Selasa, 12 Desember 2017

KEBERSIHAN PASAR IKAN

Latar Belakang
·  Pangan termasuk produk perikanan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia
·     Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya namun jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya sama sekali
·      Di seluruh dunia kesadaran konsumen dalam hal mutu dan keamanan pangan semakin meningkat. Mutu dan keamanan pangan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh manusia.
·       Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen.
Untuk mengimplementasikan adanya penerapan pola kebersihan yang dilakukan oleh pelaku usaha pemasaran ikan di pasar-pasar ikan tradisional ini dapat dilakukan melalui kegiatan lomba keebersihan pasar ikan. Tujuannya antara lain adalah:
1. Sebagai salah satu acuan bagi para pengelola pasar, pedagang ikan dan stakeholders lain dalam melakukan tugasnya untuk mewujudkan pasar ikan yang sehat, bersih, aman dan nyaman serta memenuhi kaidah sanitasi dan higienitas
2.  Mendorong pelaku pasar agar lebih peduli terhadap keamanan pangan (food safety) khususnya penerapan keamanan produk hasil perikanan untuk menjamin pengendalian mutu dan keamanan pangan dalam rantai pemasaran ikan.

FUNGSI STRATEGIS
1. Berkontribusi terhadap Ketahanan Perekonomian Bangsa
2. Penciptaan Lapangan Pekerjaan
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
4. Pemberdayaan UMKM
5. Indikator Kestabilan harga & inflasi Nasional
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
7. Penguatan nilai sosial budaya Indonesia

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Secara umum keadaan pasar ikan tradisional yang banyak dikeluhkan masyarakat adalah karena kondisinya yang: kotor, bau, jorok, tidak aman, kumuh, timbangan tidak pas, barang kurang higienis, tidak nyaman, sehingga kalah bersaing dengan pasar-pasar modern seperti minimarket, supermarket atau hipermarket
Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengembangkan program pasar ikan bersih adalah mengoptimalkan fungsi pasar di Indonesia sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat.

DASAR HUKUM
1.  Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009; pasal 25 b ayat (1): pemerintah berkewajiban menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan pemasaran usaha perikanan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; pasal 50 ayat (1): pemerintah dan/atau pemerintah daerah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pihak yang melakukan pemasaran pangan; pasal 50 ayat (2): pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agar setiap pihak mempunyai  kemampuan menerapkan tata cara pemasaran yang baik.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; pasal 2 ayat (1): setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.

ISU STRATEGIS PASAR IKAN TRADISIONAL
1.   Kondisi pasar ikan becek/kumuh, kurang tertib dan bau amis
2. Kompetensi penanggung jawab/pengelola pasar yang ada di daerah masih rendah
3.   Kontinuitas pasokan distribusi produk perikanan yang berkualitas rendah
4. Produk perikanan merupakan barang yang mempunyai sifat cepat/mudah rusak dan busuk
5.   Keterbatasan infrastruktur sarana dan prasarana serta fasilitas umum di pasar ikan
6. Rendahnya kapasitas pelaku usaha pemasaran (pedagang ikan & supplier) terkait, penerapan norma, standar prosedur dan kriteria jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

PERSYARATAN SANITASI PASAR IKAN
a. Fasilitasi Sanitasi
1.  Air : Tersedia air bersih yang cukup dilengkapi tandon air;
    Kualitas air bersih diperiksa setiap 6 bulan;
2. Es: harus tersedia dalam keadaan curah dan yang digunakan harus memenuhi standar.
3.  Instalasi limbah/saluran pembuangan harus terbuat dari bahan yang kedap air, rata, tidak berpori, halus agar mudah untuk dibersihkan. Konstruksi saluran harus berbentuk “U” agar mudah dibersihkan, mengalirkan limbah/air dengan lancar.
4.  Saluran harus ditutup dengan jeruji logam dan tidak mudah karat.
5. Toilet harus tersedia cukup bagi pengunjung dan pedagang yang ada di pasar; harus dilengkapi dengan tempat mencuci tangan dan harus selalu dalam kondisi bersih.
6. Fasilitas cuci tangan seharusnya tersedia di dekat meja display, dapat digunakan pembeli baik sebelum maupun sesudah memilih ikan.
b. Pegelolaan Pasar Tradisional
1. Penataan dan perbaikan pasar 
a. Struktur dan kondisi pasar (bangunan, pencahayaan, sirkulasi udara, aksesibilitas)
b.  Kebersihan (jumlah air, drainase, sampah)
c.  Keamanan (premanisme, pungli, copet)
d.  Kepastian transaksi (komitmen penjualan, harga)
e.  Parkir dan akses jalan masuk
2.  Pembinaan untuk peningkatan performa pedagang ikan
a.  Higienitas personal (sehat)
b.  Pakaian (pantas, sopan, sehat)
c.  Sikap (penerimaan, pelayanan)
d.  Kejujuran (harga, timbangan, kualitas)
e.  Semangat dan keuletan pedagang
3. Pemajangan ikan dan pengaturan lapak pedagang
4. Penempatan komoditi pada lokasi yang mudah dijangkau pemasok dan pembeli
5. Peningkatan kualitas produk
a.    Jaminan kesegaran dan keamanan produk
b.   Mendorong grading harga
6. Modifikasi dan diversifikasi produk
a.    Diversifikasi pelayanan (penyiangan, pemotongan, pengantaran)
b.   Diversifikasi produk (ikan utuh, filet, ikan olahan)
7. Meningkatkan jaminan pasokan dengan mendorong komitmen kemitraan pemasok dan pedagang
8. Mendata dan membentuk asosiasi pedagang dan pemasok
9. Membangun basis data untuk membangun aliansi pasar.

Selasa, 28 November 2017

HUJAN BUATAN

PENGERTIAN, PROSES DAN DAMPAKNYA
Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya yaitu Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian oleh Bernard Vonnegut. Yang sebenarnya dilakukan  oleh  manusia  adalah  menciptakan  peluang  hujan  dan mempercepat terjadinya hujan. Nama yang digunakan sebagai upaya membuat hujan” adalah menjadi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Nah, yang dilakukan oleh manusia pada TMC, adalah mempengaruhi proses yang terjadi di awan sebagai dapur pembuat hujan. Sehingga mempercepat peluang terjadinya hujan. Bahan untuk mempengaruhi proses yang terjadi di awan terdiri dari dua jenis yaitu: 1). Bahan untuk membentuk” es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida (AgI). 2). Bahan untuk menggabungkan butir-butir air di awan, dikenal dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.
Di Indonesia, upaya hujan buatan ini diperlukan untuk:
1. Antisipasi Ketersediaan Air, misal pengisian waduk, danau, untuk keperluan air  bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA).
2. Antisipasi Kebakaran hutan/lahan, kabut asap
Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur).
Kemarau panjang seperti yang kita alami sekarang memerlukan usaha untuk menghadapi tantangan iklim. Kemarau panjang menyebabkan tanah kering, air sulit diperoleh, sungai mengering sedangkan angin menerbangkan debu-debuan. Tantangan iklim berupa kelangkaan hujan akibat kemarau panjang dapat dilakukan dengan teknologi tinggi berupa hujan buatan. Cara ini tak bisa terus dilakukan sembarangan karena biayanya terlalu mahal. Hujan buatan hanya ditempuh bila keadaan memang keadaan demikian kritis. Apalagi usaha untuk melakukan hujan buatan ini terkadang hasilnya tepat dan terkadang meleset atau tak sesuai dengan yang diharapkan.
Para ahli yang mengetahui terbentuknya awan, terjadinya kondensasi, presipitasi dan lainnya sangat membantu untuk melakukan usaha dan percobaan dalam memodifikasi cuaca untuk mempercepat turunnya hujan. Dalam pembuatan hujan buatan mereka hanya melakukan usaha untuk mendorong dan mempercepat turunnya hujan atau berusaha agar uap air yang telah ada di udara berkondensasi dengan cepat sehingga pembentukan butir-butir air dapat segera berlangsung di awan. Pembentukan butir-butir air tersebut  merupakan titik awalnya terjadi hujan.
Hujan buatan merupakan salah satu dari jenis-jenis hujan yang dibuat oleh manusia. Hujan buatan  ini dapat dibuat oleh manusia dengan cara menaburkan bahan kimia yang disebut dengan Argentium iodida ke dalam awan yang berfungsi untuk mempercepat pembentukan awan sehingga dapat terjadi hujan. Awan yang diperlukan untuk melakukan proses hujan buatan adalah awan dengan jenis Cumulus yang aktif.
Hujan buatan pada dasarnya adalah bukan membuat hujan dalam arti sebenarnya, melainkan membuat percepatan pada proses fisika yang terjadi di awan untuk membuat hujan. Jadi syarat utama dalam membuat hujan buatan adalah adanya awan yang sudah terbentuk secara alami yang memiliki kandungan jenis-jenis air yang cukup yang nantinya akan dipakai sebagai calon awan pembuat hujan buatan. Selain awan, diperlukan juga kecepatan angin yang rendah serta kondisi cuaca yang mendukung.

PROSES TERJADINYA HUJAN BUATAN
Tahapan-tahapan terjadinya hujan buatan antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Hujan  buatan  dapat   terjadi  dengan   menaburkan  bahan-bahan  kimia   untuk mempengaruhi terjadinya awan yang disebut dengan zat glasiogenik, yaitu Argentium Iodida atau Perak Iodida.
2.    Penaburan  bahan-bahan kimia tersebut  dilakukan pada ketinggian diantara 4.000 hingga 7.000  kaki dengan  memperhitungkan  faktor-faktor  seperti arah  angin  dan kecepatan angin yang akan membawa awan ke wilayah tempat terjadinya hujan buatan.
3.    Penaburan bahan-bahan kimia ini juga harus dilakukan mulai pada saat pagi hari sekitar pukul 07.00 pagi,  menimbang proses terjadinya awan yang terbentuk secara alami adalah pada saat pagi hari.
4.    Selain bahan kimia berupa zat glasiogenik, ditaburkan pula zat kimia berupa zat higroskopis yang merupakan bahan kimia untuk menggabungkan butir-butir air di awan. Zat higroskopis tersebut berupa garam (NaCl), CaCl2 dan Urea. Zat tersebut yang digunakan dalam  melakukan proses hujan  buatan  ini adalah  yang  berbentuk bubuk dengn diameter butiran antara 10 50 mikron.
5.    Bahan-bahan  kimia  tersebut  ditaburkan  ke  awan  yang  ada  di  langit  dengan menggunakan pesawat terbang, kecuali Urea.
6.    Setelah ditaburkan, bahan-bahan kimia tersebut akan mempengaruhi awan tersebut untuk berkondensasi sehingga membentuk awan yang lebih besar dan mempercepat proses terjadinya hujan.
7.    Beberapa jam setelah menaburkan bahan-bahan kimia yang mempengaruhi awan untuk berkondensasi tersebut, barulah bubuk urea ditaburkan. Bubuk Urea ini fungsinya sama, yaitu untuk membantu awan membentuk dan menggabungkan kelompok-kelompok awan kecil untuk membentuk jenis-jenis awan yang lebih besar dan berwarna abu-abu. Awan besar berwarna abu-abu inilah yang dinamakan dengan awan hujan.
8.    Urea ini ditaburkan pada sekitar pukul 12.00 siang, menimbang bahwa pada saat tersebut sudah banyak kelompok-kelompok kecil awan yang terbentuk.
9.    Setelah awan hujan terbentuk, larutan bahan kimia ditaburkan kembali ke awan tersebut. tetapi kali ini berbentuk larutan. Larutan bahan-bahan kimia tersebut memiliki komposisi  air,  urea  dan  amonium  nitrat  dengan  perbandingan  4:3:1. Larutan  ini berfungsi untuk mendorong awan hujan untuk membentuk butir-butir air yang lebih besar karena butir-butir air yang besarlah yang dapat menimbulkan hujan pada awan hujan.
Alternatif   lain dalam menaburkan bahan kimia pembuat hujan tersebut selain menggunakan pesawat adalah dengan Ground Base Generator yang menaburkan bahan kimia dengan cara
mengemas bahan-bahan kimia yang akan ditaburkan dalam bentuk flare yang dibakar di atas menara pada suatu ketinggian tertentu.
Proses yang berlangsung untuk membuat hujan buatan sama saja dengan yang menggunakan pesawat, hanya  berbeda pada saat proses menaburkannya saja. Ground Base Generator ini memanfaatkan topografi dan jenis-jenis angin lembah yang berhembus ke atas pegunungan pada saat siang hari dengan mengikuti kemiringan permukaan gunung untuk proses penaburan. Ground Base  Generator  ini  biasanya digunakan pada wilayah  yang  memiliki garis  lintang menengah dan tinggi dengan suhu dibawah titik beku atau dengan kata lain di bawah C.

DAMPAK HUJAN BUATAN
Hujan buatan dapat memberikan dampak yang positif yang bermanfaat maupun dampak yang negatif yang merugikan. Dampak-dampak tersebut dipaparkan di bawah ini.
a. Dampak Positif Hujan Buatan
Hujan Buatan dapat memberikan dampak positif yang memiliki manfaat yang sama seperti pada fungsi air hujan pada umumnya yang baik bagi ruang publik untuk kehidupan, khususnya pada wilayah yang sedang mengalami musim kemarau yang sangat panjang dan tidak pernah mengalami hujan dalam jangka waktu yang cukup lama. Manfaat tersebut antara lain adalah:
1.    Hujan buatan dapat  mengatasi kekeringan yang terjadi pada wilayah yang mengalami kekeringan.
2.    Hujan buatan dapat mengatasi masalah kabut asap akibat kebakaran hutan.
3.    Hujan buatan juga dimanfaatkan untuk memadamkan api pada kebakaran hutan yang mencakup wilayah yang cukup luas dengan api yang sangat besar.
4.    Hujan buatan membantu pengisian air waduk atau macam-macam danau untuk keperluan irigasi, ketersediaan air bersih ataupun pembangkit listrik tenaga air.
b. Dampak Negatif Hujan Buatan
Hujan buatan tidak hanya memberikan dampak positif yang memiliki manfaat yang baik bagi fungsi lingkungan hidup bagi manusia, tetapi juga membawa dampak negatif yang merugikan bagi makhluk hidup yang wilayah tempat tinggal atau wilayah tempat dimana makhluk hidup tersebut beraktivitas terkena guyuran air dari hujan buatan. Dampak negatif dari hujan buatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Hujan buatan yang terbuat dari adanya campuran bahan kimia bisa menimbulkan efek hujan yang mengandung bahan kimia pula yang bisa jadi malah menimbulkan hujan asam yang berbahaya bagi yang terkena guyuran hujan ini.
2.    Hujan buatan dapat menyebabkan pencemaran tanah karena proses penaburkan garam dalam jumlah sangat banyak bahkan dapat hingga berton-ton jumlahnya, menimbulkan hujan yang sifatnya asin dan memberikan efek lapisan tanah yang terkena guyurannya akan menjadi asin pula sehingga menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak bahkan gagal panen karena lapisan jenis-jenis tanah menjadi kelebihan kandungan garam.
3.    Hujan buatan juga dapat menjadi penyebab banjir jika hujan yang terjadi tidak tepat sasaran.
4.    Hujan buatan dapat menjadi penyebab pemanasan global.
5.    Hujan buatan dapat merubah siklus hidrologi yang akan membahayakan pasokan air tanah di musim kemarau.
6.    Hujan buatan akan menimbulkan kerugian materi yang cukup besar jika hujan yang turun dari hasil hujan buatan tidak tepat sasaran, baik kerugian dari materi yang dikeluarkan untuk melakukan proses hujan buatan maupun dari hasil dampak ketika hujan buatan salah sasaran.

Sumber: Buletin Cuaca Kelautan Tahun ke XVI No. 12, Desember 2017, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas Semarang