Selasa, 01 November 2022

PENEBARAN UDANG

Ketersediaan benur (benih urang/udang) pada saat jadwal penebaran harus disiapkan jauh hari sebelum tahap persiapan, yaitu dengan cara memesan benur sejumlah yang diinginkan di perusahaan pembenihan udang, sehingga jadwal tebal benur disesuaikan dengan panen naupli dari perusahaan tersebut.

 

a. Pemilihan Benur

Kualitas benur yang ditebar di dalam petakan tambak/kolam sangat menentukan keberhasilan budidaya udang, benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatchery yang telah memiliki sertifikat SPF (Spesific Pathogen Free) sehingga benur yang ditebar dapat tumbuh dengan baik.

Secara morfologi benur yang mempunyai kualitas yang baik adalah dengan kriteria sebagai berikut:

1.  Umur benur sudah mencapai PL 9 di panti pembenihan

2. Gerakannya lincah dan apabila terjadi perubahan lingkungan yang mendadak maka benur akan melompat

3.  Ukuran seragam, pada umur PL 12 panjang telah mencapai > 10 mm

4.  Di badan air benur menyebar, tidak menggeromboldan atau menggumpal pada saat transportasi.

5.  Responsif terhadap cahaya (fototaxis positif), gerakan atraktif dari sumber cahaya

6.  Warna badan dan kaki serta kulit jernih, tidak terdapat penempelan parasit.

7. Hepatopancreas penuh dengan pakan dan berwarna gelap

 

b. Waktu penebaran benur

Penebaran benur vaname harus segera dilakukan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 atau pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Karena pada waktu tersebut kondisi fluktuasi suhu tidak menyolok, parameter air yang lain seperti pH, salinitas tidak benyak berubah. Kondisi lingkungan demikian mengurang tingkat stress pada benih yang akan ditebar.

 

AKLIMATISASI

Aklimatisasi yaitu proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru dari biota yang akan dipindahkan ke lingkungan pemeliharaan sehingga tidak menimbulkan stress yang mengakibatkan kematian. Waktu penebaran dilakukan ketika kondisi suhu lingkungan tidak tinggi, penebaran dapat dilakukan pagi, sore atau malam hari sehingga dapat mengurangi tingkat stress, sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan pengecekan salinitas air tambak dan salinitas di kantong benur, suhu di tambak dan suhu di kantong benur. Kemudian kantong benur diapung-apungkan disalah satu sudut tambak kurang lebih 30-45 menit, untuk mempermudah proses aklimatisasi dibagian sudut diberi bambu sebagai alat untuk penahan agar kantong benur tidak menyebar keseluruh petakan tambak, tujuan cara ini untuk mempercepat penyesuaian suhu air tambak dengan suhu dikantong benur.

Setelah 45 menit kantong benur dibuka dan secara perlahan ditambahkan air dari tamba, dilakukan secara manual menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu gayung sehingga proses aklimatisasi salinitas lebih cepat, volume air yang ditambahkan ke dalam kantong benur disesuaikan (kurang lebih 1/3 dari volume kantong benur), untuk mengetahui kesesuaian salinitas tambak dengan salinitas dikantong benur dilakukan pengukuran menggunakan refraktometer, sebagai indikatornya bisa dicoba mengeluarkan sebagian benur dikantong ke air tambak, jika benur telah keluar dan tidak masuk lagi ke kantong benur maka benur bisa dilepaskan semua.

 

Gambar. 9. Proses aklimatisasi benur.

 

PERHITUNGAN SR TEBAR

Data jumlah benur yang ditebar dapat diperoleh dari jumlah benur disetiap kantong benur dikalikan jumlah kantong benur, tetapi data ini kurang akurat karena memungkinkan terjadinya kematian benur saat transportasi, sehingga perlu dilakukan perhitungan kembali setelah benur ditebar ditambak, sehingga data yang diperoleh lebih akurat untuk acuan menentukan jumlah pakan.

 

Gambar 10. Hapa (baby box) untuk penghitungan SR tebar


Tempat untuk menghitung jumlah benur yang hidup dinamakan di “baby box” yaitu jaring terapung dengan ukuran tertentu yang dipakai untuk menghitung kelulushidupan benur setelah 24 jam setelah ditebar di tambak. Hasil dari perhitungan ini dikalikan dengan jumlah kantong benur yang ditebar, maka akan diperoleh populasi tebar.