Kamis, 03 Maret 2016

PENANGANAN PASCAPANEN RUMPUT LAUT (1)

Rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya mempunyai peluang untuk dikembangkan, mengingat Indonesia mempunyai potensi lahan pengembangan yang sangat besar. Sejalan dengan target pencapaian produksi rumput laut Indonesia sebagaimana yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sampai dengan tahun 2016 sebesar 10.000.000 (sepuluh juta) ton, maka perlu upaya serius dari semua stakeholders dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya rumput laut secara optimal dan berkelanjutan.
Peningkatan produksi rumput laut Indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil produksi kering yang berasal dari pembudidaya belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh industri pengolah. Ironisnya yang terjadi pihak industri pengolah seringkali mengeluarkan biaya produksi tambahan untuk melakukan sortir ulang produk kering dari pembudidaya, sehingga sampai saat ini posisi tawar produk kering rumput laut dari pembudidaya masih belum mampu bersaing. Fenomena tersebut perlu segera menjadi perhatian bersama mulai dari pembudidaya maupun pelaku usaha.
Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang pentingnya pengelolaan pasca panen rumput laut dalam rangka menjamin mutu produk rumput laut yang pada akhirnya akan mendorong keberlanjutan. Industri pengolah sudah barang tentu harus menjamin keberlangsungan kegiatan usaha budidaya rumput laut.

A. MELAKUKAN SORTIR RUMPUT LAUT HASIL PANEN BASAH
Pembahasan mengenai pengelolaan pasca panen rumput dalam modul ini adalah berlaku untuk jenis rumput laut penghasil karaginofit dalam hal ini Eucheuma cottonii yang telah mampu dibudidayakan secara massal. Tipe karaginan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu Iota karaginan, kappa karaginan dan lamba karaginan. Iota karaginan dihasilkan oleh Eucheuma spinosumkappa karaginan dihasilkan oleh Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii sedangkan lamba karaginan dihasilkan oleh jenis Condrus crispus. Ketiga tipe karaginan tersebut dibedakan karena sifat jelly yang terbentuk.
Perlu diketahui bahwa proses penyortiran pada pembahasan pada elemen komponen ini adalah bagi rumput laut hasil panen basah, yaitu perlakuan sesaat setelah melakukan pemanenan. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam melakukan proses penyortiran antara lain sebagai berikut:
1). Perlakuan Panen

Panen rumput laut dilakukan secara benar hal ini guna menjaga kualitas rumput laut yang akan diolah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari. Perlakuan panen memberikan pengaruh nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan, antara lain:
·       Rumput laut yang dipanen harus sudah memasuki umur panen sebagaimana yang dipersyaratkan industri, yaitu 45 hari dengan pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali lipat dari bibit awal. Pada umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel strength dan mengandung karaginan yang optimal.
·       Pemanenan dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari ikatan tali ris, atau dengan memotong bagian pangkal batang dengan menggunakan pisau tajam agar mempertahankan rumput laut tetap utuh. Hal ini untuk menghindari penurunan mutu rumput laut. Perlakuan panen dengan jalan diserut/dipatahkan pada bagian batang atau thallus akan menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara langsung akan menurunkan mutu rumput laut.
2). Seleksi Hasil Panen Rumput Laut Basah
Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa rumput laut kering dan rumput laut segar. Perlu diketahui bahwa pada sebagian pembudidaya proses pemanenan ada yang dilakukan dengan pemanenan total, artinya setelah mencapai umur 45 hari rumput laut dipanen untuk kemudian dilakukan seleksi untuk memisahkan thallus muda yang kemudian akan dijadikan bibit untuk ditanam kembali.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seleksi hasil panen basah antara lain:
1.   Memisahkan antara rumput laut siap jemur/panen dengan thallus untuk dijadikan bibit rumput laut. Umur rumput laut siap panen dengan bibit dapat dilihat berdasarkan tampilan thallus rumput laut. Thallus yang muda cenderung mempunyai tampilan warna cerah/transparan serta bila dipatahkan akan langsung patah dengan mudah.
2.   Memisahkan rumput laut dengan jenis rumput laut lain, biasanya tidak jarang pada saat proses budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdapat jenis lain yang menjadi kompetitor misalnya, GracillariaSpinosum sp maupun Sargassum yang menempel pada rumpun terutama pada budidaya dengan metode lepas dasar.
3.   Memisahkan rumput laut dari kemungkinan menempelnya jenis ganggang/lumut, kotoran maupun jenis hewan air penempel lain.
4.   Hasil panen rumput laut basah harus dibersihkan dengan jalan dicuci sebelumnya dengan air laut sebelum dijemur.
3). Standar Mutu Hasil Panen Rumput Laut Basah
Seleksi hasil panen rumput laut basah dilakukan guna menjamin mutu rumput laut agar sesuai dengan standar yang diinginkan pihak industri pengolah. Secara umum standar hasil panen rumput laut basah yang perlu diperhatikan, meliputi:
1.  Umur panen harus memenuhi yaitu antara 45-50 hari. Umur panen tersebut telah memenuhi standar mutu terutama gel strength dan kandungan karaginan pada rumput laut.
2.  Rumput laut tidak terjadi patahan pada batang maupun thallus yang disebabkan oleh perlakuan panen yang kurang benar. Mematahkan secara langsung dengan tangan apalagi dengan cara diserut akan menyebabkan keluarnya gel secara berlebih melalui permukaan patahan, hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap gel strength rumput laut.
3.  Rumput laut bersih dari penempelan antara lain ganggang dan kotoran lain serta thallus dan batang normal.
4.  Mempunyai bau khas alamiah.

B. MENYIAPAKAN PERALATAN PENGERING
Pada dasarnya proses pengeringan/penjemuran rumput laut Eucheuma cottonii dapat dilakukan dengan tiga metoda, antara lain:
1. Penjemuran dengan alas di atas permukaan tanah
2. Penjemuran dengan metode para-para jemur
3. Penjemuran dengan metode gantung
Spesifikasi peralatan dan sarana yang dibutuhkan hendaknya disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.
Langkah awal sebelum melakukan pengeringan rumput laut yaitu dengan membuat sarana pengeringan, sesuai metode yang akan digunakan. Beberapa kebutuhan peralatan yang harus dipersiapkan dalam membuat fasilitas pengeringan, antara lain:
  Penjemuran dengan alas di permukaan tanah.
Yang perlu dipersiapkan antara lain: alas plastik/terpal atau lantai semen yang digunakan sebagai alas untuk penyebaran rumput laut, dengan ukuran disesuaikan dengan kapasitas produksi maupun kapasitas lahan.
  Penjemuran dengan metode para-para jemur
Kebutuhan antara lain: tiang bambu, alas dengan menggunakan bilahan bambu/anyaman bambu dengan lubang/rongga yang tidak terlalu besar, atau dapat pula dengan mengunakan jaring poliethylene (PEukuran lubang 2 cm sebagai alas, paku, gergaji, golok, tali, dan tutup terpal. Ukuran para-para jemur disesuaikan dengan kapasitas lahan. Biasanya yang cukup ideal adalah dengan lebar 1-1,5 meter dan panjang 10-25 meter.
  Penjemuran dengan metode gantung
Kebutuhan yang perlu dipersiapkan antara lain: bambu, kayu, dan tali PE. Jumlah dan panjang gantungan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kapasitas lahan. Bambu digunakan sebagai tempat untuk menggantung rumput laut bersama tali ris pada saat penjemuran, sedangkan kayu digunakan sebagai penyangga atau tiang gantungan, tali PE digunakan untuk mengikat kayu ataupun bambu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar