Minggu, 09 November 2014

SELEKSI BENUR

Salah satu faktor keberhasilan usaha budidaya udang adalah penebaran benur yang berkualitas baik. Kondisi benur yang berkualitas baik, berarti benur tersebut dalam keadaan sehat atau bebas dari penyakit, nafsu makan yang tinggi serta tidak cacat dan ini merupakan faktor pendukung untuk mencapai pertumbuhan optimal maupun tingkat kehidupan yang tinggi.
Dewasa ini teknik menginduksi benur secara massal bukan merupakan sesuatu yang sukar. Sudah banyak teknisi dapat memenuhi target produksi yang secara komersial menguntungkan. Keberhasilan ini pada umumnya hanya sebatas di tempat perbenihan (hatchery), karena hampir semua parameter kualitas air, pakan dan penyakit dapat dikendalikan. Lain halnya dengan pembesaran udang di tambak, khususnya pada usaha budidaya udang teknologi sederhana dan semi intensif yang sebagian besar tergantung pada keadaan alam, sedangkan usaha untuk mengendalikan parameter kualitas air, pakan dan penyakit adalah sangat terbatas. Maka tingkat keberhasilan budidaya udang juga sangat rendah.
Mengingat besarnya pengaruh kualitas benur terhadap keberhasilan budidaya udang, maka pembudidaya ikan di tambak sebaiknya memahami terlebih dahulu bagaimana cara memeriksa atau faktor apa saja yang akan diperiksa dalam mendapatkan benur. Bila perlu sampai ke sumber pertama benih itu diperoleh seperti di tempat pembenihan (hatchery).
Secara visual atau penglihatan mata biasa dapat dibedakan antara benur yang baik dan yang tidak baik, yaitu antara Iain:
    Semua organ tubuh benur yaitu ekor, mata, kaki, antara kulit dalam keadaan lengkap dan tidak cacat;
    Gerakan benur lincah dan suka melawan arus;
    Bentuk tubuh ramping memanjang;
    Warna tubuh jernih / putih kecokelatan;
    Benur sensitif atau peka terhadap gangguan fisik pada lingkungannya, seperti benur akan segera bergerak cepat atau bila dikejutkan;
    Keadaan tubuh benur bersih dari kotoran dan Iumut;
    Benur aktif mencari makan dan nafsu makan tinggi;
    Tidak ada perubahan warna yang mencolok pada benur pada kondisi terang maupun gelap;
    Kuaiitas air berbagai media hidup benur harus benar-benar baik dan bebas penyakit;
    Fototaksis positif yaitu suka pada cahaya;
    Ukuran benur relatif seragam.
Dalam upaya mendapatkan benur siap tebar yang berkualitas baik, khususnya yang bersumber dari tempat pembenihan (hatchery), berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang harus mendapat perhatian untuk diperiksa:

a. Pembersihan Air
Melihat tingkat kejenuhan air di dalam bak pemeliharaan benur bila terdapat endapan sisa pakan atau air yang berbuih serta bau membusuk, hal ini menunjukkan rendahnya kualitas air. Karena air mengandung bahan organik yang memproduksi gas-gas beracun seperti sulfida, meta dan sebagainya. Akibatnya benur menjadi stres dan peka terhadap penyakit.

b. Kecerahan Air (Turbidity)
Memeriksa kecerahan air di dalam bak pemeliharaan benur, yaitu pewarnaan air yang disebabkan oleh populasi plankton di dalam air. Air yang baik adalah tidak terlalu cerah melainkan berwarna kehijauan atau kecokelatan. Keadaan ini menunjukkan banyak populasi plankton di dalam air. Sehingga akan menyediakan pakan alami, menghilangkan berbagai jenis senyawa beracun di dalam air seperti NH3, H2S, CH4 dan sebagainya. Serta dapat mengurangi stres pada benur.

c. Warna Benur
Warna benur sangat tergantung pada warna bak dan warna air jika benur terlihat berwarna merah atau merah jambu atau putih kekapuran, keadaan ini menunjukkan kemungkinan besar benur tidak sehat atau sudah terinfeksi penyakit. Sebaiknya warna benur putih jernih kecokelatan atau kehitaman.

d. Kelengkapan dengan Tubuh
Melihat apakah ada organ tubuh dari benur yang rusak atau hilang, memang sukar melihat satu persatu apalagi benur mengalami kerusakan dengan tubuhnya seperti kaki, mata, ekor dan antena, tetapi contoh secara acak harus diamati jika ada benur yang mengalami kerusakan pada mata atau hilang atau kerusakan pada ekor, kaki, dan sebagainya, itu berati banyak benur mengalami kerusakan selama proses pemindahan dari satu bak ke bak lainnya, atau karena saling memangsa sesamanya akibatnya benur peka terhadap infeksi penyakit dan juga pertumbuhannya menjadi lambat.

e. Posisi Benur
Lihat ke dalam bak, jika kebanyakan benur menempel atau bergantung di dinding bak atau suka berenang melawan arus, maka menunjukkan benur dalam keadaan sehat. Baik benur terlihat mengatur atau tenang dengan lemah maka kondisi benur tidak sehat. Cara ini dapat dilakukan yaitu mengambil air dengan gayung tepat berada di atas batu aerasi. Biasanya benur yang lemah atau terapung-apung di dasar bak dan akan terbawa oleh arus air, sehingga jika air yang diambiI tepat di atas batu aerasi mengandung banyak benur, hal ini menunjukkan bahwa di dalam bak banyak benur yang lemah.

f. Mengamati Benur dalam Kondisi Gelap
Ini suatu cara yang mudah dilakukan untuk mengetahui apakah benur yang sudah atau benur yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio sp., yaitu suatu jenis bakteri yang dominan menyerang udang sekarang ini.
Dalam kondisi gelap atau tepatnya pada malam hari dengan tidak menggunakan lampu, dapat dilihat titik cahaya yang menempel pada tubuh benur sehingga tubuh benur menjadi bercahaya. Titik-titik cahaya itu adalah bakteri Vibrio sp. yang menempel pada lapisan luar tubuh benur maupun yang masuk ke dalam jaringan tubuh benur. Jika sudah terlihat tanda-tanda seperti ini berarti sudah positif benur terinfeksi bakteri yang berbahaya bagi kehidupan benur. Hindari penggunaan benur yang berasal dan suatu tempat pembenihan yang salah satu bak pemeliharaan benurnya terkena infeksi bakteri Vibrio sp. Bakteri Vibrio sp. dapat menyerang benur pada tempat yang luas dan dalam waktu yang singkat serta berakibat mematikan bagi benur.

Prosedur Memilah Benur
Menetapkan metode untuk memilah benih udang yang terinfeksi penyakit SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo Virus) baik benih berasal dari pembenihan maupun alam. Formalin akan mereduksi bahan organik air dalam wadah pengujian oleh karena itu harus digunakan yang jernih atau menambah konsentrasi formalin jika menggunakan air yang banyak mengandung bahan organik/TOM > 60 ppm. Bahan yang digunakan meliputi air laut dengan salinitas sama dengan salinitas media pemeliharaan benih, formalin (Formaldehyde 37%, PA), dan benih udang PL 12-30.
Prosedur seleksi meliputi:
-    perendaman benur dalam tangki kerucut dengan kepadatan 500 benur/liter,
-    larutkan formalin ke dalam tangki kerucut,
-    perendaman benur selama 60 menit dengan aerasi kuat, dan
-    pematian aerasi.
Populasi benur dinyatakan baik apabila persentase benur yang tidak sehat < 1%, cukup baik (1-10%) dan tidak baik (> 10%).
Rujukan: teamean.wordpress.com, SNI 01-6497.4-2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar