Rabu, 02 Mei 2018

RUMAH GARAM


Secara umum ada dua cara untuk menghasilkan garam. Cara yang pertama adalah dengan proses penguapan air yang mengandung garam tinggi, baik dari laut maupun danau. Cara kedua adalah dengan melakukan penambangan garam yang tersimpan di bawah permu­kaan tanah.

Di beberapa negara terdapat area di bawah permukaan tanah yang berukuran besar dan memiliki ketebalan beberapa meter garam yang disebut salt bed atau kasur garam. Negara seperti Amerika Serikat, Pakistan, Jerman, Spanyol, Belanda, Iran memiliki gua-­gua garam yang dapat dimanfaatkan untuk eksplo­rasi garam. Indonesia memiliki tambang garam dengan deposit yang tergolong besar di dunia, yakni di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sayangnya belum ada investor yang menggarap potensi tersebut.

Berdasarkan data produksi ga­ram, Amerika Serikat menduduki posisi pertama dengan pasokan hingga 46,5 juta ton (22%) dari produksi garam seluruh dunia sekitar 220 juta ton. Selanjutnya Tiongkok 17%, India 7%, Kanada 6,7 %, Australia 5,3%. Sedangkan Indone­sia berada di posisi 32 dunia, yakni 0,5 % dari total pasokan garam dunia. Negara penghasil garam terbesar memiliki kelebihan sistem pengola­han garam, terutama berada pada tahap akhir sistem pengolahannya.

Mereka memilih lokasi tambak garamnya di kawasan dengan kelembaban udara di bawah 70% dan sum­ber air laut yang bersih. Berlainan dengan kondisi lingkungan tambak garam di Indonesia yang mana air lautnya semakin kotor karena pencemaran. Begitu pula tanah un­tuk produksi garam banyak yang bermasalah.

Di luar negeri, proses evaporasi atau penguapan garam lebih sem­purna karena perjalanan air laut dari sejak titik masuk (intake) hingga panen kristal garam bisa berjalan selama 9-­12 bulan. Sedangkan di In­donesia hanya berlangsung selama 4-­5 bulan.

Modernisasi dan transformasi teknologi garam nasional telah dilakukan dengan cara menerapkan Teknologi Ulir Filter (TUF) Ge­omembran. Mekanisme TUF Ge­omembran adalah sistem produksi garam dengan cara air laut dialirkan ke dalam kolam penampungan terle­bih dahulu, dilakukan filterisasi se­belum masuk ke dalam meja kristal. Batok kelapa dan batu zeolit diguna­kan sebagai filter yang bersifat kar­bon aktif, yaitu bisa menghilangkan bau dan memberi efek warna garam putih alami.

Dengan teknologi TUF Geomem­bran produktivitas bisa meningkat. Perbandingannya, produksi garam dengan menggunakan cara tradi­sional hanya bisa menghasilkan 60­-80 ton garam per hektar selama musim panen, namun dengan teknik di atas, panen garam bisa mencapai 120­-140 ton per hektar. Selain itu, proses pengkristalan garam dengan menggunakan TUF Geomembran juga jauh lebih cepat, yaitu hanya 14 hari dibanding cara tradisional yang butuh waktu 30 hari.

Saat ini sudah seharusnya dilakukan moder­nisasi usaha garam rakyat dengan inovasi teknologi. Salah satunya adalah pembuatan garam dalam rumah garam. Rumah garam ini terbuat dari bahan bambu dan plastik biasa. Teknologi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknik TUF Geomembran dengan berbagai perubahan/rekayasa perlakuan.
Dalam proses membuat garam dengan cara rumah garam, petani garam terlebih dahulu mengumpulkan air laut untuk selanjutnya disimpan dalam tandon atau banker.
Air laut yang disimpan hingga tua di dalam bunker, sambungnya, bisa sewaktu-waktu digunakan atau diproses menjadi garam dengan disalurkan ke 15 petak tambak garam di lahan seluas 1 hektar.
Caranya, di musim panas kita perbanyak air tua, sehingga bisa produksi sepanjang musim, jadi harus ada bunker 1.000 meter per segi. air tua yang dikumpulkan kalau dijadikan garam bisa mencapai 100 ton.
Dengan inovasi ini, bisa diproduksi garam sebanyak 400 ton per hektar dalam setahun karena tidak lagi tergantung pada cuaca.



Gbr. 1. Rumah Garam berbentuk terowongan (tunel)
Rumah garam merupakan istilah teknis dalam proses pembuatan garam di tambak.
Bentuknya dapat berupa terowongan (tunel) seperti tampak dalam gambar (1) maupun prisma segi empat (gambar 2).

Gbr. 2. Rumah Garam berbentuk Prisma segi empat










Beberapa kelebihan atau keuntungan system rumah garam dibandingkan dengan cara-cara lainnya adalah seperti tercantum dalam tabel berikut.



No.
Tradisional
Geoisolator
Prisma/Tunel
1
Pembentukan kristal garam sangat lama
Pembentukan kristal garam agak cepat
Pembentukan kristal garam lebih cepat karena sinar matahari lebih fokus
2
Kualitas garam yang dihasilkan tergolong KW 3
Kualitas garam yang dihasilkan tergolong KW 1 dan KW 2
Kualitas garam yang dihasilkan tergolong KW 1 dan kualitas industri
3
Memerlukan waktu 30 hari untuk pembentukan lantai dasar garam
Memerlukan waktu selama 15 hari untuk pembentukan lantai dasar garam
Memerlukan waktu 12 hari untuk pembentukan lantai dasar garam
4
Waktu pembuatan garam
Tahap I   : 30 hari
Tahap II  : 15 hari
Tahap III : 10 hari, dst.
Waktu pembuatan garam
Tahap I   : 30 hari
Tahap II  : 15 hari
Tahap III : 10 hari, dst.
Waktu pembuatan garam
Tahap I   : 15 hari
Tahap II  : 12 hari, dst.
5
Produktivitas lahan 60-70 ton/ha per musim setiap tahun selama 100 hari
Produktivitas lahan 120-130 ton/ha per musim setiap tahun selama 100 hari
Produktivitas lahan 450 ton/ha per musim sepanjang tahun selama 360 hari
6
Lebih rumit dalam proses produksi
Kemudahan dalam proses produksi
Mampu mengatur produksi garam sepanjang tahun
7
Sulit dalam pemanenan
Mudah dalam pemanenan
Mudah dalam pemanenan
8
Warna garam kusam, putih kecokelatan
Warna garam putih kapur
Warna garam putih mengkilat
9
Kadar NaCl disesuaikan dengan permintaan pasar (umumnya kurang dari 90%)
Kadar NaCl disesuaikan dengan permintaan pasar (umumnya lebih dari 90%)
Kadar NaCl disesuaikan dengan permintaan pasar (dapat mencapai lebih dari 94%)


Pustaka: id.beritasatu.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar