Kamis, 25 September 2014

BUDIDAYA VANAME POLA TRADISIONAL

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR)-nya rendah (1:1,3). Namun demikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menganggap bahwa udang vaname hanya dapat dapat menguntungkan dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidaklah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukan bahwa vaname juga dapat diproduksi secara menguntungkan dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga satuannya menjadi lebih mahal. Teknologi yang tersedia saat ini masih untuk pola intensif dan semiintensif, padahal luas areal pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar 360.000 ha, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budidaya udang vaname sampai saat ini masih sangat terbatas. Diharapkan tulisan ini dapat menambah wawasan pengguna dalam mengembangkan budidaya udang vaname pola tradisional plus.

Persiapan
1. Pengeringan/pengolahan tanah dasar
Air dalam tambak dibuang, ikan-ikan liar diberantas dengan saponin, genangan air yang masih tersisa di beberapa tempat harus di pompa keluar. Selanjutnya tambak dikeringkan sampai retak-retak kalau perlu dibalik dengan traktor sehingga H2S menghilang karena teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang ada di pelataran tambak.

2. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama ikan-ikan liar dapat memakai Saponin 15-20 ppm (15-20kg/ha tinggi air tambak 10 cm).

3. Pengapuran dan Pemupukan
Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian Kapur Bakar (CaO), 1.000 kg/ha, dan Kapur Pertanian sebanyak 320 kg/ha. Selanjutnya masukkan air ke petakan sehingga tambak menjadi macak-macak. Tiga hari kemudian dilakukan pemupukan dengan Urea (150 kg/ha) dan Pupuk Kandang (2.000 kg/ha).

4. Pengisian Air
Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 pekan sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. Tinggi air di petak pembesaran diupayakan ≥1,0 m.

Penebaran
Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari sesudah pemupukan). Benur vaname yang digunakan adalah PL-10 sampai PL-12, berat awal 0,001 g/ekor diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vaname yang baik adalah mencapai ukuran PL-10, organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata, tubuh dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus.
Sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benih di tambak dan menyiram dengan perlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur vaname akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vaname dilakukan pada pagi atau sore hari.
Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal tidak perlu terlalu tinggi/banyak. Padat penebaran yang disarankan cukup 2-5 ekor/m². Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua pemeliharaan, maka dapat ditebar benih dengan kepadatan 8-10 ekor/m².

Pemeliharaan
Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi: suhu, salinitas, kandungan oksigen, transparansi, pH dan kedalaman air setiap hari. Selain itu dilakukan pemberian Pupuk Urea dan SP-36 susulan setiap pekan sebanyak 5-10% dari pupuk awal (Urea 15 kg/ha) dan hasil fermentasi probiotik yang diberikan sepekan sekali guna menjaga kestabilan plankton dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Pemberian pakan tambahan diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plankton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang diberikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00. Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >30 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada bulan berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vaname adalah salinitas optimal 10-25 ppt (fluktuasi <3 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4 ppm, amoniak <0,1 ppm, pH 7,5-8,2 dan H2S <0,003 ppm.

Panen
Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1 m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami moulting (ganti kulit) pada saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen, jaring yang dipasang di pintu air, jala lempar, stiroform, ember, baskom, dan lampu penerangan. Cara panen dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan dibantu pengeringan dengan pompa.
Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan  penangkapan udang dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus dicuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi udang vaname dapat mencapai 800-1.000 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-90%, ukuran panen antara 60-50 ekor/kg.

Analisis Ekonomi Usaha Budi Daya Udang Vaname Pola Tradisional Plus
(Lahan Tambak 1 Ha, Penebaran 80.000 Ekor, dan Lama Pemeliharaan 105 Hari)
No
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
A

Investasi
Pompa air (unit)
Sewa tambak (ha/tahun)

1
1

4.500.000
2.500.000

 4.500.000
2.500.000
Sub total
 7.000.000
B
Biaya Operasional
Benur udang vannamei (ekor)
Pakan (kg)
Pupuk Organik (kg)
Pupuk Anorganik (kg)
Dolomit (kg)
Saponin (kg)
Solar (l)
Pemeliharaan Tambak (paket)
Pemeliharaan Peralatan (paket)
Lain-lain (paket)
Bunga modal (Rp 11 juta+Rp 7 juta/musim)

 80.000
450
6.000
250
1.000
200
200
1
1
1

40
8.000
110
2.960
500
2.000
4.500
600.000
400.000
200.000
1.350.000

 3.200.000
 3.600.000
 660.000
 740.000
 500.000
 200.000
 900.000
 600.000
 400.000
 200.000
 1.350.000
Sub total
 12.350.000
C
Penyusutan Investasi
Pompa (6 musim)
Sewa tambak/musim




750.000
1.250.000

 750.000
 1.250.000
Sub total
 2.000.000
D
Biaya Total/Musim
Operasional
Upah penjaga (20% X 800kg)
Penyusutan


160


40.000

12.350.000
6.400.000
2.000.000
Sub total
20.750.000
E
Penjualan
Laba
800
4.000
32.000.000
11.250.000

4 komentar:

  1. masa sewa tambak 1ha/th cuma 2,5jt?

    BalasHapus
    Balasan
    1. data ini kami dapatkan dari beberapa desa di kabupaten brebes, dengan catatan untuk lahan dengan klasifikasi nomor 2 (tambak kurang potensial).
      terima kasih catatannya

      Hapus
  2. Kami menyediakan mineral alam zeolite, CaO (Kapur tohor) dan CaCO3 (kapatan). Hubungi 085863093505 or www.zeolitecikembar.blogspot.com

    BalasHapus
  3. Kincir tambak tenaga angin 0851 0489 3138

    BalasHapus