Seperti halnya ikan-ikan jenis lainnya, dalam budidaya
juga tidak luput dari kendala-kendala dan
permasalahan.
Munculnya kendala dan hambatan dalam
budidaya
disebabkan
faktor-faktor alam dan
pengelolaan
yang
kurang
tepat.
Kendala yang disebabkan oleh
faktor
alam yaitu adanya serangan penyakit sehingga mengakibatkan kerugian besar bila tidak
bisa
mengatasinya. Kendala yang
diakibatkan pengelolaan yang
kurang
tepat dapat berupa keahlian sumber daya manusia yang kurang berhati-hati dan kurang ketrampilan, pakan yang digunakan dan manajemen air yang kurang tepat.
Berikut ini beberapa permasalahan yang sering
muncul dalam budidaya, penyebab dan cara mengatasinya.
1. Pertumbuhan Benih Lambat (Kuntet)
Pertumbuhan benih yang lambat dapat
disebabkan oleh faktor yang diturunkan induk, faktor fisika kimia air yang kurang mendukung dan kualitas dan kuantitas
pakan yang diberikan kurang baik. Apabila penyebabnya adalah faktor fisika
kimia
air
yang kurang mendukung maka untuk mengatasinya Suhu, pH dan faktor kebersihan air harus selalu diperhatikan dengan cara mengontrolnya setiap saat. pH yang terlalu asam akan mengakibatkan
pertumbuhan benih lambat. Suhu air yang terlalu rendah juga
akan menyebabkan
benih
menjadi malas
makan sehingga
kebutuhan gizi dari pakan tidak
terpenuhi.
2. Benih Malas Makan
Benih yang malas
makan akan tampak kurus. Akibatnya, banyak sisa pakan yang mengendap pada dasar kolam.
Benih yang malas makan dapat disebabkan
oleh
lingkungan dalam kolam itu sendiri, seperti
suhu
rendah, suplai
oksigen kurang, pH asam, jenis
pakan yang diberikan atau benih terserang penyakit, seperti sakit perut dan blooting (tidak dapat buang kotoran).
Apabila penyebabnya adalah suhu maka untuk mengatasi suhu
air
yang terlalu rendah dapat digunakan heater sehingga suhu air
akan naik secara perlahan-lahan. Apabila suplai oksigen kurang maka dapat digunakan hi-blow/kincir.
3. Perut Benih Menggembung Seperti Balon
Kadangkala dijumpai benih dalam kolam dengan perut yang menggembung dan membesar. Benih
dengan kondisi seperti itu diperkirakan terkena blooting (tidak bisa buang kotoran).
Hal ini biasanya diakibatkan
oleh suplai oksigen yang
kurang
dan kandungan nitrit yang
tinggi. Cara mengatasinya, air kolam segera diganti dan
dasar perairan disipon. Air kolam yang baru ditambahkan garam. Suplai oksigen
ditambah dengan memperbesar hi-blow
4. Benih Mengambang di Permukaan kolam
Benih yang selalu mengambang
di
permukaan air kolam diperkirakan
mengalami gangguan
saluran pernapasan.
Terganggunya insang dapat diakibatkan
adanya
bakteri atau adanya limbah yang berupa
logam-logam berat
atau kimia lainnya. Cara mengatasinya adalah dengan mengganti air kolam
dengan air yang baru
karena air yang kotor cukup potensial menjadi penyebab gangguan ini.
5. Mati
mendadak
Sering dijumpai mati secara tiba-tiba atau mati mendadak.
Bangkainya
terapung
dipermukaan air. Hal ini membuat panik dan bingung
pembudidaya. Apalagi jika yang
mati
jumlahnya cukup banyak. Kepanikan seperti ini terutama
dialami
pembudidaya pemula atau yang baru coba-coba. Hal-hal yang dapat
menyebabkan gejala mati
mendadak
dan
solusi yang harus dilakukan diantaranya
adalah:
a. Suhu air kolam terlalu panas
Jangan sepelekan
suhu
air kolam. Pertahankan pada kisaran ideal, yakni
sekitar 28-30oC, terutama yang masih benih sangat sensitif terhadap perubahan
suhu
yang terlalu panas, akan stres dan napsu makan menurun.
Pencemaran dan
metabolisme tubuh tidak berfungsi dengan baik.
Lama kelamaan akan mati.
Solusinya, lindungi bagian atas kolam dengan memasang terpal plastik untuk mencegah masuknya sinar matahari secara langsung
ke kolam atau gunakan tanaman enceng gondok untuk menyediakan tempat berlindung (shelter) bagi ikan.
Tanaman tersebut juga berfungsi sebagai inang bagi sejumlah mikroorganisme yang
dapat dijadikan sumber
pakan alami
bagi
b. Perubahan mendadak
pH air secara
ekstrim
Pada tahap awal pembuatan
kolam, tingkat keasaman atau pH sudah
dikondisikan sedemikian rupa agar memenuhi syarat ideal bagi hidup ikan.
Seperti halnya suhu air,
pH air kolam juga
merupakan hal yang perlu dipertahankan.
Biasanya, hujan pertama dapat mengubah pH air dalam waktu singkat. Solusinya,
jika turun hujan pada hari pertama, segera
ganti air
kolam. Penggantian air
kolam
dilakukan sebagian. Gunakan mesin diesel
untuk mengurangi maupun memasok
air kolam.
c. Air kolam tercemar
zat beracun
Air kolam yang tercemar zat beracun akan menyebabkan kematian dalam
jumlah besar. Zat
beracun tersebut biasanya berasal dari sisa pakan yang
mengendap di dasar kolam.
Dalam jumlah banyak, zat beracun yang
terkandung di
dalamnya akan menyebar ke seluruh air kolam yang pada gilirannya akan meracuni
tersebut. Zat beracun juga bisa berasal dari
obat-obatan kimia seperti pestisida.
Hal
ini sangat
mungkin terjadi di kolam yang lokasinya berada di areal persawahan.
Terlebih, sumber
air berasal dari
sungai atau saluran irigasi yang juga dimanfaatkan
oleh
petani padi. Kemungkinan lainnya, zat beracun berasal dari pakan tambahan (pakan hidup) seperti ikan rucah yang telah terkontaminasi limbah beracun
sebelumnya. Solusinya, ganti sebagian air kolam
dengan air baru. Jangan lupa, saat
menguras sebagian air kolam, ujung
pipa pompa disel ditempatkan dikeranjang
plastik
agar tidak ada yang ikut tersedot.
6. Air kolam berwarna merah kehitaman
Jika Air kolam berwarna merah kehitaman, tandanya air kolam telah tercemar
(terjadi polusi). Pencemaran tersebut
diakibatkan oleh
penumpukan sisa pakan dan
sisa kotoran di dasar kolam. Dalam waktu yang lama, penumpukan sisa pakan akan menjadi racun dan membahayakan bagi kesehatan.
Penebaran
benih yang padat
memiliki potensi
polusi
air lebih
tinggi
daripada penebaran benih
rendah,
karena kotoran yang dihasilkan
lebih
banyak. Begitu juga
dengan sisa pakan, karena jatah pakannya lebih banyak. Umumnya, potensi pencemaran terjadi sekitar
2-3 minggu sebelum
panen. Solusinya yang harus dilakukan
adalah dengan mengganti air sebanyak
40%
dari volume air yang ada.
Sumber: Pelatihan Manajemen Kualitas Air Budidaya Perikanan, BPPP Banyuwangi, 2021