Senin, 07 Maret 2016

PENANGANAN PASCAPANEN RUMPUT LAUT (2)

Keterampilan dalam menyiapkan peralatan pengering, mencakup bagaimana melakukan inventarisasi terhadap kebutuhan sarana/peralatan pengering sesuai metoda yang akan digunakan, serta keterampilan dalam mendesain area jemur berdasarkan metoda yang sudah ditentukan. Pada dasarnya keterampilan ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan, beberapa acuan gambar yang bisa membantu dalam pembuatan sarana jemur berdasarkan metode yang akan dilakukan.
C. PENGETAHUAN DALAM MELAKUKAN PENGERINGAN
Pengeringan yang baik pada saat cuaca cerah dengan intensitas cahaya matahari yang optimal, faktor ini secara langsung akan menjamin kualitas produk rumput laut kering. Sedangkan proses pengeringan pada saat cuaca mendung atau hujan akan mengakibatkan fermentasi sehingga akan menurunkan mutu rumput laut kering.
Perlakuan sebelum pengeringan hendaknya dapat mengikuti permintaan pasar, hal ini karena ada beberapa pembeli yang menginginkan dengan kriteria tertentu, misalnya kering asin (kering asalan), kering tawar (dicuci dengan air tawar), dan hasil fermentasi (biasanya tampilan berwarna putih).
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam  menghasilkan kriteria tersebut, antara lain:
  Untuk mendapatkan kering asalan, rumput laut setelah dipanen, dikeringkan sampai dengan kadar air 38-35% (kering karet), pengeringan yang bagus dilakukan pada para-para jemur maupun digantung. Untuk mencapai kering karet jika intensitas cahaya matahari normal biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 hari, tandanya jika rumput laut sudah ditempeli kristal garam warna putih dan jika digenggam terasa seperti menggenggam karet.
  Untuk menghasilkan kering tawar, setelah di panen rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar (biasanya sampai bau amis hilang) untuk kemudian dikeringkan dengan kadar air sesuai yang diminta.
  Untuk mendapatkan rumput laut hasil fermentasi, biasanya rumput laut dijemur dan ditutup plastik transparan, sehingga akan membuat tampilan warna rumput laut putih.

1).     Metode Pengeringan Rumput Laut
Seperti dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa dalam melakukan pengeringan rumput laut ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan, antara lain:
   Pengeringan dengan alas, baik terpal plastik maupun lantai semen
   Pengeringan dengan menggunakan para-para jemur
   Pengeringan dengan metode gantung.

Bervariasinya teknik pengeringan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor sumberdaya manusia terkait pemahaman mengenai mutu rumput laut, faktor alam, kapasitas lahan dan efisiensi biaya. Berikut akan dibahas mengenai prosedur pada masing-masing metoda di atas.

a). Pengeringan dengan alas
Metode pengeringan ini dengan melakukan penjemuran rumput laut di atas alas langsung di atas permukaan tanah. Sebagai alas dapat digunakan terpal plastik maupun lantai jemur dari semen dengan luas disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen maupun luasan lahan untuk penjemuran.
Kelemahan teknik penjemuran dengan cara disebar dengan menggunakan alas plastik terpal/lantai jemur, antara lain:
1.  Kemungkinan tercampurnya rumput laut oleh kotoran
2.  Tingkat kekeringan yang tidak merata, hal ini disebabkan tidak adanya sirkulasi udara, biasanya rumput laut akan berkeringat jika disebar di atas alas terpal plastik. Kondisi ini menyebabkan waktu pengeringan kurang efisien.
b). Pengeringan dengan para-para jemur
Metoda penjemuran ini rumput laut tidak disebar di atas alas langsung di  permukaan tanah, namun dengan menggunakan bilahan bambu yang diberi alas jaring polietylen atau anyaman bambu dengan rongga. Pada penjemuran dengan menggunakan para-para alas diletakkan dengan menggunakan tiang bambu sehingga tidak langsung menyentuh permukaan tanah sebagaimana pada metode pertama yang sudah dijelaskan di atas. Jumlah dan ukuran unit para-para jemur disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen dan kapasitas lahan.
Metode penjemuran ini juga dapat dipasang tidak hanya di darat namun bias dilakukan di laut, yaitu dengan menancapkan bambu sebagai penyangga alas di dasar perairan. Biasanya pemasangan para-para jemur di laut dilakukan dekat rumah jaga.
Walaupun dari aspek biaya penggunaan metode ini cukup mahal, namun metoda ini lebih baik dibanding metode penjemuran di atas alas terpal. Sehingga rata-rata para pembudidaya banyak yang memilih metoda dengan para-para jemur. Adapun keuntungan metode pengeringan dengan menggunakan para-para jemur antara lain:
1.  Tingkat kekeringan yang merata dengan kadar air yang diinginkan, hal ini karena memungkinkan adanya sirkulasi udara melewati rongga pada alas jemur. Kondisi ini memungkinkan waktu pengeringan lebih efisien.
2.  Kemungkinan rumput laut tercampur kotoran minim.
c). Pengeringan metode gantung
Penjemuran dengan cara digantung dinilai lebih efektif dibanding kedua metoda di atas. Secara umum metode ini sudah biasa dilakukan oleh pembudidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Teknik penjemuran dengan cara digantung dilakukan dengan menjemur rumput laut bersama tali ris pada tiang bambu yang dipasang secara horizontal. Cara ini dinilai baik karena rumput laut tidak banyak mengalami benturan fisik apalagi pematahan thallus. Rumput laut yang diambil dari tali ris dengan cara dipatahkan bias menyebabkan luka fisik pada thallus dan disertai keluarnya getah/gel pada bagian tersebut, yang akan menyebabkan rendahnya kadar rumput laut kering.
Keuntungan melakukan penjemuran dengan cara digantung antara lain sebagai berikut:
  Selain lebih murah, cara ini juga dinilai lebih baik karena dianggap memiliki kadar kotor yang lebih rendah. Dengan cara digantung kadar garam yang menempel akan minim, hal ini karena air yang mengandung garam akan dengan cepat menetes ke bawah.
  Tingkat kekeringan lebih merata dengan waktu pengeringan yang lebih efisien
  Hasil rumput laut kering utuh. Namun demikian karena penjemuran ini juga dilakukan bersama tali ris, pada umumnya pembudidaya harus mempunyai tali ris dobel sebagai ganti untuk penanaman lagi.

2).     Kontrol Kualitas Selama Proses Pengeringan
Kegiatan kontrol kualitas selama proses pengeringan dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas rumput laut kering agar sesuai standar terutama kadar air dan tingkat kekotoran. Pada beberapa kasus para pembudidaya kurang memperhatikan kontrol kualitas pada saat penjemuran sehingga mutu rumput laut kering yang dihasilkan tidak sesuai standar yang diinginkan oleh industri. Kondisi inilah yang menyebabkan posisi tawar produk rumput laut kering menjadi menurun.
Kontrol kualitas pada saat penjemuran dapat dilakukan melalui pembersihan kotoran, pembalikan, dan melindungi rumput laut yang dijemur dari tingkat kelembaban yang tinggi dan kontaminasi yang mungkin terjadi. Untuk mendapatkan tingkat kadar air yang optimal biasanya membutuhkan waktu pengeringan antara 3-4 hari tergantung dari tingkat intensitas matahari. Ciri atau warna rumput laut yang sudah kering adalah ungu keputihan dilapisi kristal garam.
Sedangkan hal yang perlu dihindari terkait perlakuan pada saat melakukan pengeringan rumput laut, antara lain:
1.  Menghindari menjemur rumput laut di jalan atau di bahu jalan yang langsung tercemar oleh debu dan asap kendaraan, hal ini akan menjadi penyebab rumput laut terkontaminasi oleh logam berat.
2.  Menghindari penjemuran di atas pasir, rumput, tanah atau media lain yang dapat menurunkan tingkat kualitas hasil rumput laut kering. Pada beberapa kasus banyak pembudidaya yang masih melakukan penjemuran di atas pasir di pinggir pantai, hal ini akan menyebabkan kerugian pada pihak pasar/industri sehingga posisi tawar produk menjadi rendah.
3.  Menghindari perlakuan pengeringan dengan penggaraman. Dampak penggaraman akan mempengaruhi perolehan ekstrak, mempergelap warna hasil panen sehingga menurunkan mutu rumput laut. Kondisi ini akan merugikan pihak industri pengolah.
Sebagai informasi bahwa hasil rumput laut dengan penggaraman (dibacem) dapat dibedakan dengan yang tanpa dibacem. Biasanya rumput laut hasil penggaraman jika disimpan beberapa hari akan mengeluarkan air dan garam yang berlebihan (tingkat kekeringan tidak normal).
Keterampilan dalam melakukan pengeringan antara lain sebagaimana yang telah dibahas pada materi pengetahuan sebelumnya. Pelaku harus terampil dalam melakukan pengeringan mulai dari penentuan metode penjemuran, prosedur pengeringan yang menjamin kualitas rumput laut kering, dan mampu mengontrol dan memperlakukan rumput laut pada saat penjemuran agar terjaga kualitasnya.

Prosedur pengeringan berdasarkan metoda penjemuran, yaitu:
Pengeringan dengan alas terpal plastik atau alas lantai semen
  1. Menyiapkan kebutuhan peralatan penjemuran yaitu alas jemur baik plastik maupun lantai semen
  2. Membersihkan area jemur dari kemungkinan kotoran penempel
  3. Rumput laut hasil panen terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Pencucian dengan menggunakan air laut.
  4. Menyebar rumput laut pada alas jemur dengan jalan mengatur ketebalan rumput laut agar tingkat kekeringan merata.
Pengeringan di atas para-para jemur
  1. Siapkan sarana para-para yang dibutuhkan dengan jumlah dan ukuran sesuai kapasitas hasil panen
  2. Sebelumnya bersihkan para-para dari kotoran yang menempel
  3. Rumput laut hasil panen sebelumnya dicuci air laut untuk menghindari penempelan kotoran
  4. Letakkan rumput laut di atas para-para dengan mengatur ketebalan secara rata
Pengeringan dengan metode gantung
  1. Menyiapkan sarana jemur gantung dengan jumlah dan ukuran/panjang unit disesuaikan dengan pertimbangan biaya, kapasitas hasil panen dan kapasitas lahan. Untuk menampung kapasitas hasil panen yang lebih banyak tempat penggantungan dapat dibuat lebih banyak dalam bentuk konstruksi rumah
  2. Setelah pemanenan, sebaiknya mencuci rumput laut dan tali ris dengan air laut untuk meminimalisir penempelan kotoran
  3. Penjemuran dengan mengikat/menggantung rumput laut bersama tali ris pada tiang jemuran, atau menggantung tali ris dan rumput laut pada paku/pasak yang dipasang pada tiang bambu/kayu horizontal
  4. Mengatur jarak antara ikatan rumput laut pada tiang jemuran agar tingkat kekeringan merata.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjaga kualitas pada saat proses pengeringan, antara lain:
  1. Melakukan pembersihan/sortasi dari kemungkinan penempelan kotoran pada saat proses pengeringan
  2. Melakukan pembalikan secara kontinyu guna menjamin tingkat kekeringan merata sesuai tingkat kadar air yang diinginkan pihak industri.
  3. Menjaga kelembaban agar tetap stabil, kelembaban tinggi terjadi pada saat musim hujan. Rumput laut pada saat malam hari ditutup plastik untuk menghindari pengaruh embun, atau simpan sementara pada gudang yang kelembabannya rendah sebelum dijemur ulang.
  4. Melindungi rumput laut dari kontaminasi bahan kimia atau logam berat.

Kamis, 03 Maret 2016

PENANGANAN PASCAPANEN RUMPUT LAUT (1)

Rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya mempunyai peluang untuk dikembangkan, mengingat Indonesia mempunyai potensi lahan pengembangan yang sangat besar. Sejalan dengan target pencapaian produksi rumput laut Indonesia sebagaimana yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sampai dengan tahun 2016 sebesar 10.000.000 (sepuluh juta) ton, maka perlu upaya serius dari semua stakeholders dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya rumput laut secara optimal dan berkelanjutan.
Peningkatan produksi rumput laut Indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil produksi kering yang berasal dari pembudidaya belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh industri pengolah. Ironisnya yang terjadi pihak industri pengolah seringkali mengeluarkan biaya produksi tambahan untuk melakukan sortir ulang produk kering dari pembudidaya, sehingga sampai saat ini posisi tawar produk kering rumput laut dari pembudidaya masih belum mampu bersaing. Fenomena tersebut perlu segera menjadi perhatian bersama mulai dari pembudidaya maupun pelaku usaha.
Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang pentingnya pengelolaan pasca panen rumput laut dalam rangka menjamin mutu produk rumput laut yang pada akhirnya akan mendorong keberlanjutan. Industri pengolah sudah barang tentu harus menjamin keberlangsungan kegiatan usaha budidaya rumput laut.

A. MELAKUKAN SORTIR RUMPUT LAUT HASIL PANEN BASAH
Pembahasan mengenai pengelolaan pasca panen rumput dalam modul ini adalah berlaku untuk jenis rumput laut penghasil karaginofit dalam hal ini Eucheuma cottonii yang telah mampu dibudidayakan secara massal. Tipe karaginan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu Iota karaginan, kappa karaginan dan lamba karaginan. Iota karaginan dihasilkan oleh Eucheuma spinosumkappa karaginan dihasilkan oleh Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii sedangkan lamba karaginan dihasilkan oleh jenis Condrus crispus. Ketiga tipe karaginan tersebut dibedakan karena sifat jelly yang terbentuk.
Perlu diketahui bahwa proses penyortiran pada pembahasan pada elemen komponen ini adalah bagi rumput laut hasil panen basah, yaitu perlakuan sesaat setelah melakukan pemanenan. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam melakukan proses penyortiran antara lain sebagai berikut:
1). Perlakuan Panen

Panen rumput laut dilakukan secara benar hal ini guna menjaga kualitas rumput laut yang akan diolah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari. Perlakuan panen memberikan pengaruh nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan, antara lain:
·       Rumput laut yang dipanen harus sudah memasuki umur panen sebagaimana yang dipersyaratkan industri, yaitu 45 hari dengan pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali lipat dari bibit awal. Pada umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel strength dan mengandung karaginan yang optimal.
·       Pemanenan dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari ikatan tali ris, atau dengan memotong bagian pangkal batang dengan menggunakan pisau tajam agar mempertahankan rumput laut tetap utuh. Hal ini untuk menghindari penurunan mutu rumput laut. Perlakuan panen dengan jalan diserut/dipatahkan pada bagian batang atau thallus akan menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara langsung akan menurunkan mutu rumput laut.
2). Seleksi Hasil Panen Rumput Laut Basah
Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa rumput laut kering dan rumput laut segar. Perlu diketahui bahwa pada sebagian pembudidaya proses pemanenan ada yang dilakukan dengan pemanenan total, artinya setelah mencapai umur 45 hari rumput laut dipanen untuk kemudian dilakukan seleksi untuk memisahkan thallus muda yang kemudian akan dijadikan bibit untuk ditanam kembali.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seleksi hasil panen basah antara lain:
1.   Memisahkan antara rumput laut siap jemur/panen dengan thallus untuk dijadikan bibit rumput laut. Umur rumput laut siap panen dengan bibit dapat dilihat berdasarkan tampilan thallus rumput laut. Thallus yang muda cenderung mempunyai tampilan warna cerah/transparan serta bila dipatahkan akan langsung patah dengan mudah.
2.   Memisahkan rumput laut dengan jenis rumput laut lain, biasanya tidak jarang pada saat proses budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdapat jenis lain yang menjadi kompetitor misalnya, GracillariaSpinosum sp maupun Sargassum yang menempel pada rumpun terutama pada budidaya dengan metode lepas dasar.
3.   Memisahkan rumput laut dari kemungkinan menempelnya jenis ganggang/lumut, kotoran maupun jenis hewan air penempel lain.
4.   Hasil panen rumput laut basah harus dibersihkan dengan jalan dicuci sebelumnya dengan air laut sebelum dijemur.
3). Standar Mutu Hasil Panen Rumput Laut Basah
Seleksi hasil panen rumput laut basah dilakukan guna menjamin mutu rumput laut agar sesuai dengan standar yang diinginkan pihak industri pengolah. Secara umum standar hasil panen rumput laut basah yang perlu diperhatikan, meliputi:
1.  Umur panen harus memenuhi yaitu antara 45-50 hari. Umur panen tersebut telah memenuhi standar mutu terutama gel strength dan kandungan karaginan pada rumput laut.
2.  Rumput laut tidak terjadi patahan pada batang maupun thallus yang disebabkan oleh perlakuan panen yang kurang benar. Mematahkan secara langsung dengan tangan apalagi dengan cara diserut akan menyebabkan keluarnya gel secara berlebih melalui permukaan patahan, hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap gel strength rumput laut.
3.  Rumput laut bersih dari penempelan antara lain ganggang dan kotoran lain serta thallus dan batang normal.
4.  Mempunyai bau khas alamiah.

B. MENYIAPAKAN PERALATAN PENGERING
Pada dasarnya proses pengeringan/penjemuran rumput laut Eucheuma cottonii dapat dilakukan dengan tiga metoda, antara lain:
1. Penjemuran dengan alas di atas permukaan tanah
2. Penjemuran dengan metode para-para jemur
3. Penjemuran dengan metode gantung
Spesifikasi peralatan dan sarana yang dibutuhkan hendaknya disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
Langkah awal sebelum melakukan pengeringan rumput laut yaitu dengan membuat sarana pengeringan, sesuai metode yang akan digunakan. Beberapa kebutuhan peralatan yang harus dipersiapkan dalam membuat fasilitas pengeringan, antara lain:
  Penjemuran dengan alas di permukaan tanah.
Yang perlu dipersiapkan antara lain: alas plastik/terpal atau lantai semen yang digunakan sebagai alas untuk penyebaran rumput laut, dengan ukuran disesuaikan dengan kapasitas produksi maupun kapasitas lahan.
  Penjemuran dengan metode para-para jemur
Kebutuhan antara lain: tiang bambu, alas dengan menggunakan bilahan bambu/anyaman bambu dengan lubang/rongga yang tidak terlalu besar, atau dapat pula dengan mengunakan jaring poliethylene (PEukuran lubang 2 cm sebagai alas, paku, gergaji, golok, tali, dan tutup terpal. Ukuran para-para jemur disesuaikan dengan kapasitas lahan. Biasanya yang cukup ideal adalah dengan lebar 1-1,5 meter dan panjang 10-25 meter.
  Penjemuran dengan metode gantung
Kebutuhan yang perlu dipersiapkan antara lain: bambu, kayu, dan tali PE. Jumlah dan panjang gantungan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kapasitas lahan. Bambu digunakan sebagai tempat untuk menggantung rumput laut bersama tali ris pada saat penjemuran, sedangkan kayu digunakan sebagai penyangga atau tiang gantungan, tali PE digunakan untuk mengikat kayu ataupun bambu.