Rabu, 07 Desember 2016

PINDANG IKAN

Hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat mengalami kemunduran mutu seperti pembusukan, karena ikan mempunyai kandungan protein (18-30 %) dan air yang cukup tinggi (70-80%) sehingga merupakan media yang baik bagi perkembangan bakteri pembusuk. Di sisi lain di Indonesia letak pusat-pusat produksi ikan, sarana distribusi dan pola penyebaran konsumen serta pabrik-pabrik penghasil olahan perikanan menuntut agar ikan dapat bertahan hingga tiga hari.

Pemindangan adalah pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara merebus ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu. Setelah selesai pemasakan, biasanya wadah di mana ikan disusun langsung digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pengangkutan untuk dipasarkan.

Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pengasapan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan merebus atau dengan memanaskan ikan dalam suasana bergaram dalam waktu tertentu di dalam suatu wadah. Wadah ini digunakan sebagai tempat ikan selama perebusan atau pemanasan dan sekaligus digunakan sebagai kemasan selama transportasi dan pemasaran.

Garam yang digunakan berperan sebagai pengawet sekaligus memperbaiki cita rasa ikan, sedangkan pemanasan mematikan sebagian besar bakteri pada ikan, terutama pada bakteri pembusuk dan patogen. Selain itu pemanasan dengan kadar garam tinggi menyebabkan tekstur daging ikan berubah menjadi lebih kompak. Ikan pindang pun menjadi lezat dan lebih awet dibandingkan dengan yang masih segar. 

Prinsip Pemindangan
Pemindangan merupakan penggaraman yang disertai dengan perebusan. Prinsip pemindangan adalah sebagai berikut:
· Pemanasan: dengan suhu tinggi, sebagian besar bakteri akan mati begitu juga dengan kegiatan enzim yang berhenti;
· Penggaraman: pemberian garam akan mematikan bakteri atau menghambat kegiatan bakteri karena garam merupakan racun bagi bakteri;
· Pengurangan kadar air: pada proses perebusan/pemanasan akan terjadi pengurangan kadar air dari tubuh ikan. Di samping itu, pengurangan kadar air juga terjadi akibat adanya garam, karena garam bersifat menarik air dari jaringan tubuh ikan.

Ikan pindang yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara paling mudah untuk menilai mutu ikan pindang dengan menilai mutu sensorinya. Selain itu, pengujian secara kimia dan mikrobiologi digunakan untuk melengkapi pengujian mutu sensori. Parameter dalam pengujian sensori ikan pindang:

Parameter
Deskripsi
Rupa dan warna
Ikan utuh tidak patah, mucus tidak terluka atau lecet, bersih, tidak terdapat benda asing, tidak ada endapan lemak, garam atau kotoran lain. Warna spesifik untuk tiap jenis, cemerlang, tidak berjamur, dan tidak berlendir.
Bau
Bau spesifik ikan pindang atau seperti bau ikan rebus, gurih, segar, tanpa bau tengik, masam, basi, atau busuk.
Rasa
Gurih spesifik ikan pindang, enak tidak terlalu asin, ras asin merata, dan tidak ada rasa asin.
Tekstur
Daging pindang kompak, padat, cukup kering dan tidak berair atau tidak basah (kesat).

Pindang umunya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air yang relative tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri pembentuk lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu membasmi semua mikroorganisma. Selama penyebaran dan penjualan, pindang sangat mudah mengalami kontaminasi mikroba. Kerusakan pindang yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisma ditandai dengan pembentukan lendir, pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur. Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama, hanya tahan 3-4 hari setelah penutup wadah dibuka.

Menurut Standard Nasional Indonesia (1992), standar mutu ikan pindang tercantum pada Tabel. (sesuai Keppres No. 20 tahun 1984 dan Keppres No. 7 tahun 1989).

No.
Jenis Analisa
Persyaratan Mutu
1.
Organoleptik
. Nilai minimum 

6.5 
2.
Mikrobiologi
. TPC/ gram
. Escherichia coli
. Salmonella *)
. Vibrio cholera *)
· Staphylococcus Aureus *)

Maks 1 x 105 cfu/ gram
Maks 3 MPN/gram
Negatif
Negatif
1 x 10 cfu/ gram 
3.
Kimia
· Air, % bobot/ bobot,
· Garam, % bobot/ bobot

Maks 60
Maks 20 

Sejauh ini, mutu ikan pindang yang dihasilkan belum memuaskan karena cara pengolahan yang belum baik dan benar. Penampilan fisik kurang menarik, banyak luka, terkelupas, daging retak, warna agak kecokelatan, berbau sedikit tengik, dan sebagainya. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada ikan pindang antara lain:
1. penggunaan larutan garam yang tidak bersih
2. mutu ikan kurang bagus
3. penggunaan larutan perebus yang berulang-ulang sampai kental dan kecokelatan
4. bau tengik atau tidak sedap
5. sanitasi dan hygiene yang diabaikan

Pindang adalah sejenis hasil olahan ikan yang diawetkan dengan perebusan dan penggaraman. Pindang tradisional dibuat dalam periuk tanah dan dijual bersama periuknya, yang lebih kecil praktis dibuat dalam keranjang atau dalam kaleng minyak. Ketahanan ikan pindang disebabkan oleh perebusan dan penggaraman dan bisa bertahan selama tiga bulan. Pemindangan adalah pengalengan yang dilakukan secara tradisional dan sederhana.

Di pasaran jenis-jenis ikan pindang yang sudah popular antara lain adalah: (1). Pindang Bawean; (2). Pindang Muncar; dan (3). Pindang Cue. Ada tiga cara pemindangan yang akan diuraikan, yaitu pemindangan dengan periuk tanah (pindang basah), pemindangan dengan keranjang bambu/rotan (pindang kering), dan pemindangan dengan panci presto (pindang duri lunak). 

a. Pemindangan dengan Periuk Tanah atau Pindang Basah (Air Garam)
adalah suatu cara pemindangan dimana ikan yang telah digarami disusun dalam wadah yang tidak kedap air, seperti besek/naya, kemudian direbus dalam larutan garam pekat/jenuh.
1. Bahan-bahan:
    Jenis-jenis ikan kembung, gambol, tenggiri, bandeng, belanak dan aso-aso. Garam yang baik adalah garam dapur yang bersih dan tempat/wadahnya periuk tanah yang bermulut sedang (tidak terlalu sempit dan tidak terlalu lebar).
2. Cara Mengolah:
Mula-mula periuk dibersihkan.
Bagian bawah (dalam), periuk diberi bilah bambu atau daun pisang kering untuk melindungi ikan di atasnya supaya tidak hangus terkena api.
Ikan dibersihkan, dibuang insangnya (kalau perlu) dicuci bersih hingga hilang kotoran dan lendirnya.
Ikan disusun berlapis-lapis dalam periuk sambil ditaburi garam sampai periuk tersebut penuh. Pemakaian garam kira-kira 2-15% dari berat ikan dan banyak ikan dalam 1 periuk tergantung besar periuk dan besar ikannya. Ukuran periuk yang paling besar dapat memuat kira-kira 40 kg ikan.
Diberi air bersih sampai ikan terendam semuanya.
Ditutup dengan saringan bambu dan diberi pemberat supaya ikan tidak terapung dan diamkan selama 2-3 jam untuk memperkuat jaringan dagingnya.
Dijerangkan sampai mendidih hingga daging bagian punggung ikan sudah agak retak.
Api dalam periuk dibuang dengan cara menuangkan keluar atau melubangi bagian bawah periuk dan lubang tersebut ditutup dengan kapur sirih.
Api dikecilkan (kalau memasak di tungku, dipakai baranya saja) dan diteruskan pemasakannya.
Sementara itu bagian atas ikan ditutup dengan kertas koran yang bersih dan ditaburi garam halus sampai tertutup semuanya.
Jika garam yang bagian atas sudah menggumpal berarti pemasakan sudah selesai.
Jika disukai, pemberian kunyit pada pindangan dapat dilakukan supaya pindang itu berwarna kuning dan menghilangkan rasa anyir.
Jika ingin mengangkut pindang untuk dijual, periuk harus dimasukkan ke dalam keranjang bambu dan diikat kuat serta dilapisi dengan daun pisang kering, jerami, kertas, supaya tidak retak dan pecah dalam perjalanan. 

b. Pemindangan dengan Keranjang Bambu/Rotan atau Pindang Kering/Garam
   adalah suatu cara pemindangan dimana ikan dilumuri garam atau disusun berlapis lapis diselingi garam dalam wadah yang kedap air (dapat menampung air), seperti paso/pendil, wajan, panci dan lain-lain kemudian direbus.
1.  Bahan-bahan:
     Jenis-jenis ikan dan garam yang diperlukan sama dengan pemindangan dengan periuk tanah. Namun tempat/wadah adalah keranjang bambu/rotan yang kuat dan berlubang-lubang agak rapat dan tempat untuk merebus digunakan drum atau kancah besi.
2.  Cara Pengolahan:
Mula-mula ikan disiapkan yaitu dibersihkan atau disiangi jika perlu.
Kemudian disusun dalam keranjang bambu yang sudah bersih sambil diberi garam halus dan ditutup.
Sementara itu disiapkan drum atau kancah besi ditungku dengan diberi air garam 20% atau secukupnya.
Jika air dalam kancah tersebut sudah mendidih, keranjang berisi ikan dimasukkan ke dalamnya dan diberi pemberat (batu atau kayu).
Panasi kembali hingga airnya mendidih lagi.
Jika sudah mendidih kira-kira 15 menit sampai 30 menit keranjang tersebut diangkat, ditiriskan dan didinginkan.
Diberi tutup dan siap untuk diperdagangkan.
    Karena keranjang tersebut berlubang sehingga menyebabkan ikan lebih lekas terpengaruh hama luar dan ketahanannya paling lama 1-3 hari.

Perbedaan Metode Penggaraman Basah dan Kering
 
Metode Penggaraman 
Keunggulan 
Kelemahan 
1. Penggaraman Basah 
Oksidasi lemak oleh udara dapat dihindari 
Daging ikan kurang padat 
Penetrasi garam ke dalam jaringan daging merata
Konsentrasi garam mudah diatur 
2. Penggaraman Kering 
Efek penarikan air dari dalam jaringan ikan lebih besar 
Penetrasi garam tidak merata 
Penetrasi garam cepat 
Mudah terjadi oksidasi 
Daging lebih padat 
Sumber: Pusdiklat Pertanian (1986)

c. Pindang Duri Lunak (Presto)
adalah suatu cara pemindangan dimana ikan yang telah digarami dimasak dengan menggunakan wadah / panci bertekanan (Pressure Cooker).
Cara Mengolah:
- Siapkan ikan segar yang telah dibersihkan isi perutnya, tanpa membersihkan sisik.
- Letakkan ikan di talenan, pegang dengan arah kepala di sebelah kiri dan punggung di bawah. Potong melintang sekitar 3 cm dari ekor sampai terasa mengenai tulang ekor, kemudian dikerat membelah punggung sampai kepala.
- Masukkan bumbu halus ke dalam ikan yang telah dibelah. Lumuri semua permukaan ikan sampai tertutup.
- Letakkan ikan yang telah dibumbui ke dalam loyang berlubang. Susun ikan dengan cara berselang seling (kepala-ekor ekor-kepala).
- Siapkan panci presto, isi dengan air setinggi 2 cm di bawah dasar loyang. Beri bumbu penyedap seperti jahe, laos, sereh dan daun jeruk purut.
- Susun loyang yang sudah berisi ikan dengan pembatas bambu sampai terisi 75 persennya. Masak sampai duri menjadi lunak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar