Upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi
penggunaan pakan perlu dilakukan guna meningkatkan produksi hasil budidaya dan
mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media
budidaya. Permasalahan
yang dihadapi para pembudidaya adalah harga pakan terus meningkat. Peningkatan harga ini dipicu oleh
rendahnya suplai bahan baku pakan terutama tepung ikan dan minyak ikan
yang diimpor dari luar. Salah satu upaya pemecahannya adalah
mencari pakan altdernatif yang lebih murah untuk menekan biaya yakni pembuatan pakan secara mandiri dengan
bahan baku lokal. Lebih dari itu adalah bagaimana cara membuat pakan murah dengan teknologi
sederhana serta menjaga mutunya.
Sistem
produksi pellet murah skala kecil dapat menggunkan mesin pelet sederhana atau dapat juga menggunakan
mesin giling daging. Produksi pellet murah dengan mesin sederhana yang
diterapkan di tingkat masyarakat pembudidaya meliputi beberapa proses tahapan, yaitu 1) pemilihan bahan baku yang tersedia; 2)
penghalusan bahan; 3) penyiapan bahan adonan; 4) pencampuran; 5) pencetakan; 6)
pengeringan; 7) pengemasan; dan 8) penyimpanan.
Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku pakan berasal dari berbagai sumber, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah kandungan nutrien esensial, kecernaan, ada tidaknya anti
nutrisi dan zat toksik, ketersediaan secara komersial, dan harga. Bahan hewani
dan nabati merupakan sumber bahan baku yang umum digunakan. Namun demikian,
limbah dari suatu proses industri seperti industri penangkapan ikan dan
pengalengan ikan dapat digunakan sebagai bahan pakan.
Tabel 1. Sumber-Sumber
Protein, Lemak dan Karbohidrat untuk Pembuatan Pakan Ikan
Protein
|
Lemak
|
Karbohidrat
|
Tepung darah
|
Minyak jagung
|
Tepung terigu
|
Tepung ikan
|
Minyak hati ikan kord
|
Singkong
|
Tepung kopra
|
Minyak kelapa
|
Tepung jagung
|
Tepung tulang & daging
|
Minyak biji kapuk
|
Pati jagung
|
Tepung kepala udang
|
Minyak hati ikan Pollack
|
Dedak/katul
|
Tepung cumi
|
Minyak hati tuna
|
Pati sagu
|
Ikan rucah
|
Minyak hati cumi
|
Rumput laut
|
Yeast
|
Minyak kedele
|
Pemilihan bahan baku pakan sangat ditentukan oleh jumlah
nutrien esensial yang dikandungnya. Bahan baku pakan yang kaya protein dan
memiliki profil asam amino yang baik biasanya lebih mahal sehingga biaya
menjadi kendala dalam penggunaannya. Ketersediaan nutrien secara biologis (bioavailability)
dari suatu bahan baku bervariasi dan ini akan mempengaruhi jumlah penggunaaan
dalam suatu ransum.
Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di
darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh
pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein lebih banyak
daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada di antara keduanya. Pada
umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60 %, dan optimum 30-36 %. Dalam penyusunan suatu ransum pakan, beberapa sumber protein yang digunakan
dicampur guna memenuhi kebutuhan minimal asam amino tersebut di atas. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kecernaan bahan
baku dan ketersediaan asam amino yang dikandungnya. Tepung ikan merupakan salah
satu bahan baku pakan yang baik, oleh karena komposisi asam amino hampir sesuai
dengan udang. Pada umumnya pakan udang komersial memiliki kandungan
protein 35-50 %. Jika kadar protein terlalu rendah, laju pertumbuhan akan
menurun. Selain kandungan protein pakan ikan juga harus memenuhi kandungan gizi
lain seperti lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dalam porsi yang sesuai
dengan kebutuhan.
Tabel. 2.
Koefisien Daya Cerna Protein (APDC) Beberapa Bahan Baku untuk
Hewan Budidaya
Kultivan
|
Bahan baku
|
APDC (%)
|
Udang windu
|
Tepung ikan
Tepung kedele (tanpa lemak)
Tepung cumi
Tepung udang
Tepung kepala udang
Tepung tulang & daging
Yeast Candida sp.
Tepung kopra
|
61
93
96
95
89
74
93
75
|
Ikan bandeng
Ikan mas
Sea bream
Lele
|
Tepung ikan
Tepung kedele (tanpa lemak)
Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
Tepung kedele (ekstrak pelarut)
Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
Tepung kedele (ekstrak pelarut)
|
45-81*
45-94*
95
81-96
61-87
72-84
|
Penghalusan Bahan
Gbr. 1. Mesin Giling/Penepung Bahan |
Untuk
meramu formula pakan, bahan-bahan yang akan dijadikan adonan harus direduksi
ukuran partikelnya hingga sehalus mungkin, ukuran partikel yang kasar dapat
menurunkan kualitas pakan karena tingkat digestibility-nya
menjadi rendah dan pellet mudah remuk/hancur. Biji-bijian harus dikeringkan
terlebih dahulu hingga kadar air tidak lebih dari 10 %. Khusus untuk kacang
kedelai harus disangrai atau dipanaskan menggunakan oven untuk menghilangkan
zat anti tumbuh yang terkandung di dalamnya. Zat ini dikenal dengan sarmine protease inhibitor. Mesin giling
tepung (dish mill) digunakan untuk
menghancurkan dan menghaluskan bahan dengan mesh
0,5 mm, hasil gilingan bahan diayak
dengan saringn mesh 100, sudah cukup
halus untuk campuran pellet.
Penyiapan dan Pencampuran Bahan Adonan
Gbr. 2. Mesin Pengaduk Bahan (Mixer) Skala Kecil
|
Semua
komponen bahan pakan harus mampu dicampur menjadi adonan yang homogen sehingga
siap dicetak menjadi pellet. Penentuan proporsi masing-masing bahan didasarkan
atas kandungan protein, berat jenis dan harga masing-masing bahan. Setelah semua komponen bahan pakan siap
sesuai kualifikasi, kemudian masing-masing ditimbang sesuai porsi. Sebelumnya
jumlah adonan yang dibuat untuk campuran harus disesuaikan dengan kapasitas
mixer yang akan dipakai. Bahan yang sudah tertimbang dimasukkan ke dalam mixer
dan dilakukan pencampuran sekitar 10 menit untuk menjamin homogenitas adonan.
Pencetakan
Dalam
proses pencetakan ada beberapa opsi kualitas dan tipe pellet yang diharapkan
yaitu:
a.
Berat
jenis besar, kompak, namun kecepatan
produksi lebih lambat; b. Kecepatan produksi tinggi namun pellet lebih ringan dan kurang kompak;
c. Pellet ringan tapi kompak (pellet apung).
Gb. 3. Pencetakan Pellet dengan Mesin Giling Daging |
Masuknya
bahan adonan dengan kadar air 30% ke dalam mesin pencetak digilas dan ditekan
dengan scruw menuju lubang cetakan dengan tekanan yang stabil memaksa bahan
adonan terakumulasi dalam lubang cetak dan akhirnya keluar melewati lubang
cetak. Gesekan mesin cetak
dengan adonan menimbulkan efek panas. Energi panas diserap oleh bahan dan
terjadi peningkatan suhu pada bahan adonan sehingga pakan dapat lebih kompak,
padat dan tidak mudah hancur dalam air. Prinsip dalam proses pencetakan ini
adalah daya tekan roller harus besar dan
konstan. Jika tidak maka pellet tidak terbentuk dan terjadi kemacetan.
Pengeringan
Pellet
yang sudah selesai dicetak harus segera
dikeringkan. Masyarakat pada umunya menjemurnya di bawah terik matahari. Pengeringan
menggunakan energi alam seperti ini dirasa cukup efisien, meskipun hasilnya
kurang bagus karena terjadi kerusakan dan penurunan kadar protein. Pengeringan
pakan menggunakan mesin pengering yang
lengkap dengan pengatur suhu hasilnya lebih baik. Pengaturan suhu untuk tujuan
pengeringan pakan tidak boleh lebih 70 oC
. Kadar air pellet yang disarankan
berkisar antara 8-10 %.
Gbr. 4. Pengeringan dengan Sinar Matahari
|
Pengemasan
Pada saat ini proses pengemasan sudah menjadi hal yang mutlak dalam usaha pembuatan pakan ikan karena dengan pengemasan yang baik, proses penurunan mutu dapat ditekan. Wadah untuk mengemas pakan sangat bervariasi, mulai dari karung plastik, kertas semen dan plastik tebal untuk kapasitas besar dan aluninium untuk kapasitas kecil.
Pada saat ini proses pengemasan sudah menjadi hal yang mutlak dalam usaha pembuatan pakan ikan karena dengan pengemasan yang baik, proses penurunan mutu dapat ditekan. Wadah untuk mengemas pakan sangat bervariasi, mulai dari karung plastik, kertas semen dan plastik tebal untuk kapasitas besar dan aluninium untuk kapasitas kecil.
Gbr. 5. Pengemasan Pellet dengan Karung Berlapis
Plastik
|
Gbr. 6. Penempatan/penyimpanan Pakan |
Terdapat
tiga masalah dalam proses penyimpanan, yakni serangga, organisma mikroskopis
dan perubahan iklim yang semuanya akan menyebabkan perubahan kualitas, kerusakan
fisik, bau tengik, dan berjamur, kehilangan bobot, resiko kesehatan ikan dan
ekonomis. Kontaminasi mikro organisme seperti bakteri dan jamur tidak dapat hidup pada kelembaban di bawah
20%. Efek kerusakan pada pakan akibat
jamur antara lain: 1) Produksi racun mycotoxin,
2) Timbulnya panas, 3) Naiknya kelembaban, dan 4) Munculnya jamur. Perubahan deteriotif pada bahan baku dan pakan
hampir selalu terjadi dan ini berhubungan dengan kandungan lipid/lemak pada
pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses deteriotif adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembaban,
kebersihan lingkungan), kehadiran serangga dan mikroorganisma. Ketengikan
merupakan gabungan dari 3 proses, yaitu: oksidasi, hidrolisis dan pembentukan
koton. Banyak faktor yang mempengaruhi oksidasi lipid yaitu enzim, hematin,
peroksida, cahaya, temperatur dan katalis dari logam berat.
Pakan
yang sudah dikemas dalam karung harus disimpan pada tempat/gudang dengan
persyaratan tertentu antara lain:
a. Tempat kering, bersih sejuk, tidak lembab dan berventilasi
b. Penyimpanan pakan diletakan di atas rak kayu (fallet)
c.
Hindari
penyimpanan langsung diatas lantaia. Tempat kering, bersih sejuk, tidak lembab dan berventilasi
b. Penyimpanan pakan diletakan di atas rak kayu (fallet)
d. Hindari cahaya matahari langsung
e. Pakan tidak lebih dari 3 bulan sejak produksi.
Reshume dari: Erik Sutikno, 2013
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease