Sumber
sampah plastik di lautan, sekitar 20 persen berasal dari kegiatan sektor
pelayaran dan perikanan. Sementara 80 persen berasal dari daratan, yakni dari
kegiatan di wilayah pesisir dan dari aliran sungai yang bermuara di pesisir dan
laut.
Hasil
survei pemantauan sampah laut Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
tahun 2017 dan 2018 di 18 Kabupaten/Kota, menunjukkan rata-rata timbunan sampah
laut sebesar 106,38 gram per meter persegi. (darilaut.id)
Komposisi
sampah laut didominasi kayu (47,63 persen), plastik (11,38 persen), sisanya
bahan lainnya, seperti kaca dan keramik logam, busa plastik, kain, karet,
kertas dan kardus.
Persoalan
pencemaran pesisir dan laut makin meningkat hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Sampah laut telah mencemari ekosistem pesisir dan laut yang
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem, serta berdampak pada
kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Berbagai
kerugian yang dirasakan oleh nelayan akibat timbunan sampah plastik yang tidak
tertangani di lautan Indonesia, seperti zat beracun yang dapat
terkonsumsi oleh biota laut yang tertipu.
"Pertama, zat beracun plastik
yang menipu biota laut," kata Kepala Kajian Strategis KNTI Niko Amrullah.
Niko
mengatakan biota laut khususnya ikan sering menganggap sampah-sampah plastik
yang mencemari lautan sebagai makanannya.
"Sampah
plastik itu punya sifat beracun yang mematikan, sehingga tidak jarang banyak
biota laut yang mati akibat kandungan racun dari sampah itu," kata Niko.
Menurut
dia, biota laut yang mati itu seharusnya berpotensi menjadi tangkapan para
nelayan yang dapat menghasilkan keuntungan.
Kerugian kedua adalah ikan tangkapan nelayan mengalami pergeseran genetik sehingga mengurangi nilai jual di pasar ikan.
"Banyak
ikan yang mengalami pergeseran gen, senyawa plastik bercampur dengan organ
tubuh ikan," katanya.
Ia
mencontohkan harga ikan yang turun di daerah Selayar, Sulawesi Selatan akibat
ditemukannya kandungan mikroplastik di dalam ikan. "Sebanyak 25 persen
ditemukan ikan yang mengandung plastik, ini menurunkan daya jual ikan.
Meningkatnya
konsentrasi plastik di laut dan racun yang menempel pada plastik yang terurai,
akan masuk dalam perut dan darah ikan. Jika ini dimakan manusia, akan terjadi
akumulasi racun atau mikro plastik dalam tubuh manusia.
Selain
itu, diperkirakan kematian biota laut, saat ini, akibat kesulitan pencernaan
dan pernapasan (ingestion) dan akibat terjerat jaring ikan.
Persoalan
sampah plastik yang ada di wilayah laut Indonesia harus segera diselesaikan,
karena berdampak pada perekonomian, ekologis, dan kesehatan masyarakat. Selain
itu, sampah plastik juga akan merugikan biota laut yang ada di wilayah laut
Nusantara.
Keberadaan
mikroplastik di laut Indonesia tak ubahnya seperti monster mini yang setiap
saat merusak ekosistem di dalamnya. Keberadaan mikroplastik, harus segera
ditangani untuk mencegah kerusakan yang lebih luas lagi di dalam laut. Salah
satu cara yang bisa dilakukan, adalah dengan mengubah perilaku manusia yang
menjadi konsumen utama mikroplastik.
Agar
persoalan sampah secara bertahap bisa diselesaikan, Pemerintah Indonesia sudah
menyatakan komitmennya untuk mengurangi sampah plastik yang ada di laut hingga
70 persen pada 2025 mendatang.
Oleh
sebab itu, maka dilakukan upaya-upaya percepatan yang komprehensif dan terpadu,
demi menanggulangi permasalahan sampah plastik di laut.
Agar
persoalan sampah plastik di laut bisa diselesaikan sebaik mungkin, pemerintah sudah
menyiapkan langkah dan strategi berjenjang yang terintegrasi dengan semua
pemangku kepentingan yang ada.
Keempat
strategi tersebut adalah: Perubahan perilaku masyarakat, Pengelolaan sampah di
daratan, pesisir dan perairan, serta Mekanisme pendanaan, dan Penguatan
jaringan kerja sama kelembagaan dan ditunjang oleh adanya riset dan inovasi
teknologi.
Dalam
melaksanakan kegiatan dan strategi tersebut, memerlukan komitmen dari
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjadi garda paling depan untuk
wilayah laut di Nusantara. Selain dua pihak tersebut, keterlibatan pelaku usaha
dan masyarakat menjadi momen yang paling ditunggu untuk melaksanakan
pengelolaan sampah plastik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar