Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan
pesat di berbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini
membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi,
hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan
teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya
penggunaan zat aditif yang berbahaya. Zat aditif adalah bahan kimia yang
dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.
Dari berbagai senyawa pembangkit cita rasa yang
beredar bebas di pasaran seperti misalnya MSG, 5 nukleotida, maltol
(soft drink), dioctyl sodium sulfosuccinate (untuk susu kaleng) dan lain
sebagainya, ternyata hanya Monosodium Glutamate (MSG) yang banyak menimbulkan
kontroversi antara produsen dan konsumen. Namun sejauh ini, belum banyak
penelitian langsung terhadap manusia. Hasil dari penelitian dari hewan, memang
diupayakan untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-hasilnya masih bervariasi.
Sebagian menunjukkan efek negatif MSG seperti pada hewan, tetapi sebagian
juga tidak berhasil membuktikan. Yang sudah cukup jelas adalah efek terjadinya
migren terutama pada usia anak-anak dan remaja. Memang disepakati bahwa usia
anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada
kelompok dewasa. Sementara untuk efek terjadinya kejang dan urtikaria
(gatal-gatal dan bengkak di kulit seperti pada kasus alergi makanan), masih
belum bisa dibuktikan.
World Health Organization
(WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa
ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi
dalam 3 katagori yaitu:
1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat
bersifat racun terhadap organ-organ tubuh,
2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat
mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan,
3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan
dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Asam glutamat telah digunakan di berbagai macam
jenis produk makanan di berbagai negara sejak tahun 1940, khususnya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
Asam glutamat merupakan salah satu dari 20 asam amino yang ditemukan pada protein
dan MSG merupakan monomer dari asam glutamat. MSG memberikan rasa gurih dan
nikmat pada berbagai macam masakan, walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan
rasa gurih yang berarti. Penambahan MSG ini membuat masakan seperti daging,
sayur, sup berasa lebih nikmat dan gurih.
MSG dijual dalam berbagai bentuk produk dan
kemasan, produk penyedap rasa seperti Ajinomoto, Miwon,
Sasa, Royco atau merek dagang lainnya mengandung
MSG sebagai salah satu bahan penyedap rasa. Produk makanan siap saji, makanan
beku maupun makanan kaleng juga mengandung MSG dalam jumlah yang cukup besar.
Selain lada dan garam, botol berlabel penyedap rasa yang mengandung MSG juga
dapat dengan mudah ditemukan di rak bumbu dapur maupun di atas meja restoran.
Umumnya, Restoran Cina
banyak menggunakan MSG untuk menyedapkan masakan-masakannya. Walaupun sebagian
besar orang dapat mengkonsumsi MSG tanpa masalah, beberapa orang memiliki
alergi bila mengkonsumsi berlebihan yaitu gejala seperti pening, mati rasa yang
menjalar dari rahang sampai belakang leher, sesak nafas dan keringat dingin.
Secara umum, gejala-gejala ini dikenal dengan nama sindrom restoran cina.
Asam glutamat dan gamma-asam aminobutirat
mempengaruhi transmisi signal di dalam otak. Asam glutamat meningkatkan transmisi
signal dalam otak, sementara gamma-asam
aminobutirat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada
beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan
transmisi signal dalam otak.
Sejarah
Gb. Butiran MSG/Vetsin |
MSG mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi
sebenarnya memiliki sejarah panjang. Selama berabad-abad orang Jepang mampu
menyajikan masakan yang sangat lezat. Rahasianya adalah penggunaan sejenis
rumput laut dari jenis
Laminaria japonica. Pada tahun 1908,
Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan kunci kelezatan
itu pada kandungan asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa
sebelumnya – asam, manis, asin dan pahit – dengan umami (dari akar kata umai yang dalam bahasa Jepang berarti lezat).
Sebelumnya di Jerman pada tahun 1866, seorang
peneliti juga berhasil mengisolasi asam
glutamat dan mengubahnya menjadi dalam bentuk monosodium glutamate (MSG),
tetapi belum tahu kegunaannya sebagai penyedap rasa.
Umami banyak ditemukan pada bahan pangan alami seperti tomat, daging,
jagung, ikan, dan lainnya, lalu peserta seminar diminta untuk mencicip rasa
umami tomat. Selain itu Komponen utama pembentuk rasa umami adalah glutamate, inosinat, dan guanylate. Saat ini, semua jenis kaldu, bumbu dan saos kaya akan
glutamat.
Rasa umami dalam dunia kuliner sudah menjadi bagian penting. Di restoran atau hotel menggunakan kaldu untuk menghasilkan cita rasa
tersebut. Kaldu tersebut biasanya diperoleh dari hasil ekstraksi tulang daging
sapi, ayam, ikan, dan sayuran.
Orang yang
berjasa menemukan MSG adalah Prof. Kikunae Ikeda. Beliau adalah seorang guru
besar kimia yang berasal dari Tokyo Imperial University. Ikeda sangat tertarik
dengan rasa makanan tertentu, yang rasanya ada di luar 4 rasa utama, manis,
pahit, asam, asin. Untuk mengetahui rasa tersembunyi itu, beliau melakukan
penelitian.
Di tahun 1907, Ikeda
melakukan penelitiannya. Dia menemukan bahwa rahasia rasa yang enak itu
terdapat dalam kaldu yang didapat dari kombu, yaitu sejenis ganggang laut yang
banyak dipakai sebagai bumbu tradisional oleh warga Jepang. Sejumlah besar
kaldu kombu dipakai untuk diubah
menjadi bentuk kristal yang disebut glutamat.
Gb. Rasa kelima yang ditemukan
|
Dari 100 gram kombu kering, dapat dihasilkan 1 gram
glutamat. Rasa inilah yang akhirnya ditemukan, rasa yang melengkapi 4 rasa
utama. Ikeda menyebutnya sebagai rasa kelima dan diberi nama umami. Dari
kristal glutamat itu, Ikeda menyempurnakan temuannya agar bisa digunakan
sebagai bumbu dapur yang awet dan mudah dimasak, sehingga terciptalah MSG.
Hasil temuan
inilah yang akhirnya menjadi bumbu penyedap masakan yang kita kenal. Ikeda
memegang hak paten MSG, dan Ajinomoto menjadi perusahaan terbesar di dunia yang
memproduksi MSG. Prof. Kikunae Ikeda meninggal di tahun 1936, namun hasil
penemuannya masih digunakan sampai sekarang hampir di seluruh dunia.
Gb. Contoh makanan yang mengandung MSG |
Hampir semua
masakan gurih yang kita jumpai mengandung MSG, bahkan di Eropa dan Amerika, MSG
banyak digunakan untuk berbagai masakan. Mie instan, keripik kentang, ayam
goreng, burger, bahkan masakan Indonesia sehari-hari semakin gurih berkat MSG.
Sekarang ini MSG digolongkan sebagai GRAS (Generally
Recognized As Save) atau secara umum dianggap aman. Hal ini juga didukung
oleh US Food and Drugs Administration (FDA) yang menyatakan MSG aman.
Tentu dalam batas konsumsi yang wajar.
Di kios atau pasar sekitar kita sudah beredar bermacam-macam merek
“penyedap masakan”. Ada yang dari Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong
dan beberapa merek lagi. Kesemuanya mempunyai komposisi yang sama yaitu: Mono
Sodium Glutamat (MSG) yang rumus kimianya HCOCCH (HN2)2 COO-Na sebagai hasil campuran asam glutamat dan natrium hidroksida.
Bahan yang paling penting untuk membuat MSG yaitu asam glutamat yang berupa
asam amino yang ada pada tumbuhan, hewan, minyak bumi dan pada tubuh manusia.
Pernah diberitakan bahwa asam glutamat itu dibuatnya dari otak babi. Hal ini sukar untuk dipercaya sebab tidak ekonomis, susah untuk
membuatnya dan lagi asam glutamat yang ada di dalam otak babi itu hanya berkadar 0,01%.
Di Negara kita, pabrik MSG membuat asam glutamat itu dari Molase (gula tetes), sisa gula tebu yang sudah tidak bisa menjadi kristal. Di negara yang tidak mempunyai tebu, asam glutamat itu dibuatnya dari ganggang, gula bit, gandum, kedelai, tapioka, minyak bumi atau sengaja membuatnya secara sintetis. Pembuatannya itu memerlukan teknologi tinggi serta modal yang tidak sedikit.
Di Negara kita, pabrik MSG membuat asam glutamat itu dari Molase (gula tetes), sisa gula tebu yang sudah tidak bisa menjadi kristal. Di negara yang tidak mempunyai tebu, asam glutamat itu dibuatnya dari ganggang, gula bit, gandum, kedelai, tapioka, minyak bumi atau sengaja membuatnya secara sintetis. Pembuatannya itu memerlukan teknologi tinggi serta modal yang tidak sedikit.
MSG Pembangkit Citarasa
Asam glutamat merupakan bagian dari kerangka
utama berbagai jenis molekul protein yang terdapat dalam makanan dan secara
alami terdapat dalam jaringan tubuh manusia. Beberapa di antara asam glutamat tersebut
terdapat dalam bentuk bebas, artinya tidak terikat dengan asam–asam amino
lainnya, tetapi masih terdapat dalam makanan. Hanya dalam bentuk bebas itulah
asam glutamat mampu berfungsi sebagai senyawa pembangkit citarasa makanan atau
masakan. Glutamat bebas tersebut dapat bereaksi dengan ion sodium (natrium)
membentuk garam MSG.
MSG yang banyak dijual di toko-toko, diproduksi
dalam skala komersial melalui proses fermentasi dengan menggunakan bahan mentah
pati, gula bit, gula tebu, atau molases (tetes). Begitupun, menyadari tingginya
konsumsi MSG di wilayah Asia, WHO menggunakan MSG untuk program fortifikasi
vitamin A. Di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1996. Juga, penggunaan MSG
bisa menjadi salah satu pilihan dalam menurunkan konsumsi garam (sodium) yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi khususnya pada golongan manula. Hal ini
karena untuk mencapai efek rasa yang sama, MSG hanya mengandung 30% natrium
dibanding garam.
Glutamat di dalam Tubuh
Glutamat diproduksi di dalam tubuh manusia dan
mempunyai peranan penting di dalam proses metabolisme. Secara alami glutamat
ditemukan di otot, otak, ginjal, hati dan organ-organ lainnya termasuk juga di
dalam jaringan. Selain itu, glutamat juga ditemukan pada air susu ibu (ASI)
dengan tingkat 10 kali lipat dari yang ditemukan di susu sapi. Rata-rata setiap orang
mengkonsumsi glutamat antara 10 sampai 20 gram dan 1 gram glutamat yang bebas
dari makanan yang kita makan setiap harinya.
Pada kebanyakan diet glutamat sangat cepat
dimetabolis dan digunakan sebagai sumber energi. Dari segi pandangan nutrisi,
glutamat termasuk non-essential amino acid, yang berarti bahwa tubuh
kita dapat memproduksi glutamate dari sumber protein yang lain, jika memang
diperlukan tubuh memproduksi sendiri glutamat untuk berbagai macam kebutuhan
essential.
MSG dan
Kesehatan
Orang Jepang menggunakan MSG dari tahun 1920, oleh sebab MSG sudah merebak ke seluruh dunia, para ilmuwan sudah mengadakan berbagai percobaan, bahaya atau tidaknya MSG ini. Pada awalnya yang dipakai percobaan itu anak Ayam, anak Bebek, Kelinci dan Monyet.
Pada tahun 1971 dilaporkan bahwa MSG yang diberikan kepada anak Ayam yang dicampurkan pada air minumnya menyebabkan matinya anak ayam tersebut disebabkan ginjalnya rusak.
Dilaporkan bahwa Tikus kecil yang diberi pakan MSG ketahuan sel-sel darah putihnya berubah berupa sel-sel kanker. Dilaporkan juga bahwa anak Ayam yang sudah diberi MSG, jumlah sel otaknya berkurang 24% dibanding dengan anak Ayam yang normal tanpa diberi MSG. Di Jepang telah mengadakan percobaan dengan jalan memberi larutan MSG 2% terhadap beberapa anak Ayam. Ketahuan bahwa anak Ayam tersebut semuanya mati.
MSG di Singapura menyebabkan penyakit radang hati dan menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) bagi anak-anak sekolah. Penelitian yang dilakukan ahli Indonesia menyimpulkan: anak Ayam dan anak Bebek yang diberi MSG itu mati. Sedangkan anak Ayam yang sudah agak besar seperti yang dibius, jalannya tidak normal, dan rupa-rupa gejala lainnya.
Masih banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa MSG itu positif menimbulkan kelainan terhadap hewan-hewan yang dibuat percobaan.
WHO pun tidak tinggal diam, hasil penelitian yang berupa rekomendasi yang disampaikan pada sidang Codex Alimentary Commission (CAC) tahun 1970 menyebutkan bahwa MSG berupa makanan sehari-hari, bisa dipakai paling banyak 6 mg/kg berat badan manusia dewasa. Jadi kalau berat badannya 50 kg, seharinya tidak boleh lebih dari 2 gram.
Di Amerika, dan di Singapura ada peraturan tidak boleh ditambahkan terhadap makanan bayi dan terhadap makanan yang sudah jadi (instan). Makanya harus memakai takaran yang sudah ditentukan dan mencampurkannya pun harus dibatasi.
Pada tahun 1959, FDA mengelompokkan MSG sebagai GRAS, sehingga tidak perlu aturan khusus. Kemudian pada tahun 1970 FDA menetapkan batas aman konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam. Mengingat belum ada data pasti, saat itu ditetapkan pula tidak boleh diberikan kepada bayi kurang dari 12 minggu. Dari penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun oleh para scientis bahwa MSG aman untuk dikonsumsi, sejauh tidak berlebihan termasuk pada wanita hamil dan menyusui.
Orang Jepang menggunakan MSG dari tahun 1920, oleh sebab MSG sudah merebak ke seluruh dunia, para ilmuwan sudah mengadakan berbagai percobaan, bahaya atau tidaknya MSG ini. Pada awalnya yang dipakai percobaan itu anak Ayam, anak Bebek, Kelinci dan Monyet.
Pada tahun 1971 dilaporkan bahwa MSG yang diberikan kepada anak Ayam yang dicampurkan pada air minumnya menyebabkan matinya anak ayam tersebut disebabkan ginjalnya rusak.
Dilaporkan bahwa Tikus kecil yang diberi pakan MSG ketahuan sel-sel darah putihnya berubah berupa sel-sel kanker. Dilaporkan juga bahwa anak Ayam yang sudah diberi MSG, jumlah sel otaknya berkurang 24% dibanding dengan anak Ayam yang normal tanpa diberi MSG. Di Jepang telah mengadakan percobaan dengan jalan memberi larutan MSG 2% terhadap beberapa anak Ayam. Ketahuan bahwa anak Ayam tersebut semuanya mati.
MSG di Singapura menyebabkan penyakit radang hati dan menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) bagi anak-anak sekolah. Penelitian yang dilakukan ahli Indonesia menyimpulkan: anak Ayam dan anak Bebek yang diberi MSG itu mati. Sedangkan anak Ayam yang sudah agak besar seperti yang dibius, jalannya tidak normal, dan rupa-rupa gejala lainnya.
Masih banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa MSG itu positif menimbulkan kelainan terhadap hewan-hewan yang dibuat percobaan.
WHO pun tidak tinggal diam, hasil penelitian yang berupa rekomendasi yang disampaikan pada sidang Codex Alimentary Commission (CAC) tahun 1970 menyebutkan bahwa MSG berupa makanan sehari-hari, bisa dipakai paling banyak 6 mg/kg berat badan manusia dewasa. Jadi kalau berat badannya 50 kg, seharinya tidak boleh lebih dari 2 gram.
Di Amerika, dan di Singapura ada peraturan tidak boleh ditambahkan terhadap makanan bayi dan terhadap makanan yang sudah jadi (instan). Makanya harus memakai takaran yang sudah ditentukan dan mencampurkannya pun harus dibatasi.
Pada tahun 1959, FDA mengelompokkan MSG sebagai GRAS, sehingga tidak perlu aturan khusus. Kemudian pada tahun 1970 FDA menetapkan batas aman konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam. Mengingat belum ada data pasti, saat itu ditetapkan pula tidak boleh diberikan kepada bayi kurang dari 12 minggu. Dari penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun oleh para scientis bahwa MSG aman untuk dikonsumsi, sejauh tidak berlebihan termasuk pada wanita hamil dan menyusui.
Berbahayakah MSG?
Penyedap rasa
dalam makanan adalah hal yang tidak akan ketinggalan saat proses memasak masa
kini. Dari seluruh lapisan masyarakat, kini telah aktif dalam penggunaan
penyedap rasa untuk makanan. Selain murah harganya, penyedap rasa adalah salah
satu alternatif yang dianggap paling cepat dan tepat untuk menggurihkan dan
memberikan cita rasa yang enak pada makanan. Tapi tahukah Anda dibalik makanan
yang gurih dan lezat tersebut terdapat sebuah zat yang mematikan?
Setiap harinya
tanpa kita sadari, kita juga mengkonsumsi zat yang dapat membahayakan tubuh
kita. Di rumah dan juga makanan-makanan yang
diperjualbelikan di pasaran tidak dapat menjamin apakah
makanan tersebut menyehatkan atau tidak. Ibu-ibu rumah tangga sekarang adalah
termasuk salah satu konsumen tetap penggunaan penyedap rasa pada makanan.
Dengan banyaknya variasi penyedap rasa yang ditawarkan, ibu-ibu rumah tangga
lebih dimudahkan untuk mengkreasikan masakan-masakannya sama halnya seperti
para pedagang makanan.
Salah satu
jenis bumbu atau penyedap rasa yang paling sering digunakan adalah MSG atau
yang biasa dikenal dengan nama vetsin. Vetsin ini juga banyak
terdapat dalam minuman kemasan seperti yoghurt maupun saos. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO, penyedap rasa tidak boleh ditambahkan dalam
makanan bayi berumur di bawah 3 bulan. Adapun batas pemakaian
penyedap rasa untuk manusia adalah sekitar 0 sampai dengan 120 mg untuk tiap
kilogram berat badan orang yang memakannya. Contohnya, untuk seorang
pria/wanita yang mempunyai berat badan 50kg, maka ukuran normal mengkonsumsi
MSG adalah tidak lebih dari 6 gr atau setara dengan kurang lebih 2 sendok teh.
Zat aditif yang terdapat pada makanan dan berfungsi untuk menambah, mempertegas
rasa serta aroma makanan berasal dari golongan ester, seperti isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butyl butirat (rasa nanas) dan sebagainya
dapat menyebabkan regenerasi kanker dan merusak sel dan juga dapat menyebabkan
translasinya sel menjadi abnormal sehingga menjadi tumor ganas. Dalam zat
pemanis buatan juga tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula)
dan serbitol dapat menyebabkan
diabetes dan kerusakan lambung. Selain itu pemanis buatan juga dapat
menyebabkan kerusakan hati dan organ pankreas.
Zat aditif lain
yang juga dapat mencegah atau menghambat oksidasi adalah asam askorbat
(bentukan garam kalium, natrium, dan kalium) digunakan pada daging olahan dan
kaldu. Butil hidroksianisol (BHA)
digunakan untuk lemak dan minyak makanan. Butil
hidroksitoluen (BHT) digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan
mentega. Zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel menjadi kanker atau amandel
serta juga dapat menyebabkan penyakit tipes.
Walaupun FDA
Amerika menyatakan kalau MSG termasuk aman untuk dikonsumsi, tapi pemakaian MSG
masih kontroversial karena berbagai hasil temuan studi mengenai dampak negatif
MSG.
MSG merupakan
asam glutamat, neurotransmitter yang
mempengaruhi sinyal saraf pada neuron-neron tertentu. Apakah MSG buruk bagi
kesehatan? Pada awal tahun 1950-an, studi-studi melaporkan dampak yang
signifikan dari paparan MSG terhadap mamalia. Jika tikus yang baru lahir
diekspos dengan MSG, maka neuron-neuron pada lapisan dalam retina mata mereka
akan mati. Selain itu, bagian tertentu di otak termasuk hypothalamus,
juga ikut mengalami kerusakan. Jika dibandingkan dengan tikus, terang peneliti,
manusia 5-6 kali lebih sensitif terhadap MSG dibandingkan tikus.
Para peneliti
juga menyatakan kalau tikus merupakan model terbaik untuk melihat hubungan
antara obesitas dan MSG. MSG, menurut para peneliti, merupakan pemicu obesitas,
diabetes tipe 2 serta sindrom metabolik x pada tikus. Bukti menunjukkan kalau
MSG mengganggu hubungan endokrin antara meta-thermoregulatory modulators
seperti neuropeptida dan leptin dan target mereka, brown fat. MSG
mengurangi thermogenicity brom fat sambil menekan asupan makanan.
Artinya, MSG akan membuat Anda obesitas bahkan saat Anda mengurangi asupan
kalori.
Tidak hanya
menyebabkan obesitas, berdasarkan hasil studi yang dilakukan FDA tahun 1995,
konsumsi MSG bisa menimbulkan efek samping berupa:
- Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan depan dan dada
- Rasa kaku pada bagian belakang leher, yang akan menjalar ke lengan dan punggung
- Rasa nyeri, hangat dan lemah pada wajah, pusat, punggung atas, leher dan lengan
- Muka terasa tegang
- Sakit di dada
- Sakit kepala
- Mempercepat detak jantung
- Kesulitan bernapas
- Mengantuk
- Lemah dan lelah
Dengan melihat
sebegitu banyaknya dampak negatif MSG bagi kesehatan, lebih bijaksana kalau
mengurangi jumlah konsumsi MSG Anda. Apakah hanya dengan mengurangi MSG saat
masak? Tentu tidak, Anda juga perlu mengurangi konsumsi produk-produk makanan
olahan yang sebagian besar dilengkapi dengan MSG. Cermatlah dalam membeli
makanan dengan terlebih dahulu membaca label pada kemasan.
Jika Anda tidak
bisa bebas dari perasa makanan, ada baiknya menggunakan perasa makanan alami.
MSG terbuat dari asam glutamat yang secara alami terdapat pada daging, tulang
serta ceker ayam. Jadi, Anda bisa membuat perasa alami sendiri dengan mengolah
daging atau tulang ayam menjadi kaldu dan menggunakannya sebagai penambah rasa
makanan Anda. Selain rasanya yang tetap enak, sekaligus juga tidak mengganggu
kesehatan.
Pengaruh Negatif Penggunaan MSG
A. Chinese
Restaurant Syndrome
Tahun 1968 ditemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya
cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien
itu mengalami kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan
cina memang dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa
yang dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese
Restaurant Syndrome.
Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di
atas, masih dugaan sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah
terjadinya defisiensi vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat
mengalami hambatan ketika diserap. Konon menyantap 2–12 gram MSG sekali makan
sudah bisa menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal betul karena
dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.
B. Kerusakan
Sel Jaringan Otak
Di St. Louis pada tahun 1969 diadakan penelitian pada tikus putih muda.
Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 – 4 mg per gram berat tubuhnya.
Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun
penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur dalam makanan
tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.
Asam glutamat meningkatkan transmisi signal
dalam otak, gamma-asam aminobutirat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi
MSG berlebihan pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara
peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak.
C. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita
melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis
akibat pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat
karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa
juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan
dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan,
penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis dari penelitian
tadi jelas cara memasak amat berpengaruh.
D. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam
kesehatan masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi
akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari
konsumen. Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat
bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya
gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya
GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin.
Pada Wanita Hamil dan Menyusui
Hasil penelitian menunjukkan, glutamat hanya
akan menembus placenta bila kadarnya dalam darah ibu mencapai 40–50 kali
lebih besar dari kadar normal. Itu artinya mustahil kecuali glutamat diberikan
secara intravena. Sementara kalau ibu menyusui menyantap MSG 100 mg/kg
berat badan, mungkin kadar glutamat dalam darahnya akan naik, tetapi tidak
dalam ASI.
Batasan aman yang pernah dikeluarkan oleh badan
kesehatan dunia WHO, asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan.
Jadi, jika berat seseorang 50 kg, maka konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan
tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari. Rumus ini hanya berlaku pada
orang dewasa. WHO tidak menyarankan penggunaan MSG pada bayi di bawah 12 minggu.
Pada
Remaja Putri
Menurut
penelitian, remaja putri saat ini sudah banyak mendapati dampak dari penggunaan
penyedap rasa pada makanan. Dari kebanyakan remaja putri yang berlebihan dalam
mengkonsumsi MSG, banyak sekali didapati penyakit yang berawal dari adanya
kelenjar pada payudara yang kemudian apabila tidak cepat diatasi dengan
menghentikan konsumsi MSG akan berpeluang besar
menimbulkan tumor ganas dan kanker payudara. Makanan cepat saji dan instan
seperti, mie, bakso, ayam goreng, minuman kemasan, goreng-gorengan adalah
makanan yang berpeluang untuk menimbulkan penyakit. Apalagi menggunakan MSG
dalam kadar yang sangat banyak, misal 12 gram tiap harinya bisa menyebabkan
gangguan kesehatan seperti; gangguan lambung, mual-mual, gangguan tidur, reaksi
alergi, hipertensi, diabetes, kanker, asma, penurunan kecerdasan dan
kelumpuhan. Maka pintar-pintarlah dalam memilih makanan yang baik untuk tubuh
agar terhindar dari penyakit yang membahayakan. Makanan yang berwarna menarik
dan lezat belum tentu baik untuk kesehatan tubuh kita. Efeknya mungkin belum
dirasakan sekarang, tapi ketahuilah bahwa harta yang paling berharga adalah
kesehatan.
Simpulan
MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada
berbagai macam masakan, walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan rasa
gurih yang berarti. MSG aman dikonsumsi sejauh tidak berlebihan. Meski dinilai
aman, MSG hendaknya tidak diberikan bagi orang yang tengah mengalami cidera
otak karena stroke, terbentur, terluka, atau penyakit syaraf. Konsumsi MSG
menyebabkan penumpukan asam glutamat pada jaringan sel otak yang bisa berakibat
kelumpuhan. Batasan aman yang pernah dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia WHO,
asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan.
Mengacu pada
kenyataan-kenyataan di atas, kita bisa menimbang-nimbang untung dan ruginya
menggunakan MSG dalam makanan sehari-hari. Satu hal yang sudah nyata, MSG itu
bisa menimbulkan gejala alergi atau keracunan yang disebut Chinese Restaurant
Sindrome. Pusing, mual, muntah-muntah bisa menimbulkan
sakit, dada seperti terserang penyakit jantung.
Saran
Saran
1.
Jangan terlalu mudah mencampurkan MSG kepada makanan,
karena makanan kita, memakai bumbu tradisional pun sudah terasa enak.
2.
Mesti hati-hati menggunakan MSG. tidak boleh melebihi
takaran yang sudah ditentukan yaitu 6 mg/kg berat badan manusia/hari buat
manusia dewasa.
3.
Anak kecil atau Ibu yang sedang mengandung, harus
hati-hati supaya jauh dari pengaruh negatif akibat penggunaan MSG.
4. Hindari makanan/minuman yang mengandung pengawet,
pewarna, esen dan pemanis buatan.
Para bunda harus hati-hati memberikan makanan untuk anak-anak kita tercinta.
Para bunda harus hati-hati memberikan makanan untuk anak-anak kita tercinta.
Rujukan:
bayutriono.student.umm.ac.id, ajinomoto.co.id, vemale.com, klikdokter.com, forum.detik.com, kesehatan.kompasiana.com