Rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan
perikanan budidaya mempunyai peluang untuk dikembangkan, mengingat Indonesia
mempunyai potensi lahan pengembangan yang sangat besar. Sejalan dengan target
pencapaian produksi rumput laut Indonesia sebagaimana yang dicanangkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sampai dengan tahun 2016 sebesar
10.000.000 (sepuluh juta) ton, maka perlu upaya serius dari semua stakeholders dalam
melakukan pemanfaatan sumberdaya rumput laut secara optimal dan berkelanjutan.
Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah
memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang pentingnya pengelolaan
pasca panen rumput laut dalam rangka menjamin mutu produk rumput laut yang pada
akhirnya akan mendorong keberlanjutan. Industri pengolah sudah barang tentu harus
menjamin keberlangsungan kegiatan usaha budidaya rumput laut.
A. MELAKUKAN SORTIR RUMPUT LAUT HASIL PANEN BASAH
Pembahasan mengenai pengelolaan
pasca panen rumput dalam modul ini adalah berlaku untuk jenis rumput laut
penghasil karaginofit dalam hal ini Eucheuma cottonii yang
telah mampu dibudidayakan secara massal. Tipe karaginan ini dibagi menjadi 3
macam yaitu Iota karaginan, kappa karaginan dan lamba karaginan. Iota karaginan
dihasilkan oleh Eucheuma spinosum, kappa karaginan
dihasilkan oleh Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii sedangkan lamba karaginan
dihasilkan oleh jenis Condrus crispus.
Ketiga tipe karaginan tersebut dibedakan karena sifat jelly yang terbentuk.
Perlu
diketahui bahwa proses penyortiran pada pembahasan pada elemen komponen ini
adalah bagi rumput laut hasil panen basah, yaitu perlakuan sesaat setelah
melakukan pemanenan. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam melakukan proses
penyortiran antara lain sebagai berikut:
1). Perlakuan Panen
Panen rumput laut dilakukan secara benar hal ini guna menjaga kualitas rumput laut yang akan diolah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari. Perlakuan panen memberikan pengaruh nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pemanenan, antara lain:
·
Rumput laut
yang dipanen harus sudah memasuki umur panen sebagaimana yang dipersyaratkan
industri, yaitu 45 hari dengan pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali
lipat dari bibit awal. Pada umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel strength dan
mengandung karaginan yang optimal.
·
Pemanenan
dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari ikatan tali ris, atau
dengan memotong bagian pangkal batang dengan menggunakan pisau tajam agar mempertahankan
rumput laut tetap utuh. Hal ini untuk menghindari penurunan mutu rumput laut.
Perlakuan panen dengan jalan diserut/dipatahkan pada bagian batang atau thallus
akan menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara langsung
akan menurunkan mutu rumput laut.
2).
Seleksi Hasil Panen Rumput Laut Basah
Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa
rumput laut kering dan rumput laut segar. Perlu diketahui bahwa pada sebagian
pembudidaya proses pemanenan ada yang dilakukan dengan pemanenan total, artinya
setelah mencapai umur 45 hari rumput laut dipanen untuk kemudian dilakukan
seleksi untuk memisahkan thallus muda
yang kemudian akan dijadikan bibit untuk ditanam kembali.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
seleksi hasil panen basah antara lain:
1. Memisahkan antara rumput laut siap
jemur/panen dengan thallus untuk
dijadikan bibit rumput laut. Umur rumput laut siap panen dengan bibit dapat
dilihat berdasarkan tampilan thallus
rumput laut. Thallus yang muda
cenderung mempunyai tampilan warna cerah/transparan serta bila dipatahkan akan
langsung patah dengan mudah.
2. Memisahkan rumput laut dengan jenis rumput laut
lain, biasanya tidak jarang pada saat proses budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdapat
jenis lain yang menjadi kompetitor misalnya, Gracillaria, Spinosum
sp maupun Sargassum yang menempel pada rumpun
terutama pada budidaya dengan metode lepas dasar.
3. Memisahkan rumput laut dari kemungkinan
menempelnya jenis ganggang/lumut, kotoran maupun jenis hewan air penempel lain.
4. Hasil panen rumput laut basah harus
dibersihkan dengan jalan dicuci sebelumnya dengan air laut sebelum dijemur.
3). Standar Mutu Hasil Panen
Rumput Laut Basah
Seleksi hasil panen rumput laut basah dilakukan guna
menjamin mutu rumput laut agar sesuai dengan standar yang diinginkan pihak
industri pengolah. Secara umum standar hasil panen rumput laut basah yang perlu
diperhatikan, meliputi:
1. Umur panen harus memenuhi yaitu antara 45-50
hari. Umur panen tersebut telah memenuhi standar mutu terutama gel strength dan
kandungan karaginan pada rumput laut.
2. Rumput laut tidak terjadi patahan pada batang
maupun thallus yang disebabkan oleh perlakuan panen yang kurang benar.
Mematahkan secara langsung dengan tangan apalagi dengan cara diserut akan
menyebabkan keluarnya gel secara berlebih melalui permukaan patahan, hal ini secara
langsung akan berpengaruh terhadap gel strength rumput
laut.
3. Rumput laut bersih dari penempelan antara lain
ganggang dan kotoran lain serta thallus
dan batang normal.
4. Mempunyai bau khas alamiah.
B. MENYIAPAKAN PERALATAN PENGERING
Pada dasarnya proses pengeringan/penjemuran rumput
laut Eucheuma cottonii dapat dilakukan dengan tiga
metoda, antara lain:
1. Penjemuran dengan alas di atas permukaan tanah
2. Penjemuran dengan metode para-para jemur
3. Penjemuran dengan metode gantung
Spesifikasi peralatan dan sarana yang dibutuhkan
hendaknya disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
Langkah awal sebelum melakukan pengeringan rumput laut
yaitu dengan membuat sarana pengeringan, sesuai metode yang akan digunakan.
Beberapa kebutuhan peralatan yang harus dipersiapkan dalam membuat fasilitas
pengeringan, antara lain:
Penjemuran
dengan alas di permukaan tanah.
Yang perlu dipersiapkan antara lain:
alas plastik/terpal atau lantai semen yang digunakan sebagai alas untuk
penyebaran rumput laut, dengan ukuran disesuaikan dengan kapasitas produksi maupun
kapasitas lahan.
Penjemuran
dengan metode para-para jemur
Kebutuhan antara lain: tiang bambu,
alas dengan menggunakan bilahan bambu/anyaman bambu dengan lubang/rongga yang
tidak terlalu besar, atau dapat pula dengan mengunakan jaring poliethylene (PE) ukuran lubang 2 cm sebagai alas,
paku, gergaji, golok, tali, dan tutup terpal. Ukuran para-para jemur
disesuaikan dengan kapasitas lahan. Biasanya yang cukup ideal adalah dengan
lebar 1-1,5 meter dan panjang 10-25 meter.
Penjemuran
dengan metode gantung
Kebutuhan yang perlu dipersiapkan
antara lain: bambu, kayu, dan tali PE. Jumlah dan
panjang gantungan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kapasitas lahan.
Bambu digunakan sebagai tempat untuk menggantung rumput laut bersama tali ris
pada saat penjemuran, sedangkan kayu digunakan sebagai penyangga atau tiang
gantungan, tali PE digunakan untuk
mengikat kayu ataupun bambu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar