Selasa, 15 Juli 2014

BENARKAH PUASA MENYEHATKAN



Oleh : Muhammad Murni, S.Pi. Disampaikan dalam Kuliatul ‘Ashr oleh Karisma di Masjid Jami’ Walisanga Tanjung, Brebes 
MUKADDIMAH                

          Definisi puasa (as-Shaum) secara lughowi bermakna imsak (menahan diri / meninggalkan). Menurut syariat berarti menahan diri dari makan dan/atau minum, syahwat dan segala yang membatalkan dengan niat ibadah sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Malik ( 2003 ) menyatakan bahwa puasa Ramadhan mengakomodasi empat kebutuhan sekaligus : yakni bersifat syar’i (sesuai perintah agama), tabi’i (sesuai bawaan alamiah), insani (sesuai hasrat intelektual manusia) dan jama’i (sesuai hasrat sosial). Sedangkan menurut Al-Jazairi dalam Hafiduddin (1996), puasa bermanfaat baik dari segi mental, sosial dan medikal. Lebih familiar Danarto (2000) menyatakan bahwa dalam berpuasa kita bagaikan di-tune-up,  di-spooring dan di-balancing. Ini semua sesuai dengan sabda Rasulullah saw.: “Berpuasalah, niscaya kalian menjadi sehat”.

METODOLOGI DAN PROSEDUR

1.        Niat
Niat yang tepat berpengaruh signifikan terhadap hasil akhir suatu amal. Seorang mukmin, terutama yang berpuasa, memerlukan sikap optimistis (roja / berpengharapan dan chusnudhon / berbaik sangka) dengan apa yang tengah dikerjakannya. Sikap dan pola pikir seperti ini menjadikannya merasa mudah / ringan, senang hati dan bersemangat dalam melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Sedangkan orang yang tidak memiliki niat, dalam berbuat akan malas dan apatis dengan hasil perolehan perbuatannya. (Telaah QS. Al-Baqarah: 62 dan Al-An’am: 132).

2.        Kendali Diri (Self Control)
Pengendalian diri merupakan aspek utama seseorang dikategorikan berpuasa atau tidak. Unsur / komponan yang harus dikendalikan adalah ucapan, penglihatan, pendengaran, perasaan dan syahwatnya (Perhatikan HR. Bukori Muslim). Semakin baik kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri, maka semakin arif dalam mengatasi berbagai problem hidup dan kehidupannya. Pengendalian diri yang tepat akan membuahkan ritme organ tubuh menjadi normal, sehingga keseimbangan jaringan (hormonal) terjaga baik. Menjaga ritme organ dan jaringan adalah tujuan dari segala tindakan medis guna tercapainya kesehatan jasmani yang prima dan paripurna.

3.        Pola Makan
Islam menyempurnakan syariat puasa dengan sahur dan ta’jil. Etika menyantap hidangan, jenis menu tertentu yang dianjurkan dan formulasi asupan pangan sangan jelas dipandu / diajarkan dalam syariat Islam. Paduan dari kedua hal tersebut sangat ideal dalam menjaga kesehatan tubuh ( organ pencernaan ).
Beberapa contoh syariat yang bisa ditelaah adalah sebagai berikut :
a.    Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyib (QS. Al-Maidah: 88).
b.    Dihalalkan semua organisma akuatik, terutama organisma oceanic (QS. Al-Maidah: 96).
c.    Tidak dianjurkan mengkonsumsi ‘jeroan”, kecuali hati (Al-Hadits)
d.    Bersegera berbuka dan mengakhirkan sahur (Al-Hadits)
e.    Sunah berbuka dengan kurma, makanan basah atau air (Al-Hadits)
f.     Menyantap makanan dengan tiga jari (Al-Hadits)
g.    Menyantap makanan sebaiknya tidak bersandar (Al-Hadits)
h.    Membersihkan makanan yang tersisa (Al-Hadits )
i.      Mengisi lambung dengan tiga bagian (padatan, air dan udara). Versi lain dengan tujuh bagian (Al-Hadits)

4.        Qiyamul-lail, Tadarus Quran dan I’tikaf
Beribadah khusus di malam hari menjadikan seseorang lebih mengenal diri sendiri dan mampu ‘melihat’ berbagai aspek kehidupan lain, juga dapat memancarkan ‘aura’ keimanan. Dengan tadarus Quran seorang mukmin akan mengalami pencerahan lahir dan batin karena kenikmatan yang diperoleh dari ‘mukjizat’ Al-Quran. Sedangkan i’tikaf adalah ritual sunah yang amat besar andilnya terhadap berfungsinya komunikasi langsung seorang mahluk dengan penciptanya.
Perpaduan ketiga aktivitas tersebut akan membuahkan ketenangan hati dan kecerahan berpikir, yang pada akhirnya sangat mendukung terpeliharanya kesehatan.

5.        Kesalehan Sosial
Kesalehan (“solidaritas”) sosial haruslah menjadi prosedur tetap atau parameter standar yang perlu diterapkan pada setiap shoimin, agar efek domain dari perilaku berpuasa menyebar ke pihak-pihak lain dan membentuk komunitas kesalehan yang lebih luas. Setiap individu yang berpuasa akan berinteraksi positif terhadap lainnya, sehingga terkumpul populasi kesalehan sampai akhirnya terbentuk komunitas / masyarakat yang saleh secara spiritual dan sosial.
Kesalehan / solidaritas sosial dapat diaplikasikan dalam bentuk saling memberi bahan berbuka, berzakat-infaq dan sodaqoh, menyantuni fakir-miskin dan yatim-piatu serta menjadi pemaaf (Telaah HR. Bukhori Muslim).

PENUTUP

          Puasa merupakan metode yang tepat untuk membentuk jasmani dan ruhani yang sehat. Syariat Islam yang berkaitan dengan puasa dapat mengobati penyakit dan/atau memperbaiki kerusakan jaringan tubuh dan menjaga kesehatan lahir batin untuk masa kehidupan yang lebih lama. Diharapkan seorang mukmin mampu mengaktualisasikan puasa islami yang kaffah dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar