Senin, 25 Mei 2015

PENETASAN KISTA ARTEMIA

          Penetasan kista Artemia merupakan tahapan yang menentukan dalam proses pengadaan nauplii Artemia. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal yang penting sebagai upaya mencapai efisiensi dan efektivitas penetasan kista.
Untuk memperoleh jumlah nauplii Artemia sesuai dengan yang dikehendaki, maka sebelum menetaskan cyst (kista/telur kering) perlu diketahui terlebih dahulu tingkat kemampuan setiap strain kista yang akan ditetaskan. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan memperhatikan data HE (Hatching Efficiency) dan atau HP (Hatching Procentage)-nya. HE dan HP ini biasanya telah tertera secara jelas pada label wadah/pembungkus berupa kantong plastik atau kaleng Artemia yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya. Hatching Efficiency atau Efisiensi Penetasan adalah nilai yang menyatakan jumlah Nauplius Artemia yang dihasilkan dari 1 gram kista yang ditetaskan. Sedangkan Hatching Procentage atau Prosentase Penetasan ialah nilai perbandingan dari jumlah kista yang menetas dengan jumlah kista keseluruhan sebelum ditetaskan (yaitu kista yang menetas dan tidak menetas), dinyatakan dalam persen.
Dari pengalaman, meskipun dalam label pembungkus selalu dicantumkan nilai HE dan HP-nya, dengan uji terap di lapangan angka ini tidak selalu menunjukkan kecocokan. Salah satu hasil uji lapang penetasan kista Artemia dari beberapa strain tercantum dalam tabel 2.
Tabel 1. Nilai Efisiensi dan Prosentase Penetasan Kista Artemia
No.
Nama Produk
Negara Produsen
HE
(n/gr kista)
HP
(%)
1
Chaplin Lake
Kanada
65.000
13,38
2
Great Salt Lake
USA
106.000
25,65
3
Great Wall
RRC
129.000
40,05
4
Margherita di Savona
Itali
137.000
45,82
5
Lavalduc
Perancis
182.000
56,18
6
Boenos Aires
Argentina
193.000
33,30
7
Barotac Nuevo
Filipina
214.000
35,95
8
Shark Bay
Australia
217.000
53,75
9
San Pablo Bay
USA
259.000
49,77
10
San Fransisco Bay
USA
267.000
43,55
11
Macau
Brazil
304.000
52,90
                     Sumber: Anonim (1989)

Persyaratan Penetasan
1.    Air Laut, yang digunakan adalah air laut yang bersih dan telah disaring dengan net berukuran 1 mikron. Untuk mendapatkan hasil penetasan yang baik kadar garam air laut yang akan digunakan sebaiknya berkisar antara 5 sampai 30 ppt. Apabila sulit memperoleh air laut yang bersih, maka dapat dibuat air laut buatan dengan cara mencampur bahan-bahan sebagaimana tersebut dalam daftar 3 berikut.
Daftar 2. Bahan-bahan Pembuatan Air Laut Buatan
No.
Nama Bahan

Jumlah
1
Garam dapur
NaCl
5,0 gr
2
Magnesium sulfat
MgSO4
1,3 gr
3
Magnesium klorida
MgCl2
1,0 gr
4
Kalsium klorida
CaCl2
0,3 gr
5
Kalium klorida
KCl
0,2 gr
6
Natrium hidrokarbonat
NaHCO3
2,0 gr
7
Air tawar
H2O
1,0 lt

2.    Kepadatan Kista, dianjurkan 5 sampai 10 gram untuk setiap liter air media. Lama waktu penetasan adalah 24 sampai 36 jam bergantung kepada strain kista.
3.    Suhu Air, yang perlu dipertahankan untuk memperoleh hasil penetasan yang optimal adalah 25 sampai 300 C (Susanto, 1991). Ini pun tidak baku, disesuaikan dengan strain kista Artemia yang ditetaskan.
4.    pH Air, ini sangat berpengaruh terhadap penetasan kista. Apabila derajat keasaman (pH) air untuk penetasan kurang dari 8, maka efisiensi penetasannya menurun. Di samping itu waktu penetasannya bertambah lama. Supaya pH air tetap stabil dapat dipertahankan dengan cara menambahkan NaHCO3 (Natrium hidrokarbonat) sebanyak 2 gram per liter air media.
5.    Oksigen, yang terlarut dalam air sangat dibutuhkan untuk perkembangan embrio Artemia yang baru tumbuh/berkembang. Oleh karena itu untuk pengadaan sirkulasi oksigen dalam air media aerasi harus dilakukan secara terus-menerus. Perlakuan ini ternyata dapat mencegah terjadinya pengendapan kista di dasar wadah/tempat penetasan. Pengendapan kista Artemia yang berlebihan akan menghambat perkembangan embrio selanjutnya. Kandungan oksigen terlarut dalam air untuk penetasan kista Artemia minimal 3 ppm.
6.    Cahaya, yang menerangi wadah dan air media dibutuhkan untuk merangsang pengaktifan kembali embrio. Rangsangan dari cahaya ini hanya efektif setelah kista mengalami hidrasi (Susanto, 1991). Penyinaran dapat dilakukan dengan menggunakan lampu neon yang berjarak 20 hingga 25 cm dari wadah, apabila penetasan dilakukan di dalam ruangan. Dapat pula dengan sinar matahari yang tidak secara langsung, apabila penetasan dilakukan di tempat terbuka.
Untuk mendapatkan efisiensi penetasan yang tinggi pada suatu kegiatan penetasan kista Artemia, dapat diberikan pencahayaan yang cukup dan mengenai langsung pada wadah atau air media. Ini dilakukan guna mengaktifkan proses penetasan kista. Timbulnya pengaktifan gerakan kista ini akan berlangsung sempurna dengan pemberian aerasi yang cukup dan terus-menerus. Sedangkan cahaya dapat cahaya dapat bersumber dari sinar matahari maupun lampu neon (TL) dengan daya tertentu seperti tersebut di atas.

Alat dan Bahan Penetasan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penetasan kista Artemia harus sesuai dengan sifat-sifat hidupnya. Agar terpenuhinya ketentuan ini maka tempat penetasan dibuat secara khusus dengan karakteristik atau konstruksi sebagai berikut:
(1). Berbentuk kerucut. Hal ini diperlukan untuk menghindari pengendapan kista Artemia di dasar wadah.
(2).  Dibuat dari bahan yang transparan atau tembus cahaya. Hal ini perlu diadakan untuk meningkatkan penyinaran cahaya agar dapat langsung mengenai tubuh kista di dalam wadah. Jenis bahan transparan yang bisa digunakan antara lain adalah kaca, plastik, fiber gelas dan lain-lain.

Cara Penetasan dan Pemanenan
Kista Artemia yang baru dibuka dari wadah kemasan (plastik atau kaleng) berbentuk seperti bola kempes. Hal ini disebabkan pada waktu pemrosesan untuk dikemas (canning) mengalami dehidrasi. Dengan demikian kadar airnya menurun hingga 10 persen. Karena itu sebelum menetaskan kista perlu direndam dalam air tawar selama kurang lebih 1 sampai 2 jam. Perbandingan antara kista dengan air tawar adalah: setiap 20 gram kista diperlukan 1 liter air tawar.
Setelah selesai perendaman kista Artemia disaring dengan kain filter sambal disemprot air secara teratur. Kain filter yang digunakan adalah kain yang mempunyai mata ukuran 125 mikron. Selanjutnya kista ditiriskan sampai tuntas. Dalam kondisi seperti ini kista sudah bias mulai ditetaskan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Ada dua acara penetasan kista Artemia untuk memperoleh nauplii. Kedua cara yang dimaksud adalah penetasan secara langsung dan penetasan secara tidak langsung melalui proses dekapsulasi. Penetasan secara langsung dimulai setelah penimbangan dan perendaman (hidrasi) kista pada air tawar selama dua jam. Setelah itu kista bisa langsung ditetaskan dalam wadah yang telah berisi air media (air laut). Dalam waktu 24-36 jam pengaerasian dan pencahayaan optimum kista telah menetas dan menjadi nauplius. Cara kedua yaitu penetasan melalui dekapsulasi, merupakan metoda penetasan kista Artemia terkontrol dan dapat meningkatkan hasil penetasan sampai 20 persen dibandingkan dengan penetasan tanpa melalui proses dekapsulasi. Keuntungan lainnya adalah nauplii yang dihasilkan lebih bersih, bebas dari kontaminasi kotoran dan organisma pembawa hama atau penyakit seperti bakteri, virus dan organisma mikro lainnya. Perlakuan seperti ini telah menjadi metoda baku penetasan Artemia salina bagi hampir semua hatchery udang. Dekapsulasi adalah proses terkelupasnya kista (cangkang) Artemia oleh ion-ion OCl-.
Prosedur penetasan kista Artemia dengan metoda dekapsulasi diawali dengan menimbang jumlah kista Artemia yang akan ditetaskan, disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah itu kista direndam dalam air tawar selama 1-2 jam. Selama menunggu selesainya perendaman, kita membuat larutan dekapsulasi. Larutan dekapsulasi ini yang nantinya digunakan sebagai media selama proses dekapsulasi kista Artemia. Jumlah larutan yang dibuat adalah 13,5 mililiter untuk setiap gram kista. Larutan dekapsulasi dapat dibuat dengan bahan-bahan yang tersedia dan banyak pilihan. Dalam tabel 4 ada empat alternatif larutan yang bisa dibuat dan digunakan untuk keperluan tersebut.
Tabel 3. Beberapa Jenis Larutan Dekapsulasi untuk Penetasan Kista Artemia salina
No.
Jenis Larutan
Bahan
Jumlah
1
Larutan A
- Air Laut
7,27 ml


- NaOH 40%
0,33 ml


- NaOCl Lama
5,90 ml
2
Larutan B
- Air Laut
5,57 ml


- NaOH 40%
0,33 ml


- NaOCl Baru
7,60 ml
3
Larutan C
- Air Laut
13,50 ml


- Ca(OCl)2
0,63 gr


- Na2CO3
0,67 gr
4
Larutan D
- Air Laut
13,50 ml


- Ca(OCl)2
0,63 gr


- CaO
0,40 gr
             Sumber: Budi (1997)
Setelah perendaman dirasa cukup, kista Artemia ditiriskan. Masukkan kista ini ke dalam larutan dekapsulasi yang sudah dibuat dan disiapkan. Aduklah secara merata dengan memberikan aerasi terus-menerus. Jaga suhu larutan sehingga tidak lebih dari 400 C. Untuk itu perlu disediakan pecahan-pecahan es berukuran kecil yang dibungkus dalam kantong plastik untuk menurunkan suhu apabila terjadi kenaikan. Perhatikan warna kista Artemia selama proses dekapsulasi ini. Dalam keadaan normal warna kista berangsur-angsur mengalami perubahan warna dari cokelat, abu-abu kemudian jingga (orange). Jika dianggap telah cukup, tiriskan kista Artemia. Lalu cucilah dengan air tawar yang bersih sehingga bau larutan hipokloritnya hilang. Selanjutnya dinetralisir dengan larutan HCl 0,1 N.
        a. Ember Plastik                b. Corong Plastik

       Gambar 1. Wadah Penetasan Kista Artemia
Proses dekapsulasi selesai dan kista Artemia siap untuk ditetaskan atau disimpan dalam lemari pendingin (suhu 40 C) untuk ditetaskan pada saat diperlukan. Penyimpanan dalam suhu rendah ini mampu bertahan sampai kurang lebih satu bulan tanpa mengurangi daya tetasnya. Banyaknya kista Artemia yang akan ditetaskan harus disesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
Penetasan kista Artemia dilakukan dalam wadah penetasan, yaitu gabungan ember dan corong plastik. (Perhatikan gambar1.a dan 1.b). Di dalam wadah ini air laut dimasukkan kurang lebih sebanyak tiga perempat dari volumenya. Berilah aerasi yang kuat dan pencahayaan yang cukup. Agar penetasan berhasil dengan baik perlu disediakan wadah yang memadai. Sebagai patokan, untuk menetaskan 50-70 gram kista kering dibutuhkan volume wadah sebesar 10-12 liter. Petunjuk lengkap mengenai patokan ini dapat dibaca dengan jelas pada setiap label kemasan (kantong plastik atau kaleng) kista Artemia.
Gambar 2. Bak Penetasan Kista Artemia
Wadah Penetasan Kista Artemia dan  Bak Penetasan Artemia dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4. Menetasnya telur (kista) Artemia ditandai dengan perubahan warna air di dalam wadah penetasan dari warna jingga menjadi merah bata. Setelah telur/kista Artemia menetas menjadi Nauplius, aerasi dihentikan dan didiamkan supaya tenang selama 5-10 menit. Sementara itu kotoran ringan beserta cangkang Artemia yang telah menetas akan mengapung di permukaan air media. Sedangkan kista yang tidak menetas dan kotoran-kotoran berat akan mengumpul di bagian dasar dan mengendap di ujung bawah wadah. Sisa-sisa yang berada di permukaan air ini dibuang dengan cara diserok menggunakan saringan kecil. Dan kotoran yang ada di ujung bawah disedot atau disifon dengan slang pastik.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyifon Artemia dan mengalirkannya ke dalam kain saringan berukuran 100 mikron (atau di pasaran dikenal sebagai filter net bernomor T-61). Bila net sudah tersumbat berarti Artemia sudah banyak yang terjaring. Selanjutnya pindahkan Artemia dari net penyaring ke dalam ember pakan yang telah diberi air payau (campuran air tawar dan air laut). Berilah aerasi secukupnya. Pemanenan dilanjutkan sampai mencukupi untuk kebutuhan pakan udang atau benur. Sebarkan nauplii Artemia ini ke dalam bak-bak pemeliharaan larva udang atau ke dalam petakan tambak udang usia dini.

Pustaka: (1). Anonim, 1989. Penemuan dan Pengembangan Artemia. Bahan Latihan KK Udang Skala Rumah Tangga, Balai Keterampilan Penangkapan Ikan, Tegal. (2). Budi H., Setija, 1997. Dekapsulasi Artemia. Sinar Tani tanggal 8 Agustus 1997; (3). Susanto, B., 1991. Mengenal "Artemia salina" Pakan Benih Udang dan Ikan. Sinar Tani Nomor 2061 Tahun ke-XXI-1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar