P
|
engangkutan (transportasi) benih ikan
sangat perlu mendapat perhatian sehingga memerlukan pengetahuan tentang:
kepadatan, kualitas benih, jumlah oksigen terlarut, teknik pemberian oksigen,
teknik pemberian antibiotik, kualitas air (nilai pH, suhu, sifat fisik dan
kimia), waktu pengiriman, jarak tempuh, dan perangkat yang dibutuhkan.
Hal
ini terlebih lagi untuk pengangkutan benih jarak jauh dan dalam jumlah banyak,
antara lain, kemampuan ikan dalam mengonsumsi O2 perlu dicermati.
Biasanya, dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi ikan atas O2
selama pengangkutan adalah berat ikan dan suhu air.
Jumlah
O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia.
Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2
pada kondisi stabil, sedangkan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan
atas O2 akan lebih rendah.
Nilai pH, CO2, dan amoniak juga
berpengaruh penting. Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis
akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai
hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH
menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan
menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.
Sementara
itu, pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering merupakan cara yang dianggap
lebih efektif. Ikan yang dijual dalam keadaan hidup lebih tinggi nilainya
dibandingkan ikan mati. Karena itu, penguasaan teknik pengangkutan ikan dalam
keadaan hidup sangatlah penting, khususnya bagi pelaku usaha di bidang jasa
pengangkutan ikan.
Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan benih ikan di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Jenis ikan
Hal ini disebabkan kebutuhan oksigen untuk setiap spesies ikan
berbeda-beda. Misalnya antara ikan mas dan ikan lele.
2. Usia dan
ukuran ikan
Semakin
besar ukuran benih ikan, semakin besar pula kebutuhan oksigennya.
3. Resistensi ikan
Benih ikan yang diberi pakan buatan memiliki
daya tahan lebih rentan dibandingkan dengan benih ikan yang diberi makanan
alami.
4. Temperatur air
Pengangkutan benih ikan harus dilakukan dalam kondisi temperatur air
normal atau lebih rendah. Pengangkutan benih ikan dalam temperatur air lebih
rendah akan mengurangi respirasi ikan sehingga kandungan oksigen terlarut dalam
air tinggi. Temperatur air yang tinggi akan mengurangi oksigen dalam air.
5. Lama waktu
pengangkutan
Semakin dekat jarak tempuh, semakin besar tingkat hidup benih ikan
yang dicapai.
6. Sistem
pengangkutan
Semakin cepat dan mudah sistem pengangkutan yang digunakan, peluang
mencapai keberhasilan dalam pengangkutan pun lebih besar.
7. Wadah
pengangkutan
Wadah pengangkutan dapat berupa kantung plastik, blong/dirigen, bak
(terbuat dari kaca, fiber atau logam), kreneng (terbuat dari anyaman bambu).
8. Alat
(kendaraan) pengangkutan
Alat/kendaraan
pengangkutan dapat berjalan kaki, menggunakan sepeda motor, mobil, kereta api,
kapal atau pesawat udara.
9. Pengemasan
Pengangkutan benih ikan biasa dilakukan dalam kemasan kantong
plastik dengan kepadatan benih ikan berkisar 5.000-8.000 ekor untuk setiap 5-8
liter air. Sementara volume oksigen antara 15-20 liter.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih ikan adalah sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat
yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan
baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem
terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan
harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya.
Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus
diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang
berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat
dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5.000-6.000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran
benihnya.
Teknik
pengangkutan ikan hidup cukup mudah alias tidak memerlukan pengetahuan yang
rumit. Ada sejumlah cara, dari yang tradisional hingga yang paling sederhana.
Setiap cara tergantung media yang dipergunakan, juga jarak dan waktu tempuh ke
tempat tujuan. Namun umumnya, teknik pengangkutan ikan hidup terbagi ke dalam
dua, yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa
penyertaan air.
Teknik
basah terdiri dari dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem
terbuka sudah lazim dilakukan, yaitu ikan diangkut dalam wadah terbuka. Sistem
ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka
tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan
jenis ikan. Pengangkutan ikan hidup dengan sistem ini umumnya dilakukan untuk
jarak tempuh pendek dan waktu yang singkat.
Sementara
itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup memerlukan suplai oksigen
yang cukup. Dalam wadah tertutup, oksigen sangat terbatas. Karena itu, perlu
diperhatikan faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu
kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan
aktivitas ikan.
Sistem
ini diterapkan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih
dari 8 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari
air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(HPO)4.H2O sebanyak 9 gram.
Pengangkutan
sistem tertutup terbagi dua, yaitu (1) pengangkutan yang lamanya di bawah 8 jam
dan (2) pengangkutan yang lamanya lebih dari 12 jam.
Pengangkutan
benih ikan yang menempuh waktu perjalanan kurang dari 8 jam dapat dilakukan
dengan dibungkus dalam kantong plastik. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik adalah sebagai berikut
a) masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian benih;
b) hilangkan udara dengan menekan kantong
plastik ke permukaan air;
c) alirkan oksigen dari tabung dialirkan
ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen = 1:2);
d) kantong plastik lalu diikat.
e) kantong plastik dimasukkan ke dalam dus
dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dus yang berukuran panjang 0,50 m,
lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik dan
temperaturnya tetap dipertahankan dengan kisaran 27-290C.
Kondisi
terkait oksigen (O2) meskipun risiko kematian ikan cukup besar.
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Karena
itu, ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi
ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan,
semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan
hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar.
Penurunan
aktivitas biologis ikan bisa dilakukan dengan pemingsanan. Setidaknya terdapat
tiga cara pemingsanan ikan, yaitu
a. penggunaan suhu rendah,
- penurunan
suhu secara langsung, di mana ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-150C
sehingga ikan pingsan seketika;
- penurunan
suhu secara bertahap, di mana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara
bertahap sampai ikan pingsan.
b. pembiusan dengan zat kimia bahan anestesi (pembius). Bahan anestasi yang
digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbitol sodium, dan
bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan.
Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan atau cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp., dan penyetruman dengan arus listrik.
Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan atau cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp., dan penyetruman dengan arus listrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar