Sampling udang
merupakan kegiatan yang mutlak diperlukan dalam suatu kegiatan usaha budidaya di
tambak. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat bahwa salah satu
karakteristik usaha budidaya udang adalah bersifat ‘unvisible object’,
yang berarti segala tingkah laku, kondisi dan pertumbuhan udang di dalam petakan
tambak tidak dapat diamati secara langsung karena terhalang oleh perairan yang
menjadi habitatnya.
Berdasarkan
karakteristik seperti inilah salah satu alternatif kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengestimasi profil udang di dalam tambak adalah dengan melalui
kegiatan sampling.
Sampling udang secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan pengambilan beberapa sampel (contoh) udang pada satu populasi dalam suatu periode waktu tertentu. Mengacu pada pengertian tersebut di atas maka disarankan sebaiknya kegiatan sampling dilakukan secara berkala dari udang usia benur sampai udang usia dewasa dan saat menjelang panen.
TUJUAN
Tujuan sampling pada
kegiatan budidaya udang secara umum antara lain untuk mengetahui:
1.
Kondisi udang yang terkait dengan kualitas udang. Pada saat dilakukan
sampling dapat dilakukan pengamatan secara langsung terhadap kualitas udang
yang menjadi sampel pengamatan. Hasil dari pengamatan dari beberapa kondisi
udang dari kegiatan sampling dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan dalam pemberian perlakuan/treatment
terkait dengan teknis budidaya. Pada kondisi tertentu/khusus yaitu pada saat
udang terkena masalah dengan kategori berat kegiatan sampling dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan yang mengarah pada pemanenan.
2. Tingkat
keseragaman udang, yaitu tingkat
variasi/keragamanan ukuran dan berat udang dalam suatu populasi pada umur yang
relatif sama pada satu periode waktu tertentu. Tingkat keseragaman udang pada
suatu populasi dikatakan relatif bagus jika ukuran dan berat udangnya relatif
sama (seragam), sebaliknya jika dalam suatu populasi udang memiliki ukuran dan
berat yang bermacam-macam/bervariasi maka tingkat keseragaman udang dapat
dikatakan relatif jelek. Tingkat keseragaman udang dalam suatu usaha budidaya
udang akan sangat berpengaruh pada penyusunan program pakan terkait dengan
jenis, ukuran dan berat pakan yang diberikan secara harian.
3. Survival Rate (SR), yaitu tingkat
kehidupan udang di tambak pada periode waktu tertentu dibandingkan dengan
populasi awal. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui nilai SR adalah
dengan menghitung rata-rata jumlah udang yang tertangkap dalam luasan jala
tertentu yang dikalikan dengan luas petakan tambak dibandingkan dengan luasan
jala yang digunakan.
4. Average Body Weigth (ABW),yaitu berat
rata-rata udang dalam suatu populasi udang pada saat periode tertentu. ABW
diperoleh dengan jalan menghitung berat total dari udang dibagi jumlah udang
yang tertangkap di dalam jala.
5.
Biomass udang, yaitu jumlah
berat total dari suatu populasi pada periode waktu tertentu dan biasanya
dinyatakan dalam satuan berat. Biomass
udang dapat diestimasikan melalui perkalian antara SR dengan jumlah populasi
awal dikalikan dengan ABW udang pada saat tertentu.
6. Size udang. Size udang dapat diartikan sebagai
ukuran udang berdasarkan jumlah udang yang terdapat dalam 1 kg berat udang,
atau dapat diformulasikan sebagai: Size
udang = 1000 gr/ABW (gr). Sebagai contoh: ABW udang = 25 gr, maka size = 1000/25 = 40.
7. Kondisi dasar
tambak. Dalam kegiatan
sampling terutama yang dilakukan dengan menggunakan jala, salah satu aspek yang
dapat diamati selain yang terkait dengan kualitas udang adalah aspek kondisi
dasar tambak. Badan jala pada saat digunakan/dilempar ke dalam tambak akan
segera turun ke dasar tambak sehingga pada saat ditarik kembali selain udang
jala tersebut juga akan membawa benda-benda termasuk kotoran yang berada di
dasar perairan. Pengamatan yang perlu di cermati adalah adanya lumpur hitam dan
bangkai udang dalam kondisi di luar batas kewajaran.
8.
Keberadaan dan
tingkat populasi predator/kompetitor di dalam tambak. Pada saat sampling dengan menggunakan jala dapat
diperkirakan jenis dan tingkat kepadatan predator/kompetitor yang hidup
berdampingan dengan udang di dalam satu petakan tambak.
Sebagai
catatan: item nomor (2) dan nomor (4) di atas masih nilai estimasi yang
bersifat kasar karena bagaimanapun juga kegiatan budidaya dengan udang sebagai
obyeknya relatif memiliki karakteristik yang tidak dapat dianggap sebagai obyek
yang statis dan menyebar rata di dasar tambak.
Mengacu pada beberapa tujuan sampling udang tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil dari kegiatan sampling diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam hal:
1.
Pengambilan
keputusan terkait dengan teknis budidaya sesuai dengan kondisi/kualitas udang
serta kondisi dasar tambak pada saat itu.
2.
Estimasi/penyesuaian
kebutuhan pakan udang sesuai tingkat kebutuhan udang pada saat itu.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa kegiatan sampling udang sebaiknya dilakukan secara berkala dari udang usia benur sampai udang usia dewasa dan saat menjelang panen. Jangka waktu antar kegiatan sampling dalam satu periode budidaya udang dalam penerapannya di lapangan dapat dikatakan bervariasi tergantung dari kebiasaan, misalnya 10 harian, 20 harian atau satu bulan sekali yang terutama adalah sifatnya yang berkala dan teratur.
Selain sampling berkala dan teratur, dalam kondisi tertentu dapat dilakukan sampling yang bersifat insidental yang disebabkan adanya udang terindikasi terkena suatu masalah, sehingga perlu pengamatan secara langsung terhadap kualitas udang di dalam tambak tersebut sebagai upaya mengestimasi tingkat keberlanjutan satu siklus budidaya pada tambak tersebut. Khusus untuk indikasi masalah yang ditandai dengan adanya kematian massal udang di dasar tambak, maka dengan melakukan sampling jala dapat diperkirakan tingkat keparahan masalah tersebut. Jika kematian udang sudah menyebar di dasar tambak maka dapat diindikasikan permasalahan tersebut sudah pada tingkat sangat parah dan pengambilan keputusannya sebaiknya mengarah pada pemanenan. Sampling yang bersifat insidental juga biasa dilakukan pada saat menjelang panen normal terutama untuk memberikan data/informasi kepada para calon pembeli tentang size dan kualitas udang yang dihasilkan, sehingga dapat dilakukan kesepakatan tentang harga/nilai jual udang tersebut.
Ada beberapa dasar pemikiran
yang perlu diperhatikan sebelum melakukan sampling, antara lain:
1.
Kegiatan
sampling sebaiknya dilakukan pada saat sinar matahari tidak terlalu terik atau
dengan kata lain dalam suasana teduh (pagi/sore hari, atau tempat yang
terlindung dari sinar matahari yang terik. Kondisi tersebut bertujuan
menghindari penurunan kualitas udang karena terkena sinar matahari pada saat
sampling, meskipun udang yang diambil sebagai sampel jumlahnya tidak terlalu
besar.
2.
Kegiatan
sampling sebaiknya dilakukan pada saat kondisi udang secara umum normal dan
tidak dalam kondisi moulting (ganti kulit), karena udang dalam keadaan moulting relatif lemah dan rentan
terhadap “guncangan” di lingkungannya.
3.
Kegiatan
sampling sebaiknya dilakukan sekitar 2–3 jam setelah pemberian pakan sehingga
pengambilan sampel udang akan lebih efektif karena udang masih menyebar di
sekitar daerah pakan sehingga masih dalam jangkauan jala sampling. Sedangkan
untuk sampling anco, kisaran waktu tersebut merupakan saat-saat udang mulai
“menyerbu” anco untuk mengkonsumsi pakan yang ada di anco.
4.
Kegiatan
sampling sebaiknya dilakukan tidak dalam kondisi sirkulasi air dan dianjurkan
pengoperasian kincir seminimal mungkin, sehingga bukaan jala tidak terganggu
oleh arus air yang ditimbulkannya.
Khusus untuk sampling yang bersifat insidental, terutama pada tambak dengan udang-udang terindikasi terkena masalah/penyakit maka dapat dilakukan sesegera mungkin tanpa perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, hal ini bertujuan untuk dapat mendeteksi dan mengambil keputusan terkait dengan treatment budidaya maupun ke arah pemanenan.
JENIS-JENIS SAMPLING
Berdasarkan
alat yang digunakan maka kegiatan udang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
1.
Sampling Benur. Kegiatan sampling ini biasanya dilakukan pada saat
pengadaan bentur di lokasi pembenihan/hatchery
dan pada saat akan memulai tebar benur. Tujuan dari sampling benur ini lebih
mengarah pada estimasi jumlah/populasi benur, serta kondisi/kualitas benur yang
akan ditebar. Kegiatan sampling ini dilakukan secara penghitungan manual dan
pengamatan visual yang cermat, sehingga pada saat dilakukan tebar dapat
diketahui berapa tingkat kepadatan (populasi) dan kondisi/kualitas benur dalam
satu petakan tambak.
2.
Sampling Anco. Kegiatan sampling ini dilakukan dengan menggunakan alat
bantu anco sebagai alat pengambilan contoh udang. Sampling anco biasanya
dilakukan untuk udang-udang yang relatif masih berukuran kecil. Catatan:
Anco di dalam kegiatan budidaya tambak udang merupakan alat yang digunakan
untuk mengontrol program pakan dan pertumbuhan serta kualitas udang secara
harian/insidental. Anco biasanya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 m x 1m
dengan kerangka dari kayu/besi dan bagian tengahnya dikaitkan dengan streameen (sejenis kasa terbuat dari nilon)
yang diberi beban/pemberat agar dapat mencapai dasar tambak.
3.
Sampling Jala. Kegiatan sampling ini dilakukan dengan menggunakan alat
bantu jala sebagai alat pengambilan contoh udang. Sampling jala biasanya
dilakukan untuk udang-udang berukuran relatif besar (>2,5 gr ) sehingga
dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan. Jala yang biasa digunakan
berukuran diameter 6 m, panjang 3-4 m dengan ukuran mata jala yang bervariasi
tergantung lokasi dan pembuatnya (mata jala disesuaikan dengan ukuran udang
yang menjadi target sampling). Meskipun alat yang digunakan berbeda tetapi
tujuan yang hendak dicapai relatif hampir sama yaitu mengetahui
kondisi/kualitas udang dan perairan seperti telah diuraikan dalam penjelasan
tersebut di atas.
A. SAMPLING
BENUR
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan dari sampling benur
ini lebih mengarah pada estimasi jumlah/populasi benur, serta kondisi/kualitas
benur yang akan ditebar.
Bahan/Peralatan
1. Wadah
air/tempat sampling (semacam baskom / ember) yang terdiri dari dua macam yaitu
satu untuk wadah benur yang akan disampling dan satu untuk meletakkan benur
yang telah disampling. Wadah yang digunakan sebaiknya berwarna terang sehingga
pada saat benur ditempatkan di wadah tersebut akan terlihat kontras dan tidak
mengganggu pengamatan kondisi maupun penghitungan populasi benur.
2.
Alat bantu hitung
yang berupa kalkulator dan alat bantu lainnya. Kalkulator diperlukan untuk
menghitung jumlah total benur yang telah dihitung, sedangkan alat bantu hitung
lainnya berfungsi sebagai untuk menandai kelipatan penghitungan. Sebagai
catatan: sehubungan penghitungan jumlah benur dilakukan secara manual dan satu
persatu, maka untuk memudahkan dalam mengingat jumlah yang telah dihitung
biasanya setiap kelipatan angka tertentu akan ditandai dengan menggunakan alat
bantu hitung lainnya (yang biasa digunakan adalah lidi/batang korek api atau
tergantung kebiasaan yang digunakan).
3.
Alat tulis yang
digunakan untuk mendokumentasikan hasil penghitungan jumlah benur dan
pengamatan kondisi benur.
Tahapan
Kegiatan Sampling Benur
Sampling benur
dapat dilakukan pada saat pengadaan benur di lokasi pembenihan/hatchery dan pada saat akan memulai
tebar benur tapi secara prinsip tahapan yang perlu dilakukan pada saat sampling
benur antara lain meliputi:
1.
Lakukan
pengamatan kondisi/kualitas benur secara general dengan menggunakan pengamatan
visual. Jika benur ditempatkan pada kantong-kantong plastik, maka pengamatan
dapat dilakukan dengan cara mengangkat dan menerawang kantong plastik tersebut
ke arah sumber cahaya, sehingga kondisi/kualitas benur dapat diamati secara
lebih jelas.
2.
Ambil beberapa
sampel kantong plastik wadah benur yang akan digunakan dalam kegiatan sampling.
3.
Pindahkan
benur-benur yang di dalam kantong plastik beserta airnya ke dalam wadah yang
telah disiapkan secara perlahan-lahan dan diamkan untuk beberapa saat.
4.
Lakukan
pengamatan secara visual terhadap kondisi/kualitas benur dan kemudian lanjutkan
dengan uji kualitas benur di dalam wadah tersebut. Pengujian kualitas benur
dapat dilakukan secara praktis dan sederhana, yaitu dengan cara:
(i)
Memberikan
pusaran air di dalam wadah air tempat benur-benur berada, hal ini untuk
mengetahui tingkat keaktifan dan arah renang benur,
(ii)
Memberikan
kejutan di dalam air dengan menggunakan jari tangan, hal ini untuk mengetahui
tingkat reaksi benur terhadap rangsang gerak yang diberikan,
(iii) Meletakkan jari tangan beberapa saat di dalam
wadah air, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reaksi benur terhadap
rangsang penciuman dan rangsang pakan.
5.
Mulailah
menghitung jumlah benur secara manual dengan menggunakan alat semacam sendok
ukuran sedang/besar. Sebagai upaya memudahkan dalam mengingat jumlah yang telah
dihitung, sebaiknya setiap kelipatan angka tertentu diberi tanda dengan
menggunakan alat bantu yang telah disiapkan.
6.
Siapkan wadah
yang telah berisi air (sebaiknya air dari kantong yang sama, sehingga tidak
menimbulkan guncangan terhadap kondisi benur yang disebabkan oleh perbedaan
kondisi air secara mendadak) sebagai tempat untuk benur yang telah di hitung
dan diamati kondisinya.
7.
Setelah proses
menghitung jumlah benur selesai dilakukan, lakukan penghitungan terhadap jumlah
total benur yang ada dalam satu kantong plastik. Jika sampling benur dilakukan
di lokasi pembenihan/hatchery, maka
benur-benur yang telah disampling lalu dikembalikan dalam kondisi seperti
semula.
8.
Sedangkan jika
sampling dilakukan di lokasi tambak, maka benur-benur dalam wadah yang telah
disampling beserta benur lain yang masih berada di dalam kantong plastik segera
ditempatkan pada lahan tebar untuk menjalani proses aklimatisasi.
Catatan:
tahapan/proses sampling tebar benur seperti tersebut di atas merupakan proses
yang umum dilakukan di beberapa lokasi/daerah tambak udang. Bagaimanapun juga
proses sampling benur dapat berbeda tergantung dari kebiasaan teknisi/praktisi
tambak yang mengelolanya.
B. SAMPLING
ANCO
1.
Anco yang
merupakan salah satu peralatan yang sudah tersedia di dalam satu petakan
tambak. Ditinjau berdasarkan peralatan sampling, maka anco berfungsi sebagai
alat untuk pengambilan sampel udang.
2.
Wadah (ember
plastik) yang telah diisi air sebagai tempat mengumpulkan udang dari beberapa
anco yang akan disampling.
3.
Wadah berukuran
kecil (gayung/ember kecil) sebagai tempat udang yang akan diamati kondisinya
dan diukur berat rata-ratanya.
4.
Timbangan duduk dengan kapasitas 1 kg, sebagai alat untuk
mengukur berat rata-rata udang.
5.
Kalkulator yang
diperlukan untuk menghitung berat rata-rata udang.
6.
Alat tulis yang
digunakan untuk mendokumentasikan hasil penghitungan jumlah benur dan
penghitungan berat rata-rata udang serta hasil pengamatan lainnya.
Tahapan
Kegiatan Sampling Anco
1.
Siapkan semua
peralatan yang diperlukan seperti tersebut di atas dan pastikan bahwa semua
anco yang ada telah berada di dasar tambak agar proses kegiatan sampling yang
akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar.
2.
Angkat anco dari
dasar tambak secara perlahan-lahan agar udang yang ada di dalamnya tidak
berloncatan keluar dari anco (hal ini dimaksudkan agar jumlah udang yang dapat
diambil dalam jumlah yang maksimal sehingga diharapkan dapat mewakili kondisi
dan populasi yang ada di dalam tambak tersebut).
3.
Ambil semua
udang yang ada di dalam anco tersebut dan tempatkan pada wadah (ember) yang
telah diisi air, lanjutkan proses ini pada anco lainnya yang ada dalam satu
petakan tambak dan kumpulkan pada wadah tersebut.
4.
Setelah proses pengambilan
udang dari anco telah selesai, maka kumpulkan udang-udang tersebut dalam wadah
kecil untuk mengukur berat total dari sampel udang.
5.
Letakkan wadah
kecil yang telah berisi sampel udang pada timbangan duduk (pastikan timbangan
tersebut dalam kondisi normal/bagus).
6.
Ukur dan catat
berat total sampel udang di dalam wadah berdasarkan penunjuk yang ada di dalam
timbangan duduk.
7.
Ukur berat
wadah tempat sampel udang dalam keadaan kosong untuk mengetahui berat total
sampel udang yang sebenarnya dengan cara berat hasil item (6) di atas dikurangi
berat item (7). Contoh: jika item (6) beratnya = 500 gr , dan item (7) beratnya
= 250 gr, maka berat total sampel udang sebenarnya = 500 gr – 250 gr = 250 gr.
8.
Hitung jumlah
total udang di dalam wadah tersebut sambil dilakukan pengamatan
kondisi/kualitas udang. Jika ditemui udang yang terindikasi suatu masalah maka
catat masalah tersebut sebagai bahan pengambilan keputusan terkait dengan
teknis budidaya atau aspek lainnya. Udang-udang yang telah dihitung dan diamati
agar secepatnya dikembalikan ke dalam perairan tambak untuk menghindari
terjadinya penurunan kualitas udang sampel.
9.
Hitung berat
rata-rata udang (Average Body Weight/ABW)
hasil sampling dengan rumus : berat total udang dibagi jumlah total udang.
Contoh: jika berat total udang = 250 gr, jumlah total udang 100 ekor maka ABW =
250 gr : 100 ekor = 2,5 gr/ekor.
10.
Catat hasil
penghitungan dan pengamatan sebagai bahan acuan dalam proses pengambilan
keputusan.
Catatan:· Proses kegiatan sampling anco sebaiknya dilakukan sekitar 2,5–3 jam setelah pemberian pakan agar jumlah udang yang diambil dapat maksimal.
Kegiatan
sampling anco sebaiknya dilakukan secara cepat guna menghindari penurunan kualitas udang sampel.
C. SAMPLING JALA
Kegiatan sampling ini biasanya dilakukan untuk udang berukuran relatif besar (2.5 gr) sehingga dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan. Selain digunakan untuk sampling yang bersifat regular, jala juga digunakan untuk sampling yang bersifat insidental.
Bahan/Peralatan
1.
Jala berukuran diameter
6 m, panjang 3–4 m dengan ukuran mata jala yang bervariasi tergantung lokasi
dan pembuatnya (mata jala disesuaikan dengan ukuran udang yang menjadi target
sampling). Ditinjau berdasarkan peralatan sampling, maka jala berfungsi sebagai
alat untuk pengambilan sampel udang.
2.
Wadah (ember plastik) yang telah diisi air sebagai tempat
udang hasil jalaan yang akan disampling.
3.
Timbangan duduk
dengan kapasitas 6 kg atau timbangan gantung, sebagai alat untuk mengukur berat
rata-rata udang.
4.
Kalkulator yang
diperlukan untuk menghitung berat rata-rata udang.
5.
Alat tulis yang
digunakan untuk mendokumentasikan hasil penghitungan jumlah udang dan penghitungan
berat rata-rata udang serta hasil pengamatan lainnya.
Tahapan
Kegiatan Sampling Jala
1.
Siapkan semua
peralatan yang diperlukan seperti tersebut di atas agar proses kegiatan
sampling yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancer.
2.
Tentukan satu
titik lokasi sebagai tempat untuk menebarkan jala (dalam satu kegiatan sampling
jala biasanya ada beberapa titik lokasi untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
dapat mewakili populasi udang dalam satu petakan tambak.
3.
Tebarkan jala
dengan relatif sempurna, yaitu jala dapat mengembangkan dengan maksimal pada
saat ditebarkan dan tunggu beberapa saat agar jala dapat mencapai dasar tambak.
4.
Angkat jala dan
masukkan badan jala beserta hasil tangkapannya ke dalam wadah (ember plastik)
yang telah berisi air. Pada saat mengangkat jala hal yang perlu diamati adalah
profil kotoran yang ikut terbawa sebagai indikator kondisi dasar tambak.
5.
Lepaskan udang
dari mata jala pada wadah itu juga secara hati-hati agar tidak terjadi
kerusakan fisik udang hasil jalaan tersebut yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kualitas udang.
6.
Pisahkan dengan
biota air lainnya yang ikut terbawa pada jala tersebut. Biota perairan ini
dapat menjadi indikator tingkat kepadatan dan jenis kompetitor/predator udang
di dalam tambak.
7.
Setelah proses
pelepasan udang dari mata jala selesai maka Letakkan wadah kecil yang telah
berisi sampel udang pada timbangan duduk/timbangan gantung (pastikan timbangan
tersebut dalam kondisi normal/bagus).
8.
Ukur dan catat
berat total sampel udang di dalam wadah berdasarkan penunjuk yang ada di dalam
timbangan duduk/gantung.
9.
Ukur berat
wadah tempat sampel udang dalam keadaan berisi air untuk mengetahui berat total
sampel udang yang sebenarnya dengan cara berat hasil item (8) di atas dikurangi
berat item (9). Contoh: jika item (8) beratnya = 3,5 kg , dan item (9) beratnya
= 1,5 kg, maka berat total sampel udang sebenarnya = 3,5 kg – 1,5 kg = 2,0 kg.
10.
Hitung jumlah
total udang di dalam wadah tersebut sambil dilakukan pengamatan
kondisi/kualitas udang. Jika ditemui udang yang terindikasi suatu masalah maka
catat masalah tersebut sebagai bahan pengambilan keputusan terkait dengan
teknis budidaya atau aspek lainnya. Udang-udang yang telah dihitung dan diamati
agar secepatnya dikembalikan ke dalam perairan tambak untuk menghindari
terjadinya penurunan kualitas udang sampel.
11.
Hitung berat
rata-rata udang (Average Body Weight/ABW)
hasil sampling dengan rumus: berat total udang dibagi jumlah total udang. Contoh:
jika berat total udang = 2000 gr (2,0 kg), jumlah total udang 200 ekor maka ABW
= 2000 gr : 200 ekor = 10 gr/ekor.
12.
Ulangi proses
tersebut di atas untuk beberapa titik lokasi dalam satu petakan tambak.
13.
Catat hasil
penghitungan dan pengamatan sebagai bahan acuan dalam proses pengambilan
keputusan.
Catatan :
·
Proses
penebaran jala ke dalam perairan tambak sebaiknya dilakukan oleh orang yang
sudah terampil/mahir dalam melakukannya sehingga kegiatan sampling dapat
berjalan efektif dan efisien.
·
Proses kegiatan
sampling jala sebaiknya dilakukan sekitar 2,5 – 3 jam setelah pemberian pakan
sehingga pengambilan sampel udang akan lebih efektif karena udang masih
menyebar di sekitar daerah pakan sehingga masih dalam jangkauan jala sampling.
·
Kegiatan
sampling sebaiknya dilakukan tidak dalam kondisi sirkulasi air dan dianjurkan
pengoperasian kincir seminimal mungkin, sehingga bukaan jala tidak terganggu
oleh arus air yang ditimbulkannya.
·
Kegiatan
sampling jala sebaiknya dilakukan secara cepat guna menghindari penurunan
kualitas udang sampel.
Contoh
perhitungan sampling menggunakan jala tebar
Di
ketahui:
- Luasan tambak = 1000 m2
- Jumlah tebar = 100.000 ekor (atau 100 ekor/meter2)
- Luas jala =
3 meter (rumus luas lingkaran µr²)
- Rata-rata bukan jala = rata 75%
- Rata-rata di tiap titik sampling = 210 ekor
- Berat rata-rata =
3 gr/ekor
- Dosis pakan =
4%
Perhitungan:
1.
Mencari rata-rata luasan tebaran jala:
=
Rata-rata bukaan jala x Luas jala
=
0.75 x 3 m
=
2.25 m2
2.
Menghitung rata-rata padat tebar per meter:
=
Rata-rata jumlah udang yang tertangkap di tiap titik sampling / bukaan jala (m)
=
210 ekor / 2.25 m²
=
93 ekor/ m²
3.
Menghitung Populasi
=
Rata-rata per meter x luas tambak
=
93 ekor/ m² x 1000 m²
=
93.000 ekor
4.
Menghitung Survival Rate
=
Populasi/ jumlah tebar x 100 %
=
93.000 ekor / 100.000 ekor x 100 %
=
93 %
5.
Menghitung Biomassa
=
Rata-rata berat udang x Populasi sekarang
= 3
gram x 93.000 ekor
=
279.000 gram
=
279 kg
Rujukan: marindro-ina.blogspot.com; safiiperikananpati.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar