Penetasan kista Artemia merupakan tahapan yang menentukan dalam proses
pengadaan nauplii Artemia. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal
yang penting sebagai upaya mencapai efisiensi dan efektivitas penetasan kista.
Untuk memperoleh jumlah nauplii Artemia sesuai dengan yang
dikehendaki, maka sebelum menetaskan cyst (kista/telur kering) perlu
diketahui terlebih dahulu tingkat kemampuan setiap strain kista yang
akan ditetaskan. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan memperhatikan
data HE (Hatching Efficiency) dan atau HP (Hatching Procentage)-nya.
HE dan HP ini biasanya telah tertera secara jelas pada label wadah/pembungkus
berupa kantong plastik atau kaleng Artemia yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya. Hatching Efficiency atau Efisiensi Penetasan adalah nilai
yang menyatakan jumlah Nauplius Artemia yang dihasilkan dari 1 gram
kista yang ditetaskan. Sedangkan Hatching Procentage atau Prosentase Penetasan
ialah nilai perbandingan dari jumlah kista yang menetas dengan jumlah kista
keseluruhan sebelum ditetaskan (yaitu kista yang menetas dan tidak menetas),
dinyatakan dalam persen.
Dari pengalaman, meskipun dalam label pembungkus selalu dicantumkan nilai
HE dan HP-nya, dengan uji terap di lapangan angka ini tidak selalu menunjukkan
kecocokan. Salah satu hasil uji lapang penetasan kista Artemia dari beberapa
strain tercantum dalam tabel 2.
Tabel 1. Nilai
Efisiensi dan Prosentase Penetasan Kista Artemia
No.
|
Nama Produk
|
Negara Produsen
|
HE
(n/gr kista)
|
HP
(%)
|
1
|
Chaplin Lake
|
Kanada
|
65.000
|
13,38
|
2
|
Great Salt Lake
|
USA
|
106.000
|
25,65
|
3
|
Great Wall
|
RRC
|
129.000
|
40,05
|
4
|
Margherita di Savona
|
Itali
|
137.000
|
45,82
|
5
|
Lavalduc
|
Perancis
|
182.000
|
56,18
|
6
|
Boenos Aires
|
Argentina
|
193.000
|
33,30
|
7
|
Barotac Nuevo
|
Filipina
|
214.000
|
35,95
|
8
|
Shark Bay
|
Australia
|
217.000
|
53,75
|
9
|
San Pablo Bay
|
USA
|
259.000
|
49,77
|
10
|
San Fransisco Bay
|
USA
|
267.000
|
43,55
|
11
|
Macau
|
Brazil
|
304.000
|
52,90
|
Sumber: Anonim (1989)
Persyaratan
Penetasan
1.
Air Laut, yang digunakan
adalah air laut yang bersih dan telah disaring dengan net berukuran 1
mikron. Untuk mendapatkan hasil penetasan yang baik kadar garam air laut yang
akan digunakan sebaiknya berkisar antara 5 sampai 30 ppt. Apabila sulit
memperoleh air laut yang bersih, maka dapat dibuat air laut buatan dengan cara
mencampur bahan-bahan sebagaimana tersebut dalam daftar 3 berikut.
Daftar 2. Bahan-bahan Pembuatan Air Laut Buatan
No.
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
|
1
|
Garam dapur
|
NaCl
|
5,0 gr
|
2
|
Magnesium sulfat
|
MgSO4
|
1,3 gr
|
3
|
Magnesium klorida
|
MgCl2
|
1,0 gr
|
4
|
Kalsium klorida
|
CaCl2
|
0,3 gr
|
5
|
Kalium klorida
|
KCl
|
0,2 gr
|
6
|
Natrium hidrokarbonat
|
NaHCO3
|
2,0 gr
|
7
|
Air tawar
|
H2O
|
1,0 lt
|
2.
Kepadatan Kista, dianjurkan 5 sampai 10 gram untuk setiap liter air media.
Lama waktu penetasan adalah 24 sampai 36 jam bergantung kepada strain
kista.
3.
Suhu Air, yang perlu
dipertahankan untuk memperoleh hasil penetasan yang optimal adalah 25 sampai 300
C (Susanto, 1991). Ini pun tidak baku, disesuaikan dengan strain kista
Artemia yang ditetaskan.
4.
pH Air, ini sangat
berpengaruh terhadap penetasan kista. Apabila derajat keasaman (pH) air untuk
penetasan kurang dari 8, maka efisiensi penetasannya menurun. Di samping itu waktu
penetasannya bertambah lama. Supaya pH air tetap stabil dapat dipertahankan
dengan cara menambahkan NaHCO3 (Natrium hidrokarbonat) sebanyak 2
gram per liter air media.
5.
Oksigen, yang terlarut
dalam air sangat dibutuhkan untuk perkembangan embrio Artemia yang baru
tumbuh/berkembang. Oleh karena itu untuk pengadaan sirkulasi oksigen dalam air
media aerasi harus dilakukan secara terus-menerus. Perlakuan ini ternyata dapat
mencegah terjadinya pengendapan kista di dasar wadah/tempat penetasan.
Pengendapan kista Artemia yang berlebihan akan menghambat perkembangan embrio
selanjutnya. Kandungan oksigen terlarut dalam air untuk penetasan kista Artemia
minimal 3 ppm.
6.
Cahaya, yang menerangi
wadah dan air media dibutuhkan untuk merangsang pengaktifan kembali embrio.
Rangsangan dari cahaya ini hanya efektif setelah kista mengalami hidrasi (Susanto,
1991). Penyinaran dapat dilakukan dengan menggunakan lampu neon yang berjarak
20 hingga 25 cm dari wadah, apabila penetasan dilakukan di dalam ruangan. Dapat
pula dengan sinar matahari yang tidak secara langsung, apabila penetasan
dilakukan di tempat terbuka.
Untuk
mendapatkan efisiensi penetasan yang tinggi pada suatu kegiatan penetasan kista
Artemia, dapat diberikan pencahayaan yang cukup dan mengenai langsung pada
wadah atau air media. Ini dilakukan guna mengaktifkan proses penetasan kista. Timbulnya
pengaktifan gerakan kista ini akan berlangsung sempurna dengan pemberian aerasi
yang cukup dan terus-menerus. Sedangkan cahaya dapat cahaya dapat bersumber
dari sinar matahari maupun lampu neon (TL) dengan daya tertentu seperti
tersebut di atas.
Alat dan Bahan
Penetasan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penetasan kista
Artemia harus sesuai dengan sifat-sifat hidupnya. Agar terpenuhinya ketentuan
ini maka tempat penetasan dibuat secara khusus dengan karakteristik atau
konstruksi sebagai berikut:
(1). Berbentuk kerucut. Hal ini diperlukan untuk
menghindari pengendapan kista Artemia di dasar wadah.
(2). Dibuat dari
bahan yang transparan atau tembus cahaya. Hal ini perlu diadakan untuk
meningkatkan penyinaran cahaya agar dapat langsung mengenai tubuh kista di
dalam wadah. Jenis bahan transparan yang bisa digunakan antara lain adalah
kaca, plastik, fiber gelas dan lain-lain.
Cara Penetasan
dan Pemanenan
Kista Artemia yang baru dibuka dari wadah kemasan (plastik atau kaleng)
berbentuk seperti bola kempes. Hal ini disebabkan pada waktu pemrosesan untuk
dikemas (canning) mengalami dehidrasi. Dengan demikian kadar airnya
menurun hingga 10 persen. Karena itu sebelum menetaskan kista perlu direndam
dalam air tawar selama kurang lebih 1 sampai 2 jam. Perbandingan antara kista
dengan air tawar adalah: setiap 20 gram kista diperlukan 1 liter air tawar.
Setelah selesai perendaman kista Artemia disaring dengan kain filter sambal
disemprot air secara teratur. Kain filter yang digunakan adalah kain yang
mempunyai mata ukuran 125 mikron. Selanjutnya kista ditiriskan sampai tuntas.
Dalam kondisi seperti ini kista sudah bias mulai ditetaskan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Ada dua acara penetasan kista Artemia untuk memperoleh nauplii. Kedua cara
yang dimaksud adalah penetasan secara langsung dan penetasan secara tidak
langsung melalui proses dekapsulasi. Penetasan secara langsung dimulai
setelah penimbangan dan perendaman (hidrasi) kista pada air tawar selama
dua jam. Setelah itu kista bisa langsung ditetaskan dalam wadah yang telah
berisi air media (air laut). Dalam waktu 24-36 jam pengaerasian dan pencahayaan
optimum kista telah menetas dan menjadi nauplius. Cara kedua yaitu penetasan
melalui dekapsulasi, merupakan metoda penetasan kista Artemia terkontrol dan
dapat meningkatkan hasil penetasan sampai 20 persen dibandingkan dengan
penetasan tanpa melalui proses dekapsulasi. Keuntungan lainnya adalah nauplii
yang dihasilkan lebih bersih, bebas dari kontaminasi kotoran dan organisma
pembawa hama atau penyakit seperti bakteri, virus dan organisma mikro lainnya.
Perlakuan seperti ini telah menjadi metoda baku penetasan Artemia salina
bagi hampir semua hatchery udang. Dekapsulasi adalah proses
terkelupasnya kista (cangkang) Artemia oleh ion-ion OCl-.
Prosedur penetasan kista Artemia dengan metoda dekapsulasi diawali dengan
menimbang jumlah kista Artemia yang akan ditetaskan, disesuaikan dengan
kebutuhan. Setelah itu kista direndam dalam air tawar selama 1-2 jam. Selama menunggu
selesainya perendaman, kita membuat larutan dekapsulasi. Larutan dekapsulasi
ini yang nantinya digunakan sebagai media selama proses dekapsulasi kista
Artemia. Jumlah larutan yang dibuat adalah 13,5 mililiter untuk setiap gram
kista. Larutan dekapsulasi dapat dibuat dengan bahan-bahan yang tersedia dan
banyak pilihan. Dalam tabel 4 ada empat alternatif larutan yang bisa dibuat dan
digunakan untuk keperluan tersebut.
Tabel 3.
Beberapa Jenis Larutan Dekapsulasi untuk Penetasan Kista Artemia salina
No.
|
Jenis Larutan
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Larutan A
|
- Air Laut
|
7,27 ml
|
- NaOH 40%
|
0,33 ml
|
||
- NaOCl Lama
|
5,90 ml
|
||
2
|
Larutan B
|
- Air Laut
|
5,57 ml
|
- NaOH 40%
|
0,33 ml
|
||
- NaOCl Baru
|
7,60 ml
|
||
3
|
Larutan C
|
- Air Laut
|
13,50 ml
|
- Ca(OCl)2
|
0,63 gr
|
||
- Na2CO3
|
0,67 gr
|
||
4
|
Larutan D
|
- Air Laut
|
13,50 ml
|
- Ca(OCl)2
|
0,63 gr
|
||
- CaO
|
0,40 gr
|
Sumber:
Budi (1997)
Setelah perendaman dirasa cukup, kista Artemia ditiriskan. Masukkan kista
ini ke dalam larutan dekapsulasi yang sudah dibuat dan disiapkan. Aduklah
secara merata dengan memberikan aerasi terus-menerus. Jaga suhu larutan
sehingga tidak lebih dari 400 C. Untuk itu perlu disediakan
pecahan-pecahan es berukuran kecil yang dibungkus dalam kantong plastik untuk
menurunkan suhu apabila terjadi kenaikan. Perhatikan warna kista Artemia selama
proses dekapsulasi ini. Dalam keadaan normal warna kista berangsur-angsur
mengalami perubahan warna dari cokelat, abu-abu kemudian jingga (orange).
Jika dianggap telah cukup, tiriskan kista Artemia. Lalu cucilah dengan air
tawar yang bersih sehingga bau larutan hipokloritnya hilang. Selanjutnya
dinetralisir dengan larutan HCl 0,1 N.
a. Ember Plastik b. Corong Plastik
Gambar 1. Wadah Penetasan Kista Artemia |
Proses dekapsulasi selesai dan kista Artemia siap untuk ditetaskan atau
disimpan dalam lemari pendingin (suhu 40 C) untuk ditetaskan pada
saat diperlukan. Penyimpanan dalam suhu rendah ini mampu bertahan sampai kurang
lebih satu bulan tanpa mengurangi daya tetasnya. Banyaknya kista Artemia yang
akan ditetaskan harus disesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
Penetasan kista Artemia dilakukan dalam wadah penetasan, yaitu gabungan
ember dan corong plastik. (Perhatikan gambar1.a dan 1.b). Di dalam wadah ini air laut dimasukkan kurang lebih
sebanyak tiga perempat dari volumenya. Berilah aerasi yang kuat dan pencahayaan
yang cukup. Agar penetasan berhasil dengan baik perlu disediakan wadah yang
memadai. Sebagai patokan, untuk menetaskan 50-70 gram kista kering dibutuhkan
volume wadah sebesar 10-12 liter. Petunjuk lengkap mengenai patokan ini dapat
dibaca dengan jelas pada setiap label kemasan (kantong plastik atau kaleng)
kista Artemia.
Gambar 2. Bak Penetasan Kista Artemia |
Wadah Penetasan Kista Artemia dan Bak Penetasan Artemia dapat dilihat pada
gambar 3 dan gambar 4. Menetasnya telur (kista) Artemia ditandai dengan
perubahan warna air di dalam wadah penetasan dari warna jingga menjadi merah
bata. Setelah telur/kista Artemia menetas menjadi Nauplius, aerasi dihentikan
dan didiamkan supaya tenang selama 5-10 menit. Sementara itu kotoran ringan
beserta cangkang Artemia yang telah menetas akan mengapung di permukaan air
media. Sedangkan kista yang tidak menetas dan kotoran-kotoran berat akan
mengumpul di bagian dasar dan mengendap di ujung bawah wadah. Sisa-sisa yang
berada di permukaan air ini dibuang dengan cara diserok menggunakan saringan
kecil. Dan kotoran yang ada di ujung bawah disedot atau disifon dengan slang
pastik.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyifon Artemia dan mengalirkannya ke
dalam kain saringan berukuran 100 mikron (atau di pasaran dikenal sebagai filter
net bernomor T-61). Bila net sudah tersumbat berarti Artemia sudah banyak
yang terjaring. Selanjutnya pindahkan Artemia dari net penyaring ke dalam ember
pakan yang telah diberi air payau (campuran air tawar dan air laut). Berilah
aerasi secukupnya. Pemanenan dilanjutkan sampai mencukupi untuk kebutuhan pakan
udang atau benur. Sebarkan nauplii Artemia ini ke dalam bak-bak pemeliharaan
larva udang atau ke dalam petakan tambak udang usia dini.
Pustaka: (1). Anonim, 1989. Penemuan dan Pengembangan Artemia. Bahan Latihan KK Udang Skala Rumah Tangga, Balai Keterampilan Penangkapan Ikan, Tegal. (2). Budi H., Setija, 1997. Dekapsulasi Artemia. Sinar Tani tanggal 8 Agustus 1997; (3). Susanto, B., 1991. Mengenal "Artemia salina" Pakan Benih Udang dan Ikan. Sinar Tani Nomor 2061 Tahun ke-XXI-1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar