Arus air
laut adalah
pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju
keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh
lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang
dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang
panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin,
perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman,
topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling , downwelling.
2.
Faktor Penyebab Terjadinya
Terjadinya
arus di lautan disebabkan karena 2 faktor utama, yakni:
· Faktor internal, seperti perbedaan
densitas air laut, gradien tekanan mendatar serta juga gesekan lapisan
air.
· Faktor eksternal, seperti gaya tarik matahari serta
juga bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut serta juga gaya
coriolis, gaya gravitasi, gaya tektonik, perbedaan tekanan udara, serta
juga angin.
3.
Jenis-jenis
1.
Berdasarkan dengan Proses Terjadinya:
a. Arus ekman ialah Arus yang
dipengaruhi oleh angin.
b. Arus termohaline ialah
Arus yang dipengaruhi oleh densitas serta gravitas.
c. Arus pasang surut (pasut) ialah Arus yang
dipengaruhi oleh adanya pasang surut air laut.
d. Arus geostropik ialah
Arus yang dipengaruhi oleh adanya gradien tekanan mendatar serta
juga gaya coriolis.
e. Arus Wind driven current ialah
Arus yang dipengaruhi oleh adanya pola pergerakan angin
serta terjadi pada lapisan permukaan.
2.
Berdasarkan dengan tingkat Kedalamannya:
a. Arus permukaan. Terjadi di beberapa ratus meter dari
suatu permukaan, bergeraknya ialah dengan arah horizontal serta
juga dipengaruhinya oleh pola sebaran angin.
b. Arus dalam. Terjadi jauh pada dasar kolom
perairan, arah pergerakannya itu tidak dipengaruhi oleh adanya pola sebaran
angin serta juga membawa massa air dari daerah kutub ke daerah yang
ekuator.
B. PASANG SURUT
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka
laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Ada pula yang mendefinisikan
pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil.
1.
Teori
a. Teori
Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasang surut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi
ideal yang seluruh permukaannya di tutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (inertia)
diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut. Untuk memahami gaya pembangkit
pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi - bulan -
matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi - bulan dan sistem bumi - matahari.
Pada teori
kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang
sama dan naik turun muka laut sebanding dengan Gaya Pembangkit Pasang surut/GPP
(Tide Generating Force) yaitu akibat gaya tarik bulan dan gaya
sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang
naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air
tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi.
b. Teori
pasang Surut Dinamik (Dynamical Theory)
Dalam teori
ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman
yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode. Gelombang pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh
GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan
dasar.
Teori ini
melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasang surut dapat
diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit
pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut yang periodenya sebanding
dengan GPP. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang
perlu diperhitungkan selain GPP. Faktor-faktor tersebut adalah:
-
Kedalaman perairan dan luas perairan
-
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
-
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di
permukaan bumi akan berubah arah (coriolis effect). Di belahan
bumi utara membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat
sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Berkaitan dengan kejadian pasang surut, gaya coriolis
mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang
pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (phase lag) serta mengakibatkan
persamaan gelombang pasut menjadi non linier, semakin dangkal perairan maka
semakin besar pengaruh gesekannya.
Faktor
penyebab terjadinya pasang surut adalah:
• Rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari.
• Kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar.
• Faktor lokal seperti, topografi
dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan.
2.
Tipe
Pasang surut
di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Pasang surut harian tunggal (diurnal
tide). Merupakan pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.
b. Pasang surut harian ganda (semi
diurnal tide). Merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari. Terdapat di Selat Malaka
hingga Laut Andaman.
c. Pasang surut campuran condong harian
tunggal (mixed tide, prevailing diurnal). Merupakan pasang surut
yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam
tinggi dan waktu. Terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa.
d. Pasang surut
campuran condong harian ganda (mixed tide, prevailing semi diurnal).
Merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari, tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan
memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur.
3.
Alat Pengukur
a. Tide Staff (papan pasang surut).
Merupakan alat pengukur pasang surut paling sederhana, yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.
Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, aluminium atau bahan lain yang
dicat anti karat.
b. Tide
Gauge. Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian
permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.
Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu:
· Floating Tide Gauge (self
registering). Prinsip
kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit).
· Pressure Tide Gauge. Prinsip kerjanya hampir sama
dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam
melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit) dipasang di bawah permukaan air laut tersurut.
c. Satelit. Sistem satelit yang
digunakan adalah satelit altimetri yaitu Seasat, Geosat, ERS-1 dan ERS-2
dirancang untuk mengukur variabilitas arus dengan dimensi horizontal <1.000
km. Satelit Altimetri juga dapat melakukan pengukuran ketinggian permukaan laut
relatif terhadap suatu referensi tinggi, dalam hal ini, geoid. Geoid adalah
bentuk permukaan bumi yang tertutup dengan air (laut) pada permukaan relatif
bumi yang berotasi. Geoid memiliki gaya tarik menarik pada pusat bumi
dikarenakan konsentrasi massa.
Sumber: Bahan materi
Sekolah Lapang Iklim Nelayan, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas,
Semarang, 2017