Senin, 17 Juli 2017

AKAR TUBA, JENU

Tuba (Derris elliptica), merupakan jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai peracun ikan. Akar tanaman Tuba ini memiliki kandungan rotenone, sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga (insektisida). 

Tuba sering disebut juga sebagai Akar Tuba. Dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Derris Root, Duva Ni Vavalagi, atau Tuba Root. Tanaman memanjat (liana) ini mempunyai beberapa nama lokal seperti; tuwa laleur, tuwa leteng, areuy kidang (Sunda), jenu, jelun, tuba, oyod tungkul, tungkul (Jawa), tobha,  jheno, mombul (Madura).

Di negara lain dikenal dengan sebutan Tuba (Brunei), Hon (Laos), K’biehs (Kamboja), tuba root, tugling-pula (Filipina), Touba (Perancis), Akar Tuba (Malaysia), Lai Nam (Thailand).
Selain dijumpai hampir di seluruh wilayah di Indonesia juga terdapat di Bangladesh, Asia Tenggara, dan beberapa kepulauan di Pasifik. 

PENGENALAN TANAMAN
1. Klasifikasi
Kerajaan  : Plantae
Divisi       : Magnoliophyta
Kelas       : Magnoliopsida
Ordo        : Fabales
Famili      : Fabaceae
Genus      : Derris
Spesies    : Derris elliptica Bath 

2. Ciri-ciri
Tuba merupakan tumbuhan berkayu memanjat (liana) 7-15 pasang daun pada tiap rantingnya. Daun muda berambut kaku pada kedua permukaannya. Di bahagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Batangnya merambat dengan ketinggian hingga 10 meter. Ranting-ranting tuba tua berwarna kecoklatan.
Mahkota bunga tumbuhan tuba berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan beracun ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong (oval), dengan sayap yang tipis di sepanjang kedua sisi. kekacang nipis dan rata berukuran 9 cm, lebar 0.6-2.5 cm. dan terdapat 1-4 biji dalam satu kekacang.

Tumbuhan peracun ikan ini tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa tanaman tuba didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.500 m dpl. 

3. Manfaat
Tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Bagian tanaman tuba yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian akar. Kandungan kimia yang terdapat dalam akar tuba adalah alkaloid, saponin, falvonoid, tanin, dan polifenol. Salah satu produksi metabolit sekunder yang dikandung oleh tanaman tuba adalah rotenon (C23H22O6) yang merupakan senyawa aktif untuk membunuh hama tanaman dan ikan liar. Kandungan rotenon tertinggi terdapat pada akar­, yaitu 0,3-12%.

Senyawa aktif lainnya yang terkandung dalam akar tuba adalah dequelin (0,15-2,9%), eliptone (0,35-4,6%) dan toxicarol (0-4,4%). Rotenon bersifat sebagai racun perut dan kontak tetapi bersifat sistemik. Rotenon yang masuk ke dalam tubuh akan membuat organisma sulit bernapas karena kesulitan mendapat oksigen. Senyawa rotenon dapat memasuki insang ikan secara langsung dan sistem kerja rotenon adalah menghambat proses oksidasi ganda NaOH2, sehingga ikan tidak dapat melakukan respirasi.

Cara menghilangkan efek dari rotenon adalah dengan menggunakan potasium permanganat klorin, methylene blue, aktif karbon atau air yang diaerasi dengan kuat. Senyawa dari tanaman tuba yang bersifat racun ini tidak boleh dialirkan ke sungai karena dapat membuat ekosistem perairan mati. Tanaman ini sering digunakan sebagai racun ikan. Namun dapat juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran, tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain. Di Kalimantan, ekstrak akarnya digunakan sebagai racun untuk anak panah. 

PENGGUNAAN DI BIDANG PERIKANAN
Dalam bidang perikanan akar tuba dapat dimanfaatkan sebagai bahan nabati untuk membuat obat pemberantasan hama ikan dan organisma liar yang tidak dikehendaki dalam budidaya ikan dan atau udang di kolam/tambak. Kandungan rotenon pada akar tuba tergantung besar kecilnya diameter akar, semakin kecil akarnya maka semakin tinggi kadar rotenonnya. Bertolak belakang dengan racun saponin yang bereaksi lebih kuat pada salinitas yang lebih tinggi, sedangkan rotenon bereaksi lebih kuat pada salinitas rendah. 

Perlu diperhatikan, daya tahan udang terhadap rotenon tidak jauh beda dengan daya tahan ikan terhadap rotenon. Jadi pemakaiannya harus sangat hati-hati. Dan tidak disarankan untuk digunakan pada saat pembesaran ikan/udang berlangsung. Waktu penggunaan rotenon adalah pada saat pengolahan dasar tanah di sistem semi intensif, setiap dimulainya siklus. 

Cara aplikasi:
Akar tuba dipotong kecil-kecil lalu direndam dalam air selama 24 jam, setelah direndam tumbuk hingga hancur dan dimasukkan dalam air sambil diperas hingga air berwarna putih seperti santan. Racun rotenon akan hilang dengan sendirinya setelah 4 hari. Dosis yang digunakan sekitar 10 kg akar tuba kering setiap hektar lahan tambak. 

Referensi: alamandeh.org, digilib.unila.ac.id