Kalau dilihat ikan Sidat ini bentuknya sekilas mirip dengan belut namun sebenarnya Sidat ini berbeda dengan belut, Sidat memiliki sirip dada, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna, sehingga orang menduga sirip itu adalah “daun bertelinga” sehingga dinamakan pula “belut bertelinga”.
Sidat tumbuh besar di perairan tawar, setelah dewasa kembali ke laut untuk berpijah. Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, Sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah. Setelah memijah, induk akan mati.
Indonesia paling sedikit memiliki enam jenis ikan sidat yakni: Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica. Di Jepang, laboratorium penelitian Sidat, berusaha untuk menemukan teknik pemijahan secara buatan seperti halnya kita memijahkan ikan mas, lele dan udang.
Ikan Sidat yang ditangkap dari alam khususnya A. bicolor termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi. Salah satu penelitian menghasilkan protein berkisar 17,5- 21,5%, air 71,5-75,9%, lemak 3,3-9,5% dan abu 1,0-1,6%.
Ikan Sidat merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki prospek karena sangat laku di pasar internasional seperti: Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain; dengan demikian ikan Sidat ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia, Sidat banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam seperti pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat.
Berbeda halnya di negara lain (seperti Jepang dan negara-negara Eropa), di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan, padahal ikan liar ini baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlahnya cukup melimpah. Tingkat pemanfaatan Sidat secara lokal (dalam negeri) masih sangat rendah, akibat belum banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsumsi sidat. Demikian pula pemanfaatan Sidat untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas. Agar sumberdaya ikan Sidat yang keberadaannya cukup melimpah ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang diawali dengan mengenali daerah di sekitar kita yang memiliki potensi sumberdaya ikan Sidat mulai dari benih dan ukuran konsumsi yang kemudian dilanjutkan dengan upaya pemanfaatannya baik untuk konsumsi lokal maupun untuk tujuan ekspor. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Jepang yang sangat besar, yaitu ikan Sidat (Unagi atau Udanon, Jepang) yang banyak hidup di perairan Indonesia. Selain digemari karena kandungan gizi yang tinggi, harga Sidat sangatlah fantastis.
Sidat tumbuh besar di perairan tawar, setelah dewasa kembali ke laut untuk berpijah. Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, Sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah. Setelah memijah, induk akan mati.
Indonesia paling sedikit memiliki enam jenis ikan sidat yakni: Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica. Di Jepang, laboratorium penelitian Sidat, berusaha untuk menemukan teknik pemijahan secara buatan seperti halnya kita memijahkan ikan mas, lele dan udang.
Ikan Sidat yang ditangkap dari alam khususnya A. bicolor termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi. Salah satu penelitian menghasilkan protein berkisar 17,5- 21,5%, air 71,5-75,9%, lemak 3,3-9,5% dan abu 1,0-1,6%.
Ikan Sidat merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki prospek karena sangat laku di pasar internasional seperti: Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain; dengan demikian ikan Sidat ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia, Sidat banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam seperti pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat.
Berbeda halnya di negara lain (seperti Jepang dan negara-negara Eropa), di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan, padahal ikan liar ini baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlahnya cukup melimpah. Tingkat pemanfaatan Sidat secara lokal (dalam negeri) masih sangat rendah, akibat belum banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsumsi sidat. Demikian pula pemanfaatan Sidat untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas. Agar sumberdaya ikan Sidat yang keberadaannya cukup melimpah ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang diawali dengan mengenali daerah di sekitar kita yang memiliki potensi sumberdaya ikan Sidat mulai dari benih dan ukuran konsumsi yang kemudian dilanjutkan dengan upaya pemanfaatannya baik untuk konsumsi lokal maupun untuk tujuan ekspor. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Jepang yang sangat besar, yaitu ikan Sidat (Unagi atau Udanon, Jepang) yang banyak hidup di perairan Indonesia. Selain digemari karena kandungan gizi yang tinggi, harga Sidat sangatlah fantastis.
KARAKTERISTIK
Dalam ilmu taksonomi hewan, ikan Sidat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Division : Teleostei (Ikan bertulang belakang)
Ordo : Anguilliformes (Sidat)
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Species : Anguilla spp.
Tubuh Sidat bersisik kecil-kecil membujur, berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil yang masing-masing kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan-kumpulan di sampingnya. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi Sidat untuk berenang di antara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan. Warna tubuh abu-abu gelap di punggung, di bagian dada/perut berwarna keputihan.
Panjang tubuh ikan Sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral. Perbedaan di antara jenis ikan Sidat dapat dilihat antara lain dari perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan jumlah tulang belakang.
Sidat termasuk ikan karnivora (pemakan daging). Sama halnya dengan belut sawah (Monoterus albus/Fluta alba), lele (Clarias batracus), dan gabus (Ophiocephalus striatus). Di alam aslinya, Sidat memangsa ikan, kodok, udang, dan juga sesama Sidat (kanibalisme). Kanibalisme akan terjadi apabila populasi Sidat dalam satu koloni sangat besar, tetapi volume pakan kurang.
SIKLUS HIDUP
Sidat merupakan ikan catadromous, yakni ikan yang hidupnya di perairan air tawar di pedalaman. Baik berupa sungai besar, danau, waduk atau rawa, tetapi berkembang biak di laut. Indonesia paling sedikit memiliki enam jenis ikan Sidat yakni: Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica. Jenis-jenis ikan tersebut menyebar di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam. Di perairan daratan (inland water) ikan sidat hidup di perairan estuaria (laguna) dan perairan tawar (sungai, rawa dan danau) dataran rendah hingga dataran tinggi.
Jenis Sidat yang sering ditangkap nelayan hanya dua yaitu sidat kembang (A. mauritiana) dan sidat anjing (A. bicolor). Kedua jenis ini berdiam dalam lubang pada cadas-cadas atau di antara sela-sela batu, dan yang disukai masyarakat adalah Sidat kembang. Sidat anjing kurang disukai, bahkan ditolak untuk menyantap dagingnya karena namanya yang diembel-embeli "anjing".
Sidat Indonesia A. bicolor bicolor, A. marmorata, maupun A. celebensis, populasinya sangat mengkhawatirkan. Sidat Sulawesi, A. celebensis yang terdapat di danau Poso, Sulawesi Tengah, malahan sudah sangat kritis keadaannya. Sebab Sidat ini hanya endemik di pulau Sulawesi. Beda dengan A. bicolor bicolor dan A. marmorata yang meskipun diberi nama Indonesia, sebaran habitatnya mulai dari Madagaskar sampai ke Pasifik. Meskipun populasi A. bicolor bicolor, dan A. marmorata masih tidak sekritis A. celebensis, namun penelitian untuk budidaya secara intensif sudah sangat mendesak. Budidaya ikan Sidat bukan sekadar usaha peternakan, melainkan sebuah mata rantai agroindustri yang satu sama lain saling terikat.
Larva sidat dan tingkat pertumbuhannya |
Pada stadium larva, Sidat hidup di laut. Bentuknya seperti daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan leptocephalus. Larva ini hidup terapung-apung di tengah samudera. Leptocephalus hidup sebagai plankton terbawa arus samudera mendekati daerah pantai. Pada stadium elver, Sidat banyak ditemukan di pantai atau muara sungai.
Panjang tubuh 5-7 cm, tembus cahaya. Burayak (anak ikan/impun) akan hidup di air payau sampai umur satu tahun. Ketika itulah Sidat akan berenang melawan arus menuju hulu sungai. Setelah bertemu dengan perairan yang dalam dan luas, misalnya lubuk, bendungan, rawa atau danau, Sidat akan menetap dan tumbuh menjadi ikan buas dan liar. Impun dewasa inilah yang selanjutnya dikenal sebagai Sidat. Ketika itulah dia akan kembali ke laut lepas untuk kawin dan berkembang biak. Setelah berpijah, induk akan mati. Pola hidup Sidat bertolak belakang dengan ikan salmon (Salmonidae). Salmon justru hidup di laut, tetapi kawin dan berkembang biak di air tawar di pedalaman. Perilaku catadromous, tidak hanya terjadi pada Sidat, melainkan juga udang galah.
Perkembangan larva sidat dari leptocephalus sampai menjadi impun, yang banyak ditangkap di tepi pantai |
JENIS-JENIS SIDAT
Sidat (eels) adalah ikan dari famili Anguillidae. Ada sekitar 16-20 spesies Sidat, yang kesemuanya merupakan genus Anguilla. Di antaranya adalah Sidat: Eropa (A. anguilla), Jepang (A. japonica), Amerika (A. rostrata), sirip pendek (A. australis), putih (A. marmorata), loreng (A. nebulosa), loreng India (A. bengalensis bengalensis), loreng Afrika (A. bengalensis labiata), sirip pendek Indonesia (A. bicolor bicolor), sirip pendek India (A. bicolor pacifica), sirip panjang Indonesia (A. malgumora), sirip panjang Sulawesi (A. celebensis), sirip panjang Selandia Baru (A. dieffenbachii), sirip panjang dataran tinggi (A. interioris), sirip panjang Polynesia (A. megastoma), sirip panjang Afrika (A. mossambica), sirip pendek pasifik atau s pasifik selatan (A. obscura), bintik sirip panjang atau sirip panjang Australia (A. reinhardtii).
Sidat (eels) adalah ikan dari famili Anguillidae. Ada sekitar 16-20 spesies Sidat, yang kesemuanya merupakan genus Anguilla. Di antaranya adalah Sidat: Eropa (A. anguilla), Jepang (A. japonica), Amerika (A. rostrata), sirip pendek (A. australis), putih (A. marmorata), loreng (A. nebulosa), loreng India (A. bengalensis bengalensis), loreng Afrika (A. bengalensis labiata), sirip pendek Indonesia (A. bicolor bicolor), sirip pendek India (A. bicolor pacifica), sirip panjang Indonesia (A. malgumora), sirip panjang Sulawesi (A. celebensis), sirip panjang Selandia Baru (A. dieffenbachii), sirip panjang dataran tinggi (A. interioris), sirip panjang Polynesia (A. megastoma), sirip panjang Afrika (A. mossambica), sirip pendek pasifik atau s pasifik selatan (A. obscura), bintik sirip panjang atau sirip panjang Australia (A. reinhardtii).
KANDUNGAN GIZI
Komposisi kimia hasil perikanan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam di antaranya adalah penyakit dan keturunan (jenis/gen). Sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik. Stadia fisiologis juga akan mempengaruhi komposisi. Pada stadia juvenile, remaja, matang gonad, dan pasca memijah komposisi kimia akan disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis dari hasil perikanan. Jenis makanan yang tersedia juga mempengaruhi komposisi kimia ikan. Semakin tinggi kadar protein pakan yang diberikan semakin tinggi pula kadar protein daging ikan yang terukur. Ikan Sidat yang ditangkap dari alam khususnya A. bicolor termasuk ikan berlemak rendah dan sedang dengan kadar protein yang tinggi.
Tabel Komposisi kimia beberapa jenis ikan Sidat dewasa dalam 100 gram bahan segar (%)
Jenis/Komponen Protein Lemak Air Abu Serat
A. japonica 16,80 12,40 69,6 1,2 -
A. bicolor 18,70-20,32 7,23-8,11 67,79-70,73 2,69-3,20 0,73-0,77
A. bicolor pacifica 17,50-21,50 3,30-9,50 71,50-75,90 1,00-1,60 -
Beberapa tahun belakangan ini ditemukan bahwa ikan Sidat mengandung berbagai asam lemak tak jenuh yang tinggi yang tak ada pada hewan lainnya, sehingga dapat merupakan makanan utama yang memenuhi nafsu makan manusia, tanpa perlu kuatir badan akan menjadi gemuk. Tabel atas dan di bawah menunjukkan bahwa komposisi kimia ikan Sidat baik dalam satu jenis maupun jenis yang berbeda kadarnya juga berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya adalah jenis makanan yang tersedia, dengan pemberian protein yang semakin tinggi akan diikuti pula oleh kadar protein daging yang tinggi dan kadar air yang semakin rendah.
Tabel Komposisi asam amino ikan Sidat (A. bicolor) dengan perlakuan pakan (protein) yang berbeda (gram/100 gram protein)
Selain kadar protein yang menentukan komposisi kimia ikan, kadar karbohidrat juga berpengaruh. Pemberian karbohidrat yang tinggi dapat menghasilkan ikan dengan kadar lemak tinggi sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ikan Sidat yang rakus dan bersifat karnivora ternyata dengan pakan yang kaya karbohidrat juga bisa menghasilkan lemak tinggi, tetapi kadar proteinnya relatif rendah. Lemaknya dapat mencapai 25,61%, protein 15,89%, dan kadar air 57,21%.
Berdasarkan jenis pakan yang diberikan sesungguhnya pengguna dapat memilih ikan yang diharapkan, apakah kaya protein atau kaya lemak serta tekstur yang bagaimana. Komposisi kimia ikan ini tidak hanya ditentukan oleh pakan saja, tetapi juga ditentukan oleh fase fisiologis dari ikan tersebut. Namun untuk ikan Sidat belum ada data akurat mengenai perbedaan komposisi yang disebabkan oleh fase fisiologis dari ikan.
Rasa ikan Sidat harum dan enak, disebut sebagai “ginseng air”, fungsinya dalam memperpanjang umur dan melawan kelemahan dan penuaan tak ternilai. Sidat memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Dibanding ikan salmon, Sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, zat wajib untuk pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 748 mg/100 gram. Kandungan EPA (Eicosapentaenoic acid) yang terdapat dalam ikan Sidat sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram. Ikan Sidat mempunyai kandungan asam lemak Omega 3 tinggi, yakni sekitar 10,9 gram per 100 gram. Omega 3 ini dipercaya mampu meningkatkan fungsi mental, memori, dan konsentrasi manusia. Zat yang banyak terdapat dalam lemak Sidat ini juga terbukti mampu mengobati depresi, gejala penyakit kejiwaan atau schizophrenia. Mengkonsumsi ikan Sidat dapat mengatur imunitas tubuh manusia, sebagai anti oksidan, menghilangkan racun tubuh, serta memperlambat penuaan.
Ikan Sidat adalah sejenis ikan yang mempunyai nilai gizi sangat tinggi, kaya akan protein serta vitamin D dan E, serta mempunyai mucoprotein yang kaya, disebut sebagai 'asam amino lemak ganggang' dan 'asam ribonukleat'. Ikan Sidat juga terbukti mengandung vitamin A dengan kadar 100 kali lebih banyak dibandingkan ikan-ikan yang lain. Untuk 100 gram daging Sidat mengandung 5.000 IU vitamin E. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ikan Sidat adalah rajanya ikan untuk kandungan nutrisi yang ada di dalam tubuhnya, ini berdasarkan penelitian kedokteran modern yang menemukan bahwa kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ikan Sidat sangat tinggi, di antaranya:
1). vitamin B1, 25 kali lipat susu sapi,
2). vitamin B2, 5 kali lipat susu sapi,
3). vitamin A, 45 kali lipat susu sapi,
4). kandungan zinc (emas otak) 9 kali lipat susu sapi.
Teknologi menemukan bahwa daya hidup ikan Sidat yang ajaib bersumber dari tulang sum-sumnya yang besar dan kuat. Penelitian modern menunjukkan bahwa tulang sum-sum ikan Sidat mengadung beratus-ratus jenis zat bergizi, gizi dan nilai farmakologinya yang istimewa telah mendapat perhatian yang luas dari para pakar.
Sudah banyak terbukti, mengkonsumsi ikan Sidat secara teratur dapat mendorong terbentuknya lemak fosfat dan perkembangan otak besar, bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat. Juga memperbaiki sirkulasi kapiler, mempertahankan tekanan darah normal, mengobati pembuluh darah otak. Banyak orang merasakan manfaat mengkonsumsi ikan Sidat untuk penyakit rabun jauh, rabun dekat, glukoma dan penyakit mata kering disebabkan karena mata terlalu lelah. Minyak ikan Sidat dibuat dari ekstrak sumsum ikan Sidat segar, mengandung tiga jenis nutrien penting yaitu: asam lemak omega 3 (DHA & EPA), Phospholipids dan antioksidan Vitamin E.
PROSPEK USAHA
Usaha bisnis Sidat sebenarnya sangat cocok untuk dikembangkan mengingat peluang yang ada saat ini cukup menggembirakan, khususnya masyarakat Jepang yang saat ini merupakan konsumen ikan Sidat terbesar dunia, dimana setiap tahunnya membutuhkan 150 ribu ton dari 250 ribu ton kebutuhan dunia. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, populasi Sidat populer dunia seperti A. japonica, A. anguilla dan A. rostrata mulai menurun drastis karena konsumsi berlebihan, ditambah siklus hidup yang rumit menyebabkan stok benih budidaya ikan ini masih mengandalkan hasil tangkapan alam.
Menurunnya produksi Sidat membuat dunia mulai melirik ke spesies Sidat tropik di Indonesia yang ternyata merupakan pusat Sidat dan memiliki 12 spesies dari 18 spesies yang ada di dunia. Indonesia yang memiliki Sidat dengan jenis yang cukup beragam belum dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan Sidat yang dipasarkan merupakan hasil tangkapan dari alam. Sampai saat ini jumlah pembudidaya Sidat masih sangat terbatas, padahal potensi benih Sidat (glass eel) di Indonesia cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antara jumlah produksi benih yang dihasilkan dari alam belum sepadan dengan pemanfaatannya untuk pembesaran. Dengan demikian perlu dicermati mengingat kenyataan di lapangan permintaan ekspor terhadap benih Sidat semakin meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian.
Salam
BalasHapusSy nk mintak tolong viralkan berita baik ni yeπ’π
BalasHapusAssalamualaikum salam sejahtera warga groupπ’
1) Ni berkenaan kisah hidup pesakit lutut kronik dan masalah saraf sendi2 dan juga kisah hidup pesakit kanser stage 1 sampai stage 4, pesakit gout kronik dan juga produk yg berpatutan harga nya tapi kesannya setanding ubat harga mahal ribuan ringgit.
2)Dah ramai yg sembuh dengan penawar herba saya ni. Kanser yg sudah merebak ke organ-organ lain pun boleh diubati insya Allah.☺ππ»
3) banyak pengalaman dah saya berdepan dengan pesakit2 kanser,sakit saraf,sakit lutut dan gout. Ramai yg dh pulih.
4)Mcm2 kanser blh rawat termasuk leukimia,paru2,limfoma dan lain lain
5) Puan Rasmani Binti Md Noh psakit lutut kronik yg terpaksa jalan mengesot esot atas lantai dan klau cuba berjalan secara berdiri boleh dengar lutut berbunyi bunyi tulang yg sangat sakit. Hendak masak terpaksa gunakan kerusi sebab xmampu berdiri lama2 dan lepas 6 hari minum dah mampu berjalan lancar dan saraf kaki dah tak tegang dah. Mampu masak berdiri semula. Kesan sangat cepat baru 6 hari minum.
Jadi skg ni sy rsa perlu share berita ni buat semua supaya masih ade harapan bg mereka yg tercari2 penawar kanser yg tepat .πͺπΌ
▪Adik Izzat b.muhd Ariffin ,kanser Burkit Lymphoma stage 4 sekarang dh sembuh
Guru nya memberitahu beliau x pernah nampak seperti pengidap kanser tahap 4, kerana sentiasa nampak cergas dengan pengambilan jus yang memberi tenaga dan merawat.Beliau mengambil jus herba ini dr kanser tahap 4 sehingga sembuh.
..........................................................................
▪️Pn. Hayati Abd Hamid- Pensyarah Kanan UITM, kanser payudara stage 4.
Skg dh sembuh dn shat walau pon pernah diberitahu oleh doktor yang beliau hanya mampu bertahan 1 tahun saja untuk hidup. Beliau setia dengan jus herba ini selama lebih 6tahun.
Beliau mengarang sebuah naskah/buku yg mengisahkn pengalaman beliau sepanjang perjuangannya melawan kanser dengan mengambil jus herba ini sebagai salah satu rawatan alternatif (nk buku nti blh order)
Terkini (2020): Beliau pernah ditemuramah dlm rancangan Selamat Pagi Malaysia di Tv1 menceritakan tentang perjuangan beliau menempuh kanser dari tahap 4 hinggalah sembuh.
....................................................................................................................................................
▪Puan Rohana Binti Ismail seorang yang cergas dan aktif dalam mendaki gunung termasuk gunung Kinabalu dan lain2 gunung di Malaysia tapi sejak sakit bengkak lutut, segala aktiviti lasak terpaksa dilupakan sehingga nk turun tangga di ofis pun terpaksa turun bagaikan ketam turun tangga sebab lutut bengkak. Setelah minum jus ini, dalam masa 1 minggu saja kaki beliau dah semakin sembuh semula. Bengkak dah surut dan dlm msa 2 mingu saja mampu berjoging kembali, naik bukit dlm 8km jauh nya dah tak sakit2 dah lutut.
..........................................................................
▪️ Kanser Limforma B - cel tahap 4
En Shahrizal Taib, 41 tahun, pesakit kanser Limforma b cell tahap 4 ketulan di paru paru 8 cm pernah kena tebuk paru2 sebab berair ,tahun 2020. Dia mula minum jus herba pada tahun 2021. Pernah jalani kimoterapi 8kali dan radioterapi 15kali. Dia minum jus herba ini semasa dalam kimoterapi dan badan terasa bertenaga, tidak mengganggu proses kimo malah amat memberi tenaga tidak seperti pesakit lain yg tak minum herba. Herba bukan beri tenaga saja tp merawat sampai sembuh.
Call order wasap@call- En Mohd Zuhairi Bin Noordin- 017-4687570