jelun, tuba, oyod
tungkul, tungkul (Jawa), tobha, jheno, mombul (Madura).
Di
negara lain dikenal dengan sebutan Tuba (Brunei), Hon (Laos), K’biehs
(Kamboja), tuba root, tugling-pula (Filipina), Touba (Perancis), Akar
Tuba (Malaysia), Lai Nam (Thailand).
Selain
dijumpai hampir di seluruh wilayah di Indonesia juga terdapat di Bangladesh,
Asia Tenggara, dan beberapa kepulauan di Pasifik.
PENGENALAN TANAMAN
1. Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Fabales
Famili :
Fabaceae
Genus :
Derris
Spesies : Derris elliptica
Bath
2. Ciri-ciri
Tuba
merupakan tumbuhan berkayu memanjat (liana) 7-15 pasang daun pada tiap
rantingnya. Daun muda berambut kaku pada kedua permukaannya. Di bahagian bawah
daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Batangnya merambat dengan
ketinggian hingga 10 meter. Ranting-ranting tuba tua berwarna kecoklatan.
Mahkota
bunga tumbuhan tuba berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan beracun
ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong (oval), dengan sayap yang tipis di
sepanjang kedua sisi. kekacang nipis dan rata berukuran 9 cm, lebar 0.6-2.5 cm.
dan terdapat 1-4 biji dalam satu kekacang.
Tumbuhan
peracun ikan ini tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering,
di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan
kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa tanaman tuba didapati
mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.500 m dpl.
3. Manfaat
Tanaman
ini merupakan penghasil bahan beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan
hama serangga, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Bagian tanaman
tuba yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian akar. Kandungan kimia
yang terdapat dalam akar tuba adalah alkaloid, saponin, falvonoid, tanin, dan
polifenol. Salah satu produksi metabolit sekunder yang dikandung oleh tanaman
tuba adalah rotenon (C23H22O6) yang merupakan senyawa aktif untuk
membunuh hama tanaman dan ikan liar. Kandungan rotenon tertinggi terdapat pada akar,
yaitu 0,3-12%.
Senyawa
aktif lainnya yang terkandung dalam akar tuba adalah dequelin (0,15-2,9%), eliptone
(0,35-4,6%) dan toxicarol (0-4,4%).
Rotenon bersifat sebagai racun perut dan kontak tetapi bersifat sistemik. Rotenon yang masuk ke dalam tubuh
akan membuat organisma sulit bernapas karena kesulitan mendapat oksigen.
Senyawa rotenon dapat memasuki insang ikan secara langsung dan sistem kerja rotenon
adalah menghambat proses oksidasi ganda NaOH2, sehingga ikan tidak
dapat melakukan respirasi.
Cara
menghilangkan efek dari rotenon adalah dengan menggunakan potasium permanganat
klorin, methylene blue, aktif karbon atau air yang diaerasi dengan kuat. Senyawa
dari tanaman tuba yang bersifat racun ini tidak boleh dialirkan ke sungai
karena dapat membuat ekosistem perairan mati. Tanaman ini sering digunakan
sebagai racun ikan. Namun dapat juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu
untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran, tembakau, kelapa, kina, kelapa
sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain. Di Kalimantan, ekstrak akarnya
digunakan sebagai racun untuk anak panah.
PENGGUNAAN DI BIDANG PERIKANAN
Dalam
bidang perikanan akar tuba dapat dimanfaatkan sebagai bahan nabati untuk
membuat obat pemberantasan hama ikan dan organisma liar yang tidak dikehendaki
dalam budidaya ikan dan atau udang di kolam/tambak. Kandungan rotenon pada akar
tuba tergantung besar kecilnya diameter akar, semakin kecil akarnya maka
semakin tinggi kadar rotenonnya. Bertolak belakang dengan racun saponin yang
bereaksi lebih kuat pada salinitas yang lebih tinggi, sedangkan rotenon
bereaksi lebih kuat pada salinitas rendah.
Perlu
diperhatikan, daya tahan udang terhadap rotenon tidak jauh beda dengan daya
tahan ikan terhadap rotenon. Jadi pemakaiannya harus sangat hati-hati. Dan
tidak disarankan untuk digunakan pada saat pembesaran ikan/udang berlangsung.
Waktu penggunaan rotenon adalah pada saat pengolahan dasar tanah di sistem
semi intensif, setiap dimulainya siklus.
Cara
aplikasi:
Akar
tuba dipotong kecil-kecil lalu direndam dalam air selama 24 jam, setelah
direndam tumbuk hingga hancur dan dimasukkan dalam air sambil diperas hingga
air berwarna putih seperti santan. Racun rotenon akan hilang dengan sendirinya
setelah 4 hari. Dosis yang digunakan sekitar 10 kg akar tuba kering setiap
hektar lahan tambak.
Referensi: alamandeh.org, digilib.unila.ac.id